Image for large screens Image for small screens

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Damai di Palestina = Damai di Dunia

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Tertib Itu Sunnah yang Terlupakan

Bahron Ansori Editor : Widi Kusnadi - 8 jam yang lalu

8 jam yang lalu

7 Views

Ilustrasi

DALAM kehidupan sehari-hari, sering kali kita meremehkan hal-hal kecil yang justru menjadi pondasi besar dalam agama. Salah satunya adalah tertib, sebuah nilai agung yang merupakan bagian dari sunnah Rasulullah SAW. Tertib berarti keteraturan, ketepatan, dan konsistensi dalam menjalani hidup sesuai dengan tuntunan syariat. Hidup tanpa tertib ibarat kapal tanpa nakhoda, mudah terombang-ambing dalam gelombang dunia.

Rasulullah SAW adalah teladan tertinggi dalam hal ketertiban. Beliau menata hidupnya dengan sangat rapi, mulai dari waktu ibadah, muamalah, hingga strategi dakwah. Dalam peperangan pun, Nabi tidak pernah bertindak serampangan; semuanya melalui perencanaan yang tertib dan matang. Maka sungguh, tertib bukan hanya soal duniawi, tetapi juga kunci utama dalam meraih keberkahan ukhrawi.

Banyak dari kita yang mengira bahwa asal ibadah itu dilakukan, maka sudah cukup. Padahal, tanpa tertib dalam shalat—dari wudhu, niat, urutan bacaan, hingga gerakan—ibadah bisa tertolak. Tertib adalah ruh dalam ibadah, ia menyelaraskan bentuk dengan makna, lahir dengan batin. Ibadah yang tidak tertib seperti makanan tanpa bumbu: tampak utuh tapi hambar dan tak menggugah.

Dalam berjama’ah, tertib adalah nafas kehidupan kolektif. Tanpa tertib, jama’ah akan kacau, kehilangan arah dan mudah terpecah belah. Tertib dalam struktur, peran, waktu, dan adab adalah fondasi utama tegaknya barisan. Seorang muslim yang ingin selamat, harus belajar hidup tertib dalam komunitasnya.

Baca Juga: Teka-Teki Hudzaifah dan Kecerdasan Ali Bin Abi Thalib

Al-Qur’an memberi contoh ketertiban yang luar biasa melalui penciptaan langit dan bumi. “Sesungguhnya Tuhanmu adalah Allah yang menciptakan langit dan bumi dalam enam masa.” (Qs. Al-A’raf: 54). Ayat ini menunjukkan bahwa Allah pun menciptakan alam semesta dengan proses yang tertib dan tidak tergesa-gesa. Maka, bagaimana mungkin manusia ingin sukses tanpa mencontoh ketertiban dari Sang Pencipta?

Ulama salaf selalu menjaga ketertiban dalam belajar dan beramal. Mereka tidak melangkah ke bab berikutnya sebelum menguasai bab sebelumnya, tidak berfatwa sebelum menguasai dasar-dasar ilmu. Mereka sadar bahwa ilmu tanpa tertib akan melahirkan kekacauan pemahaman. Maka tak heran, kehidupan mereka penuh keberkahan dan manfaat yang meluas hingga kini.

Tertib juga merupakan bentuk kesungguhan dalam menghargai waktu dan kesempatan. Waktu shalat yang ditentukan, zakat yang terjadwal, puasa yang teratur, semua adalah bentuk dari ketertiban ilahi. Allah mencintai hamba-Nya yang menghargai waktu dan menjaga keteraturan hidup. Karena itu, kemuliaan tak akan menghampiri orang yang hidupnya sembarangan.

Sayangnya, di zaman modern ini, banyak orang melupakan sunnah tertib. Kesibukan, gadget, dan nafsu serba instan menjadikan manusia abai terhadap adab keteraturan. Akibatnya, hidup terasa semrawut, tidak terarah, dan jauh dari rasa tenteram. Padahal ketenteraman sejati lahir dari hidup yang tertib dan teratur dalam menjalankan syariat.

Baca Juga: Keadilan, Pilar Utama Peradaban Manusia

Tertib bukan hanya dalam amal besar, tetapi juga dalam hal-hal kecil seperti antri, datang tepat waktu, menepati janji, dan menyelesaikan tugas sesuai porsinya. Semua itu adalah cermin keimanan dan bukti kesungguhan kita dalam meneladani Rasulullah SAW. Jangan remehkan hal kecil yang tertib, karena justru dari situlah lahir perubahan besar dalam diri dan masyarakat. Hidup yang tertib adalah doa dalam bentuk tindakan.

Sebuah jama’ah akan kuat jika setiap individunya tertib menjalankan peran. Tidak saling melangkahi, tidak saling memaksakan, tetapi tunduk pada aturan dan adab. Tertib adalah lambang kedewasaan iman dan kesiapan untuk bersatu dalam visi yang sama. Tanpa tertib, ukhuwah mudah retak dan perjuangan menjadi rapuh.

Ingatlah bahwa surga bukan tempat bagi orang-orang yang hidupnya sembrono. Surga adalah tempat bagi mereka yang menjaga amal dengan tertib, ikhlas, dan konsisten. “Dan orang-orang yang menjaga amanat-amanat (yang dipikulnya) dan janjinya. Dan orang-orang yang memelihara shalatnya. Mereka itulah orang-orang yang akan mewarisi surga Firdaus.” (Qs. Al-Mu’minun: 8-11). Maka, mari mulai tertib dari sekarang, sebelum hidup kita kehilangan arah.

Tertib itu bukan beban, tapi rahmat. Ia mendisiplinkan jiwa, menenangkan pikiran, dan menguatkan langkah dalam perjuangan. Mari kita hidup dengan tertib, agar hidup ini berkah dan akhirat kita selamat. Karena sejatinya, tertib adalah sunnah yang mengantar kita menuju ridha dan surga Allah Ta’ala.[]

Baca Juga: Korelasi Mukmin Sejati dengan Pembebasan Masjid Al-Aqsa dan Palestina

Mi’raj News Agency (MINA)

Rekomendasi untuk Anda

Tausiyah
Kolom
MINA Health
MINA Preneur
MINA Health
MINA Health