London, MINA – Munculnya rincian tentang penculikan dua pemuda putra Dr Saad Al-Jabri di Arab Saudi oleh pihak keamanan, dinilai sebagai langkah putus asa terbaru oleh Pangeran Putra Mahkota Mahkota Mohammad Bin Salman untuk memberikan tekanan pada salah satu pengkritik Kerajaan.
Pengungkapan kasus ini diperkirakan akan membuat Raja dan Putra Mahkota marah besar.
Al-Jabri yang dulu penjaga gerbang intelijen dan keamanan Saudi, telah dibungkam dengan penculikan terhadap kedua anaknya dalam sebuah serangan fajar di rumah keluarganya di ibu kota Saudi, memaksa Al-Jabri untuk kembali ke Riyadh dari pengasingannya di Kanada.
“Omar (21) dan Sarah (20) diculik saat fajar pada 16 Maret dan dibawa keluar dari tempat tidur mereka oleh sekitar 50 petugas keamanan negara yang tiba dengan 20 mobil,” ungkap saudara tertua mereka, Khalid Al-Jabri, kepada koresponden keamanan BBC Frank Gardner.
Baca Juga: Warga Palestina Bebas setelah 42 Tahun Mendekam di Penjara Suriah
“Kami bahkan tidak tahu apakah mereka masih hidup atau mati,” katanya, demikian dikutip dari MEMO.
Selama penggerebekan, semua bukti termasuk rekaman CCTV juga diambil bersama kedua saudara kandungnya.
Doktor Al-Jabri lulusan Universitas Edinburgh. Ia secara luas diakui sebagai tokoh kunci untuk hubungan antara Arab Saudi dan apa yang disebut badan intelijen Five Eyes yang di dalamnya ada AS, Inggris, Kanada, Australia, dan Selandia Baru.
Namun kedekatannya dengan Ikhwanul Muslimin, membuat ia sering dicurigai oleh Pemerintah Arab Saudi
Baca Juga: Faksi-Faksi Palestina di Suriah Bentuk Badan Aksi Nasional Bersama
Al-Jabri dianggap sebagai dalang di balik matinya Al-Qaida di dalam Kerajaan.
Ia juga memainkan peran penting dalam menggagalkan rencana pengeboman oleh cabang kelompok teroris di Yaman ketika penyelundupan sebuah bom kuat di atas pesawat yang menuju Chicago. Polisi kontraterorisme menemukan bom dikemas sebagai kartrid tinta toner printer pada bulan November 2010 dan menjinakkannya dengan “menit untuk cadangan” selama perhentian pengisian bahan bakar yang tidak dijadwalkan di Bandara East Midlands, Inggris.
Di dalam pemerintahan, Al-Jabri berdiri tegak di atas banyak orang sebagai orang berakal. Dia adalah menteri kabinet dan memegang jabatan yang sangat senior di Kementerian Dalam Negeri. Namun, pada 2015, ketika almarhum saudara laki-laki Raja Abdullah Salman naik takhta, ia dipandang dengan curiga.
Penunjukan Mohammad bin Salman sebagai Menteri Pertahanan menempatkan keduanya pada jalur bertentangan, ketika pasukan Saudi melakukan intervensi dalam perang saudara di Yaman. Langkah itu ditentang oleh Al-Jabri, yang takut bahwa Arab Saudi akan tersedot ke dalam konflik yang mahal dan bernasib buruk.
Baca Juga: Agresi Cepat dan Besar Israel di Suriah Saat Assad Digulingkan
Setelah kudeta istana tak berdarah di mana Bin Salman muncul sebagai Putra Mahkota dan penguasa de facto pada tahun 2017, Al-Jabri melarikan diri ke Kanada. Sebab, siapa pun dan semua orang yang dicurigai menentang sang pangeran, ia langsung dipandang sebagai ancaman.
Sejak pembunuhan Oktober 2018 terhadap jurnalis Arab Saudi Jamal Khashoggi di Konsulat Kerajaan di Istanbul, ada kekhawatiran bahwa Bin Salman telah memerintahkan pelacakan rahasia semua orang buangan Saudi.
“Kami adalah patriot, kami mencintai negara kami, kami tidak ingin mempermalukan Arab Saudi, tetapi menculik Omar dan Sarah seperti ini, ini adalah premanisme siang hari oleh suatu negara,” kata Khalid Al-Jabri. (T/RI-1/P1)
Baca Juga: KBRI Damaskus Evakuasi 37 WNI dari Suriah
Mi’raj News Agency (MINA)