Paktika, 3 Rajab 1437/10 April 2016 (MINA) – Para tetua suku di Afghanistan Tenggara menuding serangan pesawat tanpa awak Amerika Serikat (AS) membunuh 17 warga sipil, bukan anggota Taliban.
Tetua suku dan kerabat korban pada Sabtu (9/4) menuntut penyelidikan atas pembunuhan yang dilakukan oleh drone AS tersebut.
Sebelumnya pada Kamis lalu, para pejabat militer AS mengatakan, dua serangan udara di Provinsi Paktika, dekat perbatasan Pakistan, hanya menargetkan para pejuang tanpa adanya bukti korban sipil.
Para pejabat Afghanistan mengatakan kepada Al-Jazeera yang dikutip Mi’raj Islamic News Agency (MINA) bahwa 17 orang telah tewas dalam serangan Rabu di Distrik Gomal. Namun, pejabat tersebut mengatakan semua korban memiliki hubungan dengan Taliban.
Baca Juga: [POPULER MINA] Runtuhnya Bashar Assad dan Perebutan Wilayah Suriah oleh Israel
Sementara itu, para pemimpin dan kerabat lokal bersikeras bahwa semua mereka yang tewas adalah warga sipil yang tidak bersalah.
“Kami menuntut penyelidikan atas pembunuhan brutal dari orang-orang yang tidak bersalah,” kata Nimatullah Baburi, Wakil Dewan Provinsi Paktika kepada Al-Jazeera. “Saya mengenal mereka secara pribadi dan keluarga mereka juga. Mereka tidak berafiliasi dengan Taliban.”
Baburi menambahkan, para korban adalah orang-orang yang melakukan pekerjaan bergaji rendah untuk memberi makan keluarga mereka.
“Semua dari mereka adalah warga sipil,” tegasnya.
Baca Juga: Wabah Kolera Landa Sudan Selatan, 60 Orang Tewas
“Orang tak berdosa meninggal setiap hari di negara kami. Tidak ada yang bertanya tentang mereka. Serangan drone ini telah mengambil nyawa orang tak bersalah sejak awal waktu (awal beroperasi),” kata Mohammed Hassan, seorang teman dari korban.
Namun, Gubernur Provinsi Paktika, Aminullah Shariq mengatakan pada Sabtu, korban hanya orang-orang yang berafiliasi kepada Taliban.
AS telah meningkatkan operasi pesawat tak berawaknya di negara itu sejak kelompok yang berafiliasi kepada Islamic State (ISIS/Daesh) mulai muncul di Afghanistan.
Menurut Biro Jurnalis Investigasi yang berbasis di London, Afghanistan adalah negara paling banyak dibom oleh drone di dunia, dengan setidaknya 1.368 orang tewas sejak 2015. (T/P001/R05)
Baca Juga: Kedubes Turkiye di Damaskus Kembali Beroperasi setelah Jeda 12 Tahun
Mi’raj Islamic News Agency (MINA)
Baca Juga: UNICEF Serukan Aksi Global Hentikan Pertumpahan Darah Anak-Anak Gaza