Image for large screens Image for small screens

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Damai di Palestina = Damai di Dunia

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Teungku Chik Lamjabat, Ulama Besar Aceh Penandatangan Seruan Jihad

Redaksi Editor : Arif R - 4 menit yang lalu

4 menit yang lalu

6 Views

Teungku Chik Muhammad Lamjabat {FOTO; IG Pedir Museum]

TEUNGKU Chik Lamjabat, atau yang dikenal juga sebagai Teungku Haji Muhammad Jakfar, adalah salah satu tokoh ulama besar dari Aceh yang berperan penting dalam membangun pendidikan Islam dan memperjuangkan kemerdekaan Indonesia. Lahir pada tahun 1872 di Suka Makmur, Aceh Besar, beliau merupakan pendiri Dayah Jeureula, sebuah lembaga pendidikan Islam yang melahirkan banyak ulama besar di Aceh.

Selain dikenal sebagai pendidik dan cendekiawan, Teungku Chik Lamjabat juga tercatat dalam sejarah sebagai salah satu ulama penandatangan seruan jihad melawan penjajahan Belanda. Kiprah dan warisannya menjadi bagian penting dari perjalanan sejarah pendidikan dan perjuangan rakyat Aceh di abad ke-20.

Masa muda Muhammad Jakfar diwarnai dengan perjalanan intelektual dari satu dayah ke dayah lainnya. Setelah menyelesaikan pendidikan awal di dayah ayahnya di Lambirah, ia melanjutkan pendidikannya ke sejumlah pesantren besar di Aceh. Di antaranya adalah Dayah Teungku Chik Seulimuem, Lamgugob, Tanoh Abee, dan Tanoh Mirah. Di Dayah Tanoh Abee, ia dan kakaknya belajar kepada Teungku Chik Abdul Wahab Tanoh Abee, seorang ulama besar yang pernah menimba ilmu di Mekkah dan sejaman dengan Syekh Nawawi al-Bantani serta pejuang Aceh terkenal, Teungku Chik Di Tiro Muhammad Saman.

Kehausan akan ilmu membawanya menyeberangi lautan menuju Mekkah pada tahun 1906. Di sana, ia belajar kepada sejumlah ulama besar, termasuk Syekh Ahmad Khatib al-Minangkabawi, yang saat itu menjabat sebagai Imam dan Mufti Mazhab Syafi’i di Masjidil Haram. Keberadaannya di Mekkah bertepatan dengan masa belajar beberapa tokoh penting lainnya, seperti Syekh Hasan Maksum dari Medan, Mufti Kerajaan Deli. Setelah sekitar empat tahun menimba ilmu, ia kembali ke tanah air pada tahun 1910.

Baca Juga: Abuya Nasir Waly, Ulama Kharismatik dari Labuhan Haji

Sekembalinya dari Mekkah, Teungku Muhammad Jakfar memulai pengabdiannya dengan mendirikan Dayah Jeureula pada tahun 1912. Ia kemudian dikenal masyarakat dengan sebutan Teungku Chik di Jeureula. Namun karena ia menikah dengan perempuan dari Lamjabat, Banda Aceh, masyarakat juga mengenalnya dengan nama Teungku Chik Lamjabat—nama yang kemudian lebih melekat.

Dayah Jeureula berkembang pesat. Santri berdatangan dari berbagai penjuru Aceh untuk menimba ilmu darinya. Salah satu muridnya yang paling menonjol adalah Teungku Abdul Wahab Seulimuem, yang belajar selama 12 tahun hingga menjadi asistennya dan kemudian dikenal sebagai tokoh pembaharu pendidikan di Aceh Besar.

Sementara itu, sang kakak, Teungku Chik Muhammad Abbas, melanjutkan kepemimpinan di Dayah Lambirah. Salah satu muridnya, Teungku Syekh Ibrahim Lamnga Montasik—dikenal juga sebagai Teungku Syekh Ibrahim Ayahanda—kelak menjadi ulama besar yang turut membina pendidikan Islam di Aceh.

Memasuki tahun 1930-an, Dayah Jeureula melakukan reformasi sistem pendidikan dengan menerapkan pembelajaran kelas dan kurikulum umum. Ini merupakan respons terhadap perubahan zaman dan semangat kebangkitan pendidikan di Aceh pasca Perang Aceh. Sebagaimana diketahui, setelah kembalinya Tuwanku Raja Keumala dari Mekkah pada 1908, para ulama mulai kembali membangun lembaga-lembaga pendidikan yang sebelumnya terhenti akibat konflik bersenjata.

Baca Juga: Allamah Muhammad Iqbal, Penyair Muslim di Balik Kemerdekaan Pakistan

Teungku Chik Lamjabat termasuk dalam barisan ulama pelopor kebangkitan pendidikan Aceh modern bersama tokoh-tokoh seperti: Teungku Haji Hasan Kruengkalee (1916), Teungku Muhammad Saleh Lambhuk (1916), Teungku Muhammad Ali Lampisang (1921), Teungku Haji Hasballah Indrapuri (1922), dan Teungku Syekh Mahmud Lhoknga (Abu Syech Mud) (1928).

Tak hanya dalam bidang pendidikan, kiprah Teungku Chik Lamjabat juga tercatat dalam sejarah perjuangan nasional. Ia adalah salah satu dari empat ulama Aceh yang menandatangani seruan jihad untuk mempertahankan kemerdekaan Indonesia, bersama Teungku Haji Hasan Kruengkalee, Teungku Haji Ahmad Hasballah Indrapuri, dan Teungku Muhammad Daud Beureueh.

Setelah mengabdi dalam bidang dakwah, pendidikan, dan perjuangan bangsa selama puluhan tahun, Teungku Chik Muhammad Jakfar Lamjabat wafat pada tahun 1953. Warisan intelektual dan perjuangannya terus hidup dalam jejak para murid dan lembaga-lembaga yang didirikannya. [Nurkhalis Mukhtar El-Sakandary]

Mi’raj News Agency (MINA)

Baca Juga: Abdullah Syafi’ie, Ulama Betawi Pendiri Pesantren Assyafiiyah

Rekomendasi untuk Anda