Bangkok, 1 Ramadhan 1436/18 Juni 2015 (MINA) – Sebanyak 236 saksi tentang perdagangan migran mendapat perlindungan dari kepolisisan Thailand selama penyelidikan.
Wakil Kepala Polisi Aek Angsananont mengatakan kepada Anadolu Agency, Rabu (17/6) yang dikutip Mi’raj Islamic News Agency (MINA), para saksi telah ditempatkan di bawah perlindungan setelah menerima ancaman pembunuhan dan kunjungan intimidasi oleh anggota jaringan yang terlibat dalam perdagangan Muslim Rohingya dan migran lainnya.
Lokasi mereka akan tetap dirahasiakan sampai tuduhan resmi diajukan terhadap para tersangka dan kasusnya masuk ke pengadilan, kata Aek melalui telepon.
Menurut Aek, 56 orang telah ditangkap hingga Rabu dalam operasi anti-perdagangan Thailand yang diluncurkan sejak awal bulan lalu.
Baca Juga: Kota New Delhi Diselimuti Asap Beracun, Sekolah Diliburkan
Polisi terus mengejar 21 tersangka lainnya yang lari dari penangkapan.
Sejak kampanye dimulai 1 Mei, menyusul ditemukannya puluhan mayat di kamp-kamp perdagangan dekat perbatasan selatan dengan Malaysia, pejabat Thailand telah menyita aset senilai lebih dari 200 juta baht (lebih dari AS $ 5,9 juta) milik para tersangka penyelundup manusia.
Pejabat Anti Pencucian Uang mengatakan, di antara aset yang disita adalah 4 juta baht dari rekening bank milik Letnan Jenderal Manas Kongpaen, pejabat berpangkat tertinggi yang ditangkap sejauh ini dalam kasus ini.
Kongpaen adalah seorang penasihat senior Angkatan Darat Kerajaan Thailand yang pernah mengawasi penyelidikan perdagangan manusia di selatan Thailand.
Baca Juga: Ratusan Ribu Orang Mengungsi saat Topan Super Man-yi Menuju Filipina
Namun dia membantah semua tuduhan dan meminta masyarakat untuk menunggu “fakta-fakta” sebelum dia dihakimi.
Kelompok HAM telah menyebut, pejabat Thailand terlibat berkolusi dengan penyelundup manusia menggerogoti migran yang banyak berasal dari etnis Muslim Rohingya.
Mereka yang ditangkap dengan tuduhan perdagangan manusia di antaranya polisi, pejabat lokal dan Pajjuban Angchotiphan, mantan presiden organisasi pemerintah provinsi Satun.
Pajjuban dianggap sebagai “gembong perdagangan manusia”.
Baca Juga: Filipina Kembali Dihantam Badai
Satun memiliki hutan yang merupakan perbatasan Thailand-Malaysia, di mana banyak ditemukan kamp penahanan penyelundup.
Tindakan keras junta Thailand pada jaringan dan rute perdagangan manusia memicu krisis internasional, karena ribuan pengungsi menjadi terdampar di kapal di tengah lautan, tidak dapat mendarat di negara itu. (T/P001/P2)
Mi’raj Islamic News Agency (MINA)
Baca Juga: Iran, Rusia, Turkiye Kutuk Kekejaman Israel di Palestina dan Lebanon