Image for large screens Image for small screens

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Damai di Palestina = Damai di Dunia

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Thailand Dorong Inovasi Halal Berbasis AI di Tengah Ketidakpastian Ekonomi Global

Rana Setiawan Editor : Widi Kusnadi - 33 detik yang lalu

33 detik yang lalu

0 Views

Pendiri Halal Science Center Chulalongkorn University, Prof. Dr. Winai Dahlan, menjadi salah satu pembicara utama dalam Indonesia International Halal Festival (IIHF) 2025 di Jakarta pada Jumat (20/6/2025).(Foto: Rana/MINA)

Jakarta, MINA – Di tengah meningkatnya fragmentasi geo-ekonomi global dan ketegangan tarif internasional, Thailand meluncurkan pendekatan baru berbasis kecerdasan buatan (AI) untuk memperkuat kepercayaan dan keamanan produk halal mereka. Hal tersebut disampaikan oleh pendiri Halal Science Center Chulalongkorn University, Prof. Dr. Winai Dahlan, dalam Indonesia International Halal Festival (IIHF) 2025 di Jakarta pada Jumat (20/6), menandai babak baru diplomasi halal digital di kawasan ASEAN dan dunia Islam.

Di forum IIHF 2025 yang diselenggarakan di Jakarta International Convention Center (JICC), Senayan, Thailand menampilkan strategi nasional yang berpusat pada integrasi teknologi dan prinsip syariah melalui pendekatan 2AI, Actual Implementation dan Artificial Intelligence.

Pendekatan tersebut, menurut Prof. Winai Dahlan, merupakan respon terhadap tantangan kontaminasi haram yang semakin kompleks di era industri makanan modern.

“Kami tidak bisa lagi hanya mengandalkan labelisasi konvensional. Umat Muslim kini menuntut jaminan yang lebih ilmiah, transparan, dan dapat ditelusuri atas kehalalan produk,” ujar Winai dalam pidatonya di hadapan delegasi internasional.

Baca Juga: Mau Tahu Siapa Pemilik Tanah Palestina, Bukunya ada di Stand MINA IBF 2025

Sebagai negara dengan minoritas Muslim, Thailand justru tampil sebagai pelopor di bidang sains halal. Pemerintahnya sejak 2003 mendukung Halal Science Center (HSC) di Chulalongkorn University untuk menjadi lembaga sains halal pertama di dunia. Dalam perkembangan terbaru, HSC mengembangkan sistem HAL-Q (Halal Assurance, Liability and Quality) yang memadukan pelatihan, inspeksi dokumen dan bahan baku, hingga pemeriksaan laboratorium forensik halal.

Penerapan HAL-Q telah dilakukan di lebih dari 1.000 pabrik makanan, melibatkan 159.000 pekerja, dan menghasilkan 197.744 sampel uji laboratorium yang mencakup deteksi DNA, alkohol, asam lemak, dan gelatin. Semua hasil analisis telah tersertifikasi ISO/IEC 17025:2017.

Halal sebagai Soft Power

Pemerintah Thailand juga menargetkan trust atau kepercayaan global terhadap produk halalnya dengan membangun Halal Route App, platform digital yang menggabungkan data restoran, masjid, tempat wisata, dan produk halal, disertai integrasi teknologi blockchain untuk transparansi rantai pasok.

Baca Juga: Indonesia Gaungkan Misi Halal Global dalam Festival Internasional IIHF 2025

Menurut data HSC, lebih dari 100.000 pengguna telah mendaftarkan diri dalam aplikasi Halal Route, yang juga didukung oleh sistem NFT dan smart contract untuk penguatan sertifikasi digital halal berbasis blockchain.

Hal ini semakin penting di tengah ancaman Geo-Economic Fragmentation (GEF) akibat konflik tarif global. Thailand memanfaatkan peluang untuk menjadikan produk halalnya sebagai komoditas strategis di pasar negara-negara berpenduduk Muslim seperti ASEAN, OIC, hingga negara-negara GCC.

Sebelum era GEF, ekonomi halal global diperkirakan bernilai 2,29 triliun USD dan tumbuh 8–15% per tahun. Namun, dengan meningkatnya ketegangan proteksionisme, negara-negara seperti Thailand melihat pasar halal sebagai alternatif perdagangan yang menjanjikan dan relatif stabil.

Di forum IIHF 2025, Thailand juga mengumumkan penandatanganan perjanjian kerja sama dengan Islamic Chamber of Commerce and Development (ICCD), OIC, yang dilangsungkan sebelumnya di Makkah, Arab Saudi. Perjanjian tersebut memungkinkan transfer teknologi dan pengembangan sistem mutu halal berbasis sains ke negara-negara anggota OKI.

Baca Juga: Buku Jalinan Sejarah Abad 15 antara Indonesia dan Palestina Hadir di Stand Kantor Berita MINA IBF 2025

HSC juga aktif menjalin kemitraan dengan lembaga sertifikasi halal seperti Saudi FDA, Emirates International Accreditation Centre (EIAC), serta berperan dalam jaringan SMIIC (Standard and Metrology Institute for Islamic Countries) OKI sebagai perwakilan resmi Thailand.

Dengan pendekatan 2AI dan diplomasi halal digital, Thailand menunjukkan bahwa inovasi sains halal bukan hanya alat sertifikasi, tetapi juga kekuatan lunak (soft power) untuk membangun citra, membuka akses pasar, dan memperkuat posisi geopolitik di era perdagangan global yang rapuh.[]

Mi’raj News Agency (MINA)

Baca Juga: Jakarta Didorong Segera Sahkan Perda Kawasan Tanpa Rokok

Rekomendasi untuk Anda