Bangkok, 19 Dzulhijjah 1435/13 Oktober 2014 (MINA) – Pemerintah Thailand menangkap 53 migran Rohingya dan dua tersangka pedagang Thai yang melakukan perjalanan ke negara tetangga Malaysia, kata seorang pejabat.
Para migran itu ditemukan di perkebunan karet di distrik Takua Pa di provinsi pesisir selatan Phangnga, Jumat (11/10) lalu, Bupati ManitPhianthong mengatakan kepada AFP dan dikutip Mi’raj Islamic News Agency (MINA), Senin.
“Kami mendapat berita dari seorang informan bahwa geng penyelundup manusia akan membawa orang-orang Rohingya itu ke Malaysia,” katanya, seraya menambahkan para migran datang dari negara bagian Rakhine Barat Myanmar dan dari Bangladesh.
Ribuan Rohingya -kelompok minoritas Muslim tidak diakui sebagai warga negara di Myanmar- telah melarikan diri dari kerusuhan komunal mematikan di Rakhine sejak 2012, sebagian besar menuju Malaysia.
Baca Juga: Presiden Korea Selatan Selamat dari Pemakzulan
Para migran yang ditangkap pada 11 Oktober rencananya dari daratan Thailand akan menuju ke pulau kecil di Laut Andaman.
Bupati Manit mengatakan, salah seorang penyelundup manusia yang ditangkap mengaku sebagai bagian dari geng besar.
“Kami masih mencari dalang yang sebenarnya,” kata pejabat itu.
Dua belas migran Rohingya lainnya diperkirakan berjaya melarikan diri dari penggerebekan itu, ia menambahkan.
Baca Juga: Jumat Pagi Sinagog Yahudi di Meulbourne Terbakar
Myanmar menyatakan sekitar 800.000 warga Rohingya yang sejak nenek moyangnya sudah ada di negara itu sebagai imigran Bengali yang ilegal. Tapi PBB menilai nasib yang diterima warga Rohingya sebagai salah satu minoritas yang paling teraniaya di dunia.
Warga Rohingya menghadapi berbagai diskriminasi, larangan perjalanan, kerja paksa, pembatasan akses pada pelayanan kesehatan dan pendidikan.
Sekitar 300.000 warga Rohingya telah lama tinggal di Bangladesh, hanya sebagian kecil dari mereka menjadi pengungsi dan sisanya lebih memilih untuk meninggalkan negaranya dengan mencoba menyeberangi perbatasan.
Kelompok HAM mengatakan para migran tanpa kewarganegaraan (stateless) sering jatuh ke tangan para pedagang manusia.
Baca Juga: Taliban Larang Pendidikan Medis Bagi Perempuan, Dunia Mengecam
Mereka juga mengkritik Thailand di masa lalu karna menolak pengungsi Rohingya dengan mendorong perahu Rohingya yang memasuki perairan Thailand kembali ke laut internasional atau menahan migran itu di fasilitas yang penuh sesak.
Thailand mengatakan tahun lalu pihaknya sedang menyelidiki tuduhan keterlibatan beberapa pejabat militer kerajaan itu dalam penyelundupan warga Rohingya.(T/P004/P2)
Mi’raj Islamic News Agency (MINA)
Baca Juga: PBB akan Luncurkan Proyek Alternatif Pengganti Opium untuk Petani Afghanistan