Bangkok, 6 Sya’ban 1436/24 Mei 2015 (MINA) –Militer Thailand telah menolak tawaran Amerika Serikat (AS) untuk membantu patroli di perairan Thailand mencari kapal pengungsi yang terapung di Laut Andaman, media lokal melaporkan Ahad (24/5).
Pasukan AS beberapa kali meminta kepada penguasa militer Thailand untuk memungkinkan pesawat pengintai AS yang baru-baru ini digunakan dalam latihan di pulau Phuket, untuk memperpanjang izin tinggal.
Dari sana, pesawat bisa membantu memberikan bantuan kemanusiaan kepada para migran Muslim Bangladesh dan Rohingya yang putus asa di kapal.
Menurut Bangkok Post, angkatan bersenjata Thailand telah menolak permintaan tersebut dan meminta semua pasukan AS meninggalkan pulau bersama pesawatnya, Jumat, Anadolu Agency yang dikutip Mi’raj Islamic News Agency (MINA).
Baca Juga: Menlu Iran: Asia Barat Mustahil Damai Tanpa Diakhirinya Pendudukan Zionis
Sejauh ini, Thailand telah melancarkan tindakan keras terhadap perdagangan manusia sejak awal Mei, setelah penemuan lebih 30 mayat di kamp di sepanjang perbatasan selatan dengan Malaysia.
Operasi militer Thailand tersebut membuat para penyelundup melarikan diri ke laut bersama para migran yang mereka tahan.
Sementara itu, Malaysia dan Indonesia telah sepakat untuk menampung 7.000 pengungsi Rohingya dalam masa satu tahun. Adapun Thailand menolak membuka tempat penampungan sementara bagi para pengungsi.
Perdana Menteri Thailand Jenderal Prayuth Chan-ocha mengatakan pekan ini, semua migran yang datang ke pantai Thailand akan dianggap ilegal dan akan ditahan di pusat-pusat imigrasi.
Baca Juga: Iran Akan Usir 2,5 Juta Migran Afghanistan Hingga Akhir Tahun
Kebijakan pemerintah Thailand itu mendapat kritikan luas, termasuk oleh beberapa media dalam negeri. (T/P001/P4)
Mi’raj Islamic News Agency (MINA)
Baca Juga: Diboikot, Starbucks Tutup 50 Gerai di Malaysia