Oleh Butsainah Ariibah Irfira, santri PPS Tahfiz Qur’an Al-Fatah Jambi
Masih banyak di antara kita, kaum Muslim, yang tidak mengetahui perihal Thufanul Aqsa. Masih banyak di antara umat Islam yang mempercayai berita-berita bohong yang sengaja diciptakan oleh Zionis agar umat Islam membenci para mujahidin yang berjuang di sana, Negeri Palestina. Mirisnya lagi, masih banyak di antara kita yang tidak peduli dengan keadaan saudara-saudara kita di Palestina.
Kita perlu mengetahui bagaimana Gaza itu, siapa mujahidin di Palestina dan hal-hal yang berkaitan dengannya.
Brigade Izzuddin Al-Qassam, tentu nama ini tidaklah asing didengar. Nama sayap militer gerakan Hamas yang menguasai Jalur Gaza itu diambil dari seorang pejuang Palestina asal Suriah, yang Bernama Muhammad Izzuddin Al-Qassam.
Baca Juga: Enam Tips Hadapi Musim Penghujan
Al-Qassam syahid pada 20 November 1935. Kesyahidannya memicu revolusi dan perlawanan yang menciptakan perang besar di Palestina.
Lalu ada Syaikh Ahmad Yassin dan Dr.Abdul Aziz Ar-Rantisi. Mereka berdua inilah yang membangkitkan pasukan tempur terkuat di sekitar Masjidil Aqsha, yaitu Harakah Al-Muqawwamah Al-Islamiyah disingkat Hamas. Itu 50 tahun setelah syahidnya Izzuddin Al-Qassam.
Terowongan Tanah Gaza
Jika Zionis mempunyai perisai pertahanan udara Iron Dome dan angkatan udaranya yang konon salah satu pasukan terhebat di dunia, maka Hamas mempunyai jaringan terowongan bawah tanah yang menjadi momok bagi pasukan Israel.
Baca Juga: Sampah Menumpuk, Salah Siapa?
Tanah Gaza terdiri dari pasir dan lempung yang membuatnya mudah digali tapi tak mudah runtuh. Ini sangat ideal untuk membuat terowongan.
Bagaimana cara menghubungkan mujahidin dari Gaza Utara ke Gaza Selatan tanpa sinyal sama sekali? Karena sinyal telekomunikasi sangat mudah diretas dan dibajak musuh, maka para mujahidin mempunyai ide brilian. Mereka menggunakan telepon kabel. Telepon itu dipakai untuk memberikan perintah. Untuk menghindari adanya kebocoran informasi, digunakan kode-kode dan istilah tertentu yang hanya diketahui oleh mujahidin.
Tahun 2002 mobil yang ditumpangi panglima tertinggi Brigade Al-Qassam ditarget helikopter. Semenjak hari itu, taka da lagi dokumentasi apa pun tentang Muhammad al-Dheif. Dheif mengkader mujahid yang memiliki kefasihan bahasa Arab serta mahir bertempur. Dheif memintanya untuk berbicara atas namanya sebagai Juru Bicara Militer Al-Qassam, sosok itu adalah Abu Ubaidah. Ia adalah warga asli Gaza berdasarkan kesaksian warga Gaza sendiri.
Ketika pemimpin Muslim hanya mengeluarkan pernyataan dan mengecam, tiba-tiba Abu Ubaidah mengumumkan, “Nasib tantara Zionis hanya empat. Mereka dibunuh, pulang dalam keadaan cacat, sakit mental, atau kami sandera!” Pidato seperti inilah yang membuat hati kaum Muslimin yang mencintai Al-Aqsa membara karena semangat. Abu Ubaidah tak pernah menunjukkan wajahnya. Ia hanya tampil memakai kafiyeh sebagai penutup kepalanya.
Baca Juga: BPS: Pengangguran Terbanyak Lulusan SMK
Pada dasarnya Zionis adalah bangsa yang takut mati. Maka mereka menggunakan segala cara untuk mempertahankan kehidupan mereka.
Ada tiga sistem pertahanan udara canggih yang diandalkan Zionis Israel untuk melindungi hidup warganya. Pertama, Iron Dome. Kelemahan Iron Dome ada dua, yaitu terletak pada efektivitasnya yang tidak maksimal dan harganya sangat mahal. Misalnya dari 10 roket, hanya 9 yang bisa ditangkis dan 1 di antaranya pasti lolos. Harganya yang juga sangat mahal, mencapai 20.000-50.000 dollar atau setara dengan Rp320 juta. Kedua, System Arrow atau Sistem Penangkis Roket Antar Benua. Ketiga, David Sling yang digunakan untuk menembak jatuh drone dan misil dari pesawat tempur
Senjata musuh memang dahsyat. Namun, para mujahidin tidak kehabisan ide. Divisi Dokumentasi Hamas mengedit potongan-potongan video, dibuat menjadi film pendek yang direkam dari sudut pandang mujahidin. Seakan-akan mata mujahidin adalah mata penonton yang melihat apa yang dilihat oleh mujahidin di lapangan tempur.
Taktik hebat mujahidin
Baca Juga: Pembebasan Baitul Maqdis dan Palestina Melalui Literasi dan Edukasi
Jumat, 6 oktober 2023, para mujahidin menghilang dari rumahnya. Jumat itu kaum Yahudi sedang merayakan pergantian tahun pembacaan Taurat versi mereka. Panglima Dheif tahu, saat terlemah musuh justru ketika mereka beribadah ala Taurat. Tepat ketika setelah shalat subuh dilaksanakan, dan doa zikir pagi selesai dilantukan, para mujahidin saling berpelukan. Tanggal 7 Oktober 2023 waktu subuh hari Sabtu, ribuan roket ditembakkan tanpa henti sebagai pembuka perang dari mujahidin. Dari Gaza Utara, roket diluncurkan ke Sderot, Ashdod, Askelon, dan Tel Aviv. Dari Gaza Tengah, roket-roket diarahkan ke target utama yaitu daerah Nir Am, Nir Oz, Kfar Aza, dan Bersheba.
Ketika itulah, Sang Panglima Tertinggi muncul dalam rekaman misteriusnya dengan menyatakan, “Kami mengumumkan dimulainya Operasi Thufanul Aqsa!”
Semua mujahidin di Gaza bersatu dalam menyukseskan perang Thufanul Aqsa itu. Baik Brigade Al-Qassam, Saraya Al-Quds, dan lainnya. Di tengah hujan roket, para mujahidin masuk dengan mudahnya ke wilayah Israel dan menemukan target-target mereka.
Berikut adalah orang-orang yang di targetkan: Pertama, seorang jendral IDF (Israel Defence Force) bernama Nimrod Aloni. Kedua, Kolonel Roy Youssef Levi komandan dari Unit Hantu. Ketiga, Ofir Leibstein kepala otoritas Sha’ar Hanegev. Keempat, Kolonel Jonathan Steinberg, Komandan Brigade Nahal IDF. Mereka semua tewas di tangan mujahidin. Serbuan mendadak ini membuat musuh bingung. Di tengah kebingungan mereka, tiba-tiba TV Al-Aqsha menampilkan pidato Abu Ubaidah sebagai Jubir Al-Qassam dan Abu Hamzah sebagai Jubir Saraya Al-Quds.
Baca Juga: Beda Zaman Beda Gender
Di balik pertempuran yang hebat itu terdapat seorang tokoh yang hebat, yang merancang sebuah narasi besar untuk menghancurkan Israel beberapa tahun sebelum pertempuran. Ia akan menjadi salah satu tokoh yang paling mengancam ketenangan Israel, karena kaum Muslimin di Tepi Barat dan Gaza berbaris dalam satu tujuan untuk berjihad. Tokoh itu adalah Syaikh Shalah Al-Arouri yang syahid pada 2 januari 2024 lalu. Jika mengenang Operasi Thufanul Aqsa, maka kenanglah sosok yang berwibawa itu.
Kita yang tadinya tidak saling mengenal ini, tiba-tiba seperti kawan lama yang bertemu lagi untuk sebuah tugas di masa lalu yang harus kita selesaikan di masa kini. Kini ada sekelompok orang saudara kita menggantikan, menggugurkan tugas bersama untuk berjihad fardhu kifayah, di bumi Ribath Asqalan dan Masjidil Aqsa. Di luaran sana ada orang yang menghalangi umat Islam dari empati dan keinginan berjihad. Mereka mengatakan bahwa pasukan perlawanan yang ada di Palestina adalah Syi’ah dan teroris. Mereka katakan pula bahwa itu semua hanyalah sandiwara. Fokuslah, kamu sudah tahu mana yang benar dan mana yang salah.
Membebaskan dari belenggu penjajahan
Pada akhirnya pertempuran ini bukanlah tentang membebaskan Gaza, Palestina atau Al-Aqsa, tetapi membebaskan semua orang dari belenggu penjajahan. Kitalah yang perlu dibebaskan. Kitalah yang perlu dimerdekakan oleh para mujahidin. Kitalah yang berutang budi pada mereka. Sebab selama ini kita ternyata takut pada musuh yang lemah. Perang ini hanya proses dari banyaknya perjalanan yang harus kita alami untuk menjadi hebat, kuat, dan tak gampang patah.
Baca Juga: Pameran Pendidikan Tinggi Uni Eropa di Jakarta Hadirkan 87 Kampus Ternama
Dalam Al-Qur’an Surah Ash-Shaff ayat 4 Allah Ta’ala berfirman:
اِنَّ اللّٰهَ يُحِبُّ الَّذِيْنَ يُقَاتِلُوْنَ فِيْ سَبِيْلِهٖ صَفًّا كَاَنَّهُمْ بُنْيَانٌ مَّرْصُوْصٌ
“Sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang berperang di jalan-Nya dalam satu barisan, seakan-akan mereka suatu bangunan yang tersusun kukuh.”
Allah menyukai hamba-Nya yang berbaris untuk berjihad di jalan-Nya. Berbaris yang dimaksud di sini adalah bersatu dalam satu langkah untuk berjihad sebagaimana berbarisnya para malaikat Allah. Hingga Allah ibaratkan seperti bangunan yang kokoh.
Baca Juga: Pemuda Indonesia di Tengah Arus Kemajuan Teknologi
Inilah kita hari ini. Memang kaum muslimin di seluruh dunia belum bisa bersatu. Namun, Hamas dan berbagai front jihad lainnya di Palestina sudah meletakkan egonya masing-masing, dan akhirnya bisa bertempur bersama, membentuk barisan yang padu.
Berbarislah saudaraku, berbarislah! Sebentar lagi Masjidil Aqsa merdeka dan kita harus terlibat di sana! Generasi kita bukanlah generasi lemah, tetapi generasi kuat yang sadar bahwa tujuan kita adalah membebaskan Al-Aqsa. Hanya saja kita sempat lalai dan ditampar oleh kerasnya deru Thufanul Aqsa.
Jangan takut dan jangan ragu. Berjama’ahlah. Berbarislah bersama orang-orang yang menjadikan Al-Aqsa sebagai cita-cita generasinya. Ketika membaca kalimat ini saksikanlah, bahwa umat Islam berjanji, kita akan bersama-sama bertemu di Masjidil Aqsa. Kita akan bertemu sebentar lagi di medan jihad, insyaallah. Dan inilah jihad untuk kemenangan atau kesyahidan. Sampai jumpa di Masjidil Aqsa dalam keadaan merdeka dan kita dalam keadaan berjamaah serta bersatu padu berkumpul di sana, di Palestina. Insyaa Allah. []
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: Wanita Sempurna, Istri Raja yang Zalim