Oleh: Ali Farkhan Tsani, Redaktur Senior Kantor Berita MINA
Pada suatu hari, seseorang menemui sahabat Nabi, Ibnu Mas’ud Radhiyallahu ‘Anhu, untuk meminta nasihatnya.
Orang itu berkata, ”Wahai Ibnu Mas’ud, berilah nasihat yang dapat kujadikan sebagai obat bagi jiwaku yang sedang gelisah. Dalam beberapa hari ini, aku merasa tidak sakinah, jiwaku resah, dan pikiranku gundah.”
Maka, Ibnu Mas’ud Radhiyallahu ‘Anhu menasihatinya dengan bijak, ”Kalau itu penyakit yang menimpamu, bawalah dirimu mengunjungi tiga tempat.
Baca Juga: [Hadits Arbain ke-19] Jagalah Allah, Pasti Allah akan Menjagamu
Pertama, datanglah ke tempat orang-orang yang sedang membaca Al-Quran. Di sana, engkau ikut membaca Al-Quran atau cukup mendengarkannya dengan baik.
Kedua, pergilah ke tempat majelis ilmu yang mengingatkan hati kepada Allah.
Ketiga, carilah tempat yang sepi pada malam hari. Di sana, engkau menyendiri bersama Allah waktu tengah malam buta untuk shalat tahajud. Lalu, mintalah kepada Allah ketenangan jiwa, ketenteraman pikiran, dan kemurnian hati.”
Setelah orang itu kembali ke rumahnya, nasihat sahabat tersebut diamalkan. Dia pergi mengambil air wudhu, lalu mengambil Al-Quran. Dia membacanya dengan hati yang khusyuk.
Baca Juga: Mengembangkan Pola Pikir Positif dalam Islam
Selesai membaca Al-Quran, berubahlah jiwanya menjadi tenang, pikirannya tenteram, dan kegelisahannya pun hilang berkat bacaan Al-Quran.
Begitulah Al-Quran merupakan obat penawar, sebagaimana firman-Nya:
وَنُنَزِّلُ مِنَ الْقُرْاٰنِ مَا هُوَ شِفَاۤءٌ وَّرَحْمَةٌ لِّلْمُؤْمِنِيْنَۙ وَلَا يَزِيْدُ الظّٰلِمِيْنَ اِلَّا خَسَارًا
Artinya: Dan Kami turunkan dari Al-Qur’an (sesuatu) yang menjadi penawar dan rahmat bagi orang yang beriman, sedangkan bagi orang yang zalim (Al-Quran itu) hanya akan menambah kerugian. (QS Al Isra/17: 82).
Ayat ini menerangkan bahwa Allah menurunkan Al-Quran kepada Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wasallam sebagai obat dari penyakit hati, yaitu kesyirikan, kekafiran, dan kemunafikan.
Baca Juga: Tadabbur QS. Thaha ayat 14, Dirikan Shalat untuk Mengingat Allah
Al-Quran juga merupakan rahmat bagi kaum Muslimin, karena memberi petunjuk kepada mereka. Sehingga mereka masuk surga dan terhindar dari azab Allah.
Berkaitan dengan kegemaran membaca Al-Quran, Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam menyebutkan di dalam sabdanya:
وَمَا اجْتَمَعَ قَوْمٌ فِى بَيْتٍ مِنْ بُيُوتِ اللَّهِ يَتْلُونَ كِتَابَ اللَّهِ وَيَتَدَارَسُونَهُ بَيْنَهُمْ إِلاَّ نَزَلَتْ عَلَيْهِمُ السَّكِينَةُ وَغَشِيَتْهُمُ الرَّحْمَةُ وَحَفَّتْهُمُ الْمَلاَئِكَةُ وَذَكَرَهُمُ اللَّهُ فِيمَنْ عِنْدَهُ
Artinya : “Tidaklah suatu kaum berkumpul di salah satu rumah Allah, membaca Kitabullah (Al-Quran), dan saling mengajarkan satu dengan lainnya, melainkan akan turun kepada mereka ketenangan, akan dinaungi rahmat, dan akan dikelilingi para Malaikat, dan Allah akan menyebut-nyebut mereka di sisi makhluk yang dimuliakan di sisi-Nya.” (HR Muslim dari Abu Hurairah Radhiyallahu ‘Anhu).
Karenanya, Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam memerintahkan setiap penghuni rumah tangga Muslim agar menghiasi rumahnya dengan alunan ayat-ayat suci Al-Quran. Sebab, rumah yang di dalamnya tidak dibacakan ayat-ayat Al-Quran akan banyak keburukan perilaku, kegersangan jiwa, dan kesempitan pandangan kehidupan.
Baca Juga: Terus Berjuang Membela Palestina
Di sinilah Al-Quran dikatakan sebagai mukjizat dan rahmat yang tiada taranya bagi manusia dan alam semesta. Di dalamnya terkumpul wahyu Allah yang menjadi petunjuk, pedoman, dan pelajaran bagi siapa saja yang memercayai dan mengamalkannya.
Dengan membaca Al-Quran dan memahami kandungannya, akan dapat memberikan spirit, inspirasi, dan motivasi dalam kehidupan.
Begitulah generasi Qurani, yang menghidupkan rumah-rumah mereka dengan lantunan ayat-ayat suci Al-Quran. Rumah yang membedakan mereka dari rumah-rumah yang jauh dari Al-Quran, berarti jauh dari petunjuk.
Itulah rumah-rumah yang dicirikan oleh Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam, seperti rumah-rumah keturunan sahabat ahli Al-Quran, Abu Musa Al-Asy’ari. Ini sebagaimana disebutkan di dalam hadits:
Baca Juga: [Hadits Arbain ke-18] Tentang Taqwa
عَنْ أَبِى مُوسَى رضى الله عنه قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم إِنِّى لأَعْرِفُ أَصْوَاتَ رُفْقَةِ الأَشْعَرِيِّينَ بِالْقُرْآنِ حِينَ يَدْخُلُونَ بِاللَّيْلِ وَأَعْرِفُ مَنَازِلَهُمْ مِنْ أَصْوَاتِهِمْ بِالْقُرْآنِ بِاللَّيْلِ وَإِنْ كُنْتُ لَمْ أَرَ مَنَازِلَهُمْ حِينَ نَزَلُوا بِالنَّهَارِ
Artinya: Dari Abu Musa Al-Asy’ari Radhiyallahu ‘Anhu berkata, Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda, “Sesungguhnya aku benar-benar mengetahui suara kelompok orang-orang keturunan Asy’ari dengan bacaan Al-Quran. Jika mereka memasuki waktu malam, aku mengenal rumah-rumah mereka dari suara-suara mereka membaca Al-Quran pada waktu malam. Meskipun sebenarnya aku belum melihat rumah-rumah mereka ketika mereka berdiam (di sana) pada siang hari.” (HR Muslim).
Semoga Allah senantiasa memberikan bimbingan-Nya kepada kita untuk menjadi orang-orang yang gemar membaca Al-Quran, memahaminya dan mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari. Aamiin. (A/RS2/P1)
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: Mahsyar dan Mansyar: Refleksi tentang Kehidupan Abadi