
Fatah, Azam Al-Ahmad saat konferensi pers setibanya di perbatasan Erez, Gaza. (Foto: MINA)." width="342" height="227" style="float: left;margin: 5px" />Ketua Delegasi Fatah, Azam Al-Ahmad saat konferensi pers setibanya di perbatasan Erez, Gaza. (Foto: MINA).
Tim Koresponden Mi’raj Islamic News Agency (MINA) di Gaza melaporkan, delegasi yang dipimpin oleh Azam Al-Ahmad dan Mustafa Barghuti tersebut tiba di Jalur Gaza pada pukul 19.00 waktu Gaza dan disambut oleh para pejabat Palestina, yaitu Wakil Menteri Luar Negeri Ghazi Hamad dan Juru bicara pemerintah Hamas, Taher Nunu.
Dalam konferensi pers setibanya di Erez, ketua delegasi Azam Al-Ahmad mengatakan, kedatangan Fatah kali ini bukan untuk dialog namun untuk menerapkan apa yang sudah disepakati pada pertemuan-pertemuan sebelumnya. “Saya tegaskan kita harus segera menyelesaikan perpecahan ini dan bersama-sama kita laksanakan apa yang telah disepakati oleh seluruh fraksi Palestina tanpa terkecuali dan tokoh tokoh negara yang independen,” tegas Azam.
“Kita menginginkan kedaulatan Palestina sebagai satu negara yang utuh dengan Al-Quds sebagai ibukotanya, rakyat Palestina adalah rakyat yang satu tidak bisa dipecah belah oleh kekuatan manapun ” lanjut Azam.
Baca Juga: UNICEF Kritik Keras Rencana Israel-AS Awasi Distribusi Bantuan Kemanusiaan untuk Gaza
Azam juga menegaskan, kedatangan delegasi tersebut bukan atas nama fraksi, melainkan delegasi yang dibentuk pemerintah Palestina pada pertamuan 31 Maret lalu. Lebih lanjut lagi Azam menyatakan penolakannya terhadap segala bentuk Yahudisasi yang sedang digaungkan oleh pihak Israel agar kita bisa keluar dari berbagai kesulitan yang telah disebabkan oleh pihak penjajah. “Kita negeri yang satu, bangsa yang satu, dan tidak ada satu pun kekuatan di dunia ini yang berhak dan bisa melepaskan ikatan suci ini,” kata Azam.
Setelah konferensi pers, delegasi langsung mengunjungi kediaman Perdana Menteri Palestina di Gaza, Ismail Haniya di kamp pengungsian Shati, Kota Gaza. (L/KJ/P01).
Mi’raj Islamic News Agency (MINA)
Baca Juga: Presiden Palestina Bertemu Putin di Moskow