Image for large screens Image for small screens

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Damai di Palestina = Damai di Dunia

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Tiga Ciri Muslim Terbaik, Kajian QS. An-Nisa 125

Nur Hadis - Kamis, 16 November 2017 - 23:52 WIB

Kamis, 16 November 2017 - 23:52 WIB

328 Views

Imaamul Muslimin Yakhsyallah Mansur saat memberikan tausiyah dihadapan Ikhwan Jama'ah Muslimin (Hizbullah) Riyasah Negararatu, Kamis, (16/11) malam. Photo : Wulan/MINA.

Yakhsyallah Mansur (Imaam Jama’ah Muslimin) saat memberikan tausiyah dihadapan ikhwan Jama’ah Muslimin (Hizbullah) Riyasah Negararatu, Kamis, (16/11) malam. Foto : Wulan/MINA.

Bandar Lampung, MINA – Ada tiga ciri Muslim terbaik menurut Al-Qur’an Surat An-Nisa ayat 125. Demikian dikatakan KH. Yakhsyallah Mansur dihadapan puluhan ikhwan Jama’ah Muslimin (Hizbullah) Riyasah Negararatu, Natar, Lampung Selatan, Kamis, (16/11) malam.

“Pada ayat ini Allah menggunakan Istifham Inkari (pertanyaan retoris) siapakah yang terbaik dalam beragama Islam,” katanya.

Yang pertama, Muslim yang menyerahkan wajahnya kepada Allah.

“Maksudnya, menyerahkan seluruh hidupnya hanya kepada Allah. Inilah urgensi Baiat, maka jangan takut, jangan khawatir, kalau kita serahkan hidup kita pada Allah, maka Allah akan jamin hidup kita,” ujarnya.

Baca Juga: Banjir Kota Jambi Rendam Sekolah dan Rumah Warga

Sebab semua yang kita miliki itu dari Allah, maka pantas kalau kita mengabdi kepada Allah.

Ciri kedua yakni, selalu berbuat baik. Ditulis pada ayat Muhsin, berasal dari kata Ahsana, Yuhsinu, Muhsin yang artinya memperbaiki.

“Jadi dikatakan Muslim terbaik apabila kehidupan agamanya bertambah baik, kebaikannya selalu bertambah,” ujarnya.

Maka, seharusnya semakin lama kita dalam Islam ini harus semakin kuat akidahnya, tidak semakin lemah.

Baca Juga: STISA Abdullah Bin Mas’ud dan Kantor Berita MINA Jalin Kerjasama Pengembangan Jurnalistik dan Literasi Digital

Ciri ketiga menandakan manusia sebagai Muslim terbaik yaitu, mengikuti Millah Ibrahim yang lurus.

“Kita diminta mengikuti tindak tanduk Ibrahim, karena Ibrahim memiliki kedua ciri sebelumnya yakni menyerahkan hidupnya totalitas kepada Allah, dan selalu berbuat baik,” katanya.

Kita hanya diminta mengikuti Ibrahim karena tidak mungkin bisa menyamainya.

“Bagaimana kita bisa menyamai Ibrahim yang memilih mengorbankan anaknya untuk Allah,” katanya.

Baca Juga: 88 Bus Merapat, Ini Imbauan untuk Jamaah Taklim Pusat Saat Arus Pulang

Maka pantaslah Allah menjadikan Ibrahim sebagai kesayangannya (Kholilulloh).

“Ibrahim diberi gelar Kholilulloh karena beliau senang memberi, tidak senang meminta,” katanya.(L/B01/RS3).

Mi’raj News Agency (MINA).

Baca Juga: Aat Surya Safaat Tekankan Pentingnya Literasi dan Etika Bermedia Sosial

Rekomendasi untuk Anda

Khutbah Jumat
Kolom
Khutbah Jumat
Khutbah Jumat
Indonesia