Semarang, MINA – Tim peneliti dosen dan mahasiswa Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK) Universitas Islam Negeri (UIN) Walisongo Semarang mengunjungi Lembaga Pendidikan Islam di Provinsi Narathiwat, Thailand Selatan.
Tim peneliti yang terdiri Dr. H. Shodiq, M.Ag., Dr. H. Ikhrom, M.Ag., Sayyidatul Fadlilah, M.Pd., dan Evita Nur Apriliana ini merupakan penerima hibah dana bantuan penelitian kolaborasi internasional Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LP2M) UIN Walisongo Semarang tahun 2023.
Narathiwat adalah salah satu dari empat provinsi di Thailand Selatan (bersama dengan Yala, Pattani, dan Satun) dengan populasi mayoritas Muslim (82 persen).
Tim peneliti mengunjungi Sekolah Mesbah el-Ulum, Pratheep Vittaya School/Maahad Mesbah el-Ulum), Muzium Al-Qur’an Samanmit Witya School, dan Masjid Wadi Al Husein Telok Manok, melakukan wawancara dan diskusi dengan pengurus ketiga Lembaga tersebut.
Baca Juga: Kadispenad: Program Pembinaan Siswa Bermasalah Bukan Pendidikan Militer
Kunjungan tim peneliti di Maahad Mesbah el-Ulum Narathiwat didampingi para alumni S1 dan mahasiswa aktif S3 UIN Walisongo Semarang yang berasal dari Thailand.
Ketua tim, Shodiq menyampaikan, tujuan kedatangannya ke lembaga pendidikan tersebut, untuk mengkaji sistem dan perkembangan pendidikan Islam di Narathiwat.
“Pada kesempatan kali ini kami mengunjungi Maahad Mesbah el-Ulum untuk mengkaji implementasi pendidikan Islam di Kawasan Thailand Selatan, selain itu kami juga berupaya menggali data tentang bagaimana peradaban Muslim Melayu,” katanya, Selasa (22/8).
Pendidikan di daerah Narathiwat ada tiga macam sistem: pertama, pengajian pondok; kedua, sekolah agama; dan ketiga, sekolah akademik.
Baca Juga: Aksi Damai Solidaritas Palestina Kembali Digelar di Depan Kedubes AS
“Sekolah akademik itu jadi bahagian syarat untuk memperoleh pembiayaan daripada kerajaan Thailand,” Kata Dr. Ramli bin Syehabuddin yang biasa disapa dengan Ustadz Adnan, pengurus Yayasan Auqof Al Mesbah.
Tim Peneliti juga mengunjungi Muzium Al-Qur’an, Samanmit, Witya School, Narathiwat, Thailand, sebuah pusat pelestarian peradaban Muslim Melayu yang menyimpan 39.000 manuskrip.
Tidak hanya berbahasa Arab, manuskrip yang terdokumentasikan di museum tersebut juga menggunakan Aksara Melayu Jawi dan Bahasa Thailand kuno. Beragam manuskrip tersebut menjadi bukti peradaban Bangsa Muslim Melayu di Thailand Selatan.
Di Narathiwat tersebut, tim peneliti juga melakukan kunjungan ke Masjid Wadi Al Husein, Telok Manok yang merupakan salah satu masjid tertua dalam sejarah penyebaran Islam di Pattani, Thailand Selatan yang dibangun oleh Wan Husein As-Sanawi Al-Alfathoni pada tahun 1624.
Baca Juga: Prabowo Berencana Bangun Perkampungan Indonesia di Makkah
Meski telah berdiri selama 400 tahun, namun Masjid Wadi Al Husein ini masih berdiri kokoh dan memiliki lembaga Taman Didikan Kanak-kanak (Tadika), sebuah lembaga pendidikan Islam untuk anak-anak berbangsa Melayu dengan tujuan agar mereka mengenal budaya dan adat istiadatnya. Masjid ini juga sangat unik karena menggunakan arsitektur bergaya lokal Melayu, bahkan mirip dengan model rumah gadang di Padang Sumatera Barat, Indonesia.
Kajian-kajian keislaman yang ada di Thailand Selatan tidak jauh berbeda dengan Indonesia yang lebih didominasi pemahaman fiqih mazhab Imam Syafi’i. Terlepas dari perkembangan politik, pendidikan Islam di Thailand terselenggara dengan damai dan harmonis.
Ada negosiasi antara pemerintah Kerajaan dengan Muslim Melayu, sehingga Islam di Kawasan Narathiwat dapat eksis hingga hari ini. Pemerintah Kerajaan Thailand mulai memberikan hak-hak Muslim Melayu sedikit demi sedikit untuk mengembangkan pendidikan Islam dan Muslim Melayu juga mengajarkan Bahasa Thai melalui sekolah akademik. (L/B04/P1)
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: Ribuan Warga Banjarnegara Turun ke Jalan, Suarakan Boikot Israel dan Bela Palestina