Jakarta, 5 Rabi’ul Akhir 1438/ 3 Desember 2016 (MINA) – Tim Traditional Games Returns, gabungan dari Mahasiswa London School of Public Relations Jakarta, Forum Anak JABODETABEK (Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang Selatan dan Bekasi) dan Fasilitator Forum Anak Jakarta akan menggelar Kampanye Melestarikan Permainan Tradisional pada 8 Januari 2017. Kampanye bertajuk Traditional Games Returns (TGR) akan berlangsung di 70 Ruang Publik Terpadu Ramah Anak (RPTRA) di Jakarta.
“Ide kampanye berawal dari keprihatinan terhadap anak-anak Indonesia yang hampir tidak mengenali lagi permainan tradisional seperti, congklak, petak umpet, atau ular tangga. Anak-anak saat ini lebih memilih bermain gadget dan menonton video di youtube. Kondisi ini dipengaruhi kemajuan teknologi, yang menjadikan anak-anak mudah mengakses beragam aplikasi di gadget. Tapi di sisi lain, berdampak negatif yang menjadikan anak-anak cenderung individualistis karena mereka lebih senang memainkan permainan di gadget sendirian,” kata Citra Demi Karina, Fasilitator Forum Anak yang juga Tim Kampanye TGR, Selasa (3/1).
Selain akan menggelar kampanye offline sehari di 70 RPTRA di Jakarta pada 8 Januari mendatang, kampanye TGR juga dipublikasikan melalui media sosial.
Sejak November 2016, sudah digelar kompetisi foto bersama anak-anak melalui link instagram @tgrcampaign. Selain kompetisi foto, juga berisikan video tentang pendapat anak-anak terkait permainan tradisional. Masyarakat cukup antusias mengikuti kompetisi foto ini. Terbukti hingga 31 Desember ini sudah terkumpul 200 peserta dari seluruh Indonesia.
Baca Juga: Cinta dan Perjuangan Pembebasan Masjid Al-Aqsa Harus Didasari Keilmuan
Pengiriman foto batas akhir pada tanggal 7 Januari 2017. Pemenang dari kompetisi foto ini akan diumumkan pada 8 Januari 2017 di RPTRA Cipinang Besar Utara, Jakarta Timur.
Puncak acara kampanye akan dipusatkan di RPTRA Cipinang Besar Utara, Jakarta Timur. Rangkaian acara yang sudah disiapkan di 70 RPTRA itu antara lain adalah senam pagi bersama, parade anak-anak, dan mengajak anak-anak mengikuti permainan tradisional bersama. Uniknya, seluruh kegiatan tersebut akan disiarkan secara live melalui facebook.
“Banyaknya fakta, orang tua mengeluh karena anak-anaknya kecanduan permainan-permainan modern (ceritanet.com). Sebanyak 70 persen anak-anak di Asia Tenggara lebih suka menghabiskan waktu luang untuk bermain games di perangkat mobile ketimbang bermain permainan tradisional (techno.id).” katanya.
Kondisi inilah yang membuat tim Kampanye TGR ingin mengajak anak-anak melestarikan lagi permainan-permainan tradisional yang sudah mulai dilupakan.
Baca Juga: Lewat Wakaf & Zakat Run 2024, Masyarakat Diajak Berolahraga Sambil Beramal
“Kami sangat antusias ingin mengajak anak-anak untuk bermain bersama teman-temannya, tidak cuma berdiam diri di depan gadget, sehingga tumbuh kembali rasa kebersamaan bersama lingkungannya,” kata Citra Demi Karina salah seorang tim TGR.
TGR juga merupakan Fasilitator Anak DKI Jakarta tentang kampanye TGR yang mengusung slogan Lupakan Gadgetmu, Ayo main di luar!.
Kementrian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (KPPPA) sebelumnya juga melakukan kegiatan Festival Permainan Anak di Taman Mini Indonesia Indah (TMII) awal Desember kemarin.
Untuk itu KPPPA mendukung penuh kampanye ini dalam upaya melestarikan permainan tradisional yang akan diselenggrakan oleh Tim TGR, yang dimana anggota timnya ialah para Forum Anak yang merupakan wadah partisipasi anak.
Baca Juga: Prof Abd Fattah: Pembebasan Al-Aqsa Perlu Langkah Jelas
Adapun ragam permainan tradisional yang akan dikampanyekan dipilih sesuai dengan usia anak-anak, seperti gobak sodor, bentengan, ular naga, congklak, dampu dan lain sebagainya.
Menurut Agnes Amelia S. Si, M. Si selaku pembimbing Kampanye TGR, “kampanye kembali ke permainan tradisional ini tidak hanya mengajak anak kembali bersosialisasi dengan teman sebaya, tetapi juga bertujuan menyehatkan badan, karena membuat anak-anak bergerak dan bergembira bersama melalui olah otot, olah tubuh dan olah otak.” (L/anj/RS2)
Mi’raj Islamic News Agency (MINA)
Baca Juga: MUI Tekankan Operasi Kelamin Tidak Mengubah Status Gender dalam Agama