TINDAKAN ANTI MUSLIM DI PERANCIS MENINGKAT PADA 2015

islamophobia, 30 Jumadil Akhir 1436/19 April 2015 (MINA) – Tindakan Anti-Muslim di Perancis sepanjang empat bulan tahun 2015, mencapai angka tinggi hingga 500 persen, menurut Kepala Observatorium Nasional Perancis melawan Islamophobia.

Abdallah Zekri, kepala Observatorium mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa tindakan anti-Muslim meningkat 500 persen, dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun 2011.

“Sejak berdirinya Observatorium tahun 2011, tidak pernah ada tindakan Islamofobia seperti ancaman, terutama pada jaringan sosial,” kata Zekri, laporan World Bulletin.

Zekri menyatakan ada sejumlah 222 tindakan anti-Muslim sepanjang 2015, terdiri dari 56 serangan dan 166 ancaman. Sementara tindakan serupa berjumlah 37 aksi pada tahun 2014, ini artinya naik 500 persen, katanya.

Zekri menambahkan, jumlah tindakan anti-Muslim pada Januari 2015, mencapai 178.
Dia menjelaskan bahwa peningkatan tersebut antara lain terjadi berkaitan dengan serangan mematikan di kantor majalah satir Perancis Charlie Hebdo pada 7 Januari lalu, diikuti dengan situasi penyanderaan di sebuah supermarket halal dua hari kemudian, yang mengakibatkan 17 orang tewas.

“Kejahatan-kejahatan mengerikan dan menakutkan tidak dapat dibenarkan dalam keadaan apa pun, yang dapat mengakibatkan peningkatan kebencian atau dendam terhadap Muslim di Perancis,” tegas Zekri.

Padahal menurutnya, umat Muslim Perancis tidak bertanggung jawab dan tidak bersalah, serta tidak terlibat dalam melakukan aksi-aksi teroris yang menghancurkan negara.

Zekri mengatakan, serangan terhadap pria dan wanita Muslim umumnya terjadi di tempat-tempat umum, di kendaraan, dan dalam beberapa kasus ibu hamil.

Dia juga mengatakan, dalam kasus-kasus tertentu, menargetkan tempat-tempat ibadah, dengan menggunakan granat dan senjata api.

“Ini termasuk rasisme, penolakan terhadap pria dan wanita Muslim terhormat,” papar Zekri.

Ia mempertanyakan dan menyayangkan, mana motto Perancis Liberty (Kebebasan ), Equality (Kesetaraan), Fraternity (Persaudaraan).

Zekri melanjutkan, ia mengecam para pemimpin politik yang tetap diam dalam menghadapi tindakan anti-Muslim di negaranya .

“Semua perlakuan terjadi tanpa ada reaksi dari politisi, mereka bukannya mengecam atau mencoba untuk menemukan alasan,” katanya.

Ia juga mengatakan, diamnya politisi seperti itu justru dapat menimbulkan radikalisasi dan mendorong pemuda untuk bergabung dengan kelompok ekstrimis dan teroris.

“Tidak mengherankan bahwa orang-orang muda, merasa tersisihkan, terpinggirkan dan dituduh segala kejahatan, merasa dianggap radikal, mengingat bahwa mereka tidak memiliki masa depan di negeri ini,” Zekri menyimpulkan, (T/P005/Imt/P4).

Mi’raj Islamic News Agency (MINA)

Wartawan: Admin

Editor:

Ikuti saluran WhatsApp Kantor Berita MINA untuk dapatkan berita terbaru seputar Palestina dan dunia Islam. Klik disini.

Comments: 0