Tokyo, 11 Rabi’ul Awwal 1437/22 Desember 2015 (MINA) – Di tengah meningkatnya kemarahan atas pernyataan kontroversial oleh calon Presiden Amerika Serikat (AS) dari Partai Republik Donald Trump tentang tidak menerima wisatawan dan imigran muslim ke negara itu, Jepang menyambut mereka sebagai kesempatan bagi negara itu untuk meningkatkan perekonomian, khususnya di sektor pariwisata.
Pendekatan itu langsung bertentangan dengan rumor yang disebarkan oleh kaum konservatif AS melalui Internet bahwa Muslim tidak diperbolehkan untuk memasuki Jepang, demikian laporan portal berita Tourism Review sebagaimana dikutip Mi’raj Islamic News Agency (MINA), Selasa.
Dilaporkan, langklah baru Jepang ini diambil karena kebijakan “Abenomics” Perdana Menteri Jepang Shinzo Abe belum menghasilkan sukses besar kecuali di sektor pariwisata. Ketika pemimpin Partai Demokrat Liberal berkuasa pada Desember 2012, nilai tukar Yen terhadap dolar adalah 85. Terjadinya pelonggaran moneter mengakibatkan devaluasi tajam terhadap Yen.
Saat ini, nilai tukar Yen terhadap dolar adalah 120. Sebagai akibat dari peningkatan wisatawan asing yang mampu banyak membelanjakan uangnya untuk berwisata di Jepang.
Baca Juga: Hadiri Indonesia-Brazil Business Forum, Prabowo Bahas Kerjasama Ekonomi
Target awal pemerintah adalah 20 juta wisatawan setahun pada tahun 2020. Namun, jumlah pengunjung telah melampaui semua harapan. Target 20 juta dapat tercapai tahun ini, lebih cepat dari jadwal target.
Hal ini telah mendorong pemerintah merevisi target dengan menaikan target menjadi 30 juta pengunjung pada tahun 2020.
Malaysia dan Indonesia memiliki peran besar untuk bermain dalam peningkatan jumlah wisatawan Muslim. Menurut Organisasi Pariwisata Nasional Jepang (JNTO), telah terjadi peningkatan 18,2 persen pada jumlah wisatawan Malaysia yang berkunjung ke negara sampai akhir Oktober 2015.
Di sisi lain, jumlah pengunjung dari Indonesia melonjak sebanyak 30,8 persen. Secara total, 270.000 orang Malaysia dan hampir 200.000 orang Indonesia telah mengunjungi Jepang hingga Oktober tahun ini. Tentu saja, sejumlah kecil Muslim dari negara lain juga mengunjungi Jepang.
Baca Juga: Rupiah Berpotensi Melemah Efek Konflik di Timur Tengah
Sementara itu, baik bisnis dan pemerintah daerah telah menunjukkan respon positif terhadap perkembangan ini. Prefektur menerbitkan Buku Panduan Perhotelan Muslim untuk mengajarkan masyarakat setempat bagaimana mereka harus berurusan dengan pelanggan Muslim.
Beberapa agen perjalanan telah mulai menawarkan program khusus bagi wisatawan muslim. Sebuah perusahaan start-up bernama “Travelience” telah mulai menawarkan satu hari tur kelilingi Tokyo untuk wisatawan Muslim.
Untuk memenuhi wisatawan Muslim, panduan belajar tentang makanan halal dan perusahaan merancang paket khusus bagi umat Islam.
Saat ini, Jepang dalam proses memperbaiki dan meningkatkan pariwisata Muslim.
Baca Juga: Komite Perlindungan Jurnalis Kutuk Israel atas Tebunuhnya Tiga Wartawan di Lebanon
Perlu dicatat bahwa beberapa wisatawan Muslim yang menghabiskan beberapa waktu untuk meneliti di Internet sebelum kunjungan mereka ke Jepang tidak mengalami banyak kesulitan dalam mencari makanan halal. Mereka mengatakan bahwa fasilitas lain yang diperlukan bagi umat Islam juga tersedia di Tokyo.(T/R05/P2)
Mi’raj Islamic News Agency (MINA)
Baca Juga: OJK Dorong Literasi dan Inklusi Keuangan Syariah untuk Santri di Kalteng