Image for large screens Image for small screens

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Damai di Palestina = Damai di Dunia

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Tinjau Banjir Aceh Utara, Doni Monardo Beri Tiga Arahan Penanganan Bencana

Rendi Setiawan - Jumat, 11 Desember 2020 - 07:47 WIB

Jumat, 11 Desember 2020 - 07:47 WIB

6 Views

Lhoksumawe, MINA – Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Doni Monardo melakukan peninjauan lokasi terdampak banjir di Kecamatan Lhoksukon, Kabupaten Aceh Utara, Aceh, Kamis (10/12).

Kegiatan peninjauan lapangan tersebut dilakukan guna melihat langsung kondisi terkini sekaligus memetakan beberapa permasalahan untuk kemudian diambil langkah-langkah penanganannya.

Doni ditemani Dirjen Bina Administrasi Kewilayahan Kementerian Dalam Negeri, Safrizal, Bupati Kabupaten Aceh Utara, Muhammad Thaib, Kepala Pelaksana BPBA Sunawardi Desky, Dandim 0103 Aceh Utara, Letkol Arm Oke Kistiyanto, S.A.P dan beberapa jajaran dari Pemkab setempat.

Dalam peninjauannya, Doni memberikan tiga arahan untuk kemudian dapat diimplementasikan dalam tiga tahapan waktu meliputi penanganan jangka pendek, menengah dan jangka panjang.

Baca Juga: Sertifikasi Halal untuk Lindungi UMK dari Persaingan dengan Produk Luar

Adapun tindakan yang dapat dilakukan untuk jangka pendek menurut Doni adalah dengan memberikan perlindungan kepada masyarakat yang terdampak, khususnya bagi mereka yang menjadi korban, termasuk bagi yang berada di pengungsian.

Dalam masa pandemi COVID-19, Doni Monardo yang juga menjabat Ketua Satuan Tugas (Satgas) Penanganan COVID-19 meminta agar pihak penyelenggara pengungsian warga terdampak banjir dapat memisahkan antara kelompok rentan dengan mereka yang usia muda.

Hal itu dilakukan mengingat penularan virus SARS-CoV-2 penyebab COVID-19 masih berpotensi terjadi dari mereka yang berusia muda dan memiliki mobilitas tinggi kepada para kelompok rentan.

Apabila kemudian ada yang terjangkit COVID-19 tanpa gejala dan tidak sengaja menulari para kelompok rentan di pengungsian, maka hal itu dapat menjadi lebih buruk.

Baca Juga: Menko Budi Gunawan: Pemain Judol di Indonesia 8,8 Juta Orang, Mayoritas Ekonomi Bawah

“Memisahkan antara kelompok yang rentan dengan masyarakat yang secara fisik sehat,” ujar Doni.

Adapun menurut Doni, kelompok yang masuk dalam kategori rentan tersebut meliputi lansia, kemudian bagi mereka yang mempunyai penyakit penyerta atau komorbid, ibu hamil dan menyusui serta anak balita.

“Itu wajib dipisahkan tidak boleh disatukan dengan kelompok yang usia muda,” jelas Doni.

“Demikian juga mereka yang dalam kondisi hamil dan sedang menyusui serta anak balita,” imbuhnya.

Baca Juga: Hingga November 2024, Angka PHK di Jakarta Tembus 14.501 orang.

Dari segi penanganan darurat, BNPB akan segera berkoordinasi dengan Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) untuk mempercepat proses pengerukan sumbatan dan sedimentasi di bagian hilir agar genangan banjir segera surut.

“Kami juga akan memberikan dukungan bekerja sama dengan Kementerian PUPR untuk mempercepat agar aliran air yang ada di darat ini segera masuk ke laut,” kata Doni.

Dari pantauan langsung dari pesawat sebelum mendarat, Doni melihat sendiri bahwa bagian hilir sungai mengalami penyempitan, sehingga hal itu harus segera ditangani dengan mengerahkan sejumlah alat berat.

“Saya melihat adanya pendangkalan muara sungai dan penyempitan. Sehingga kita akan segera menyiapkan backhoe dan kendaraan amphibi,” jelas Doni.

Baca Juga: Menag: Guru Adalah Obor Penyinar Kegelapan

Dalam rangka mendukung upaya penanganna darurat jangka pendek tersebut, Doni Monardo memberikan bantuan langsung berupa kebutuhan logistik dan peralatan berupa 1 unit tenda pengungsi, 5.000 paket swab antigen, 100.000 masker kain, 10.000 masker KF94, 100 lembar matras, 100 lembar selimut.

Bantuan tersebut juga diberikan kepada sejumlah Kabupaten/Kota yang terdampak banjir seperti Kota Lhoksumawe, Kabupaten Aceh Tenggara, Kabupaten Aceh Timur, Kabupaten Bener Meriah dan Provinsi Aceh.

Kemudian untuk jangka menengah, BNPB akan memberikan dukungan dalam rangka pembangunan atau pemulihan kembali infrastruktur bersama Kementerian PUPR, terutama perbaikan tanggul dan bantaran sungai yang rusak dengan konsep ekologi dan konservasi lingkungan.

Menurut Doni konsep ekologi yang akan diterapkan adalah penguatan tanggul dengan tanaman vetiver atau yang lebih dikenal dengan akar wangi.

Baca Juga: AWG Gelar Dauroh Akbar Internasional Baitul Maqdis di Masjid Terbesar Lampung

“Selain membangun kembali atau memulihkan kembali infrastruktur terutama tanggul-tanggul, ini nanti akan sandingkan dengan tanaman vetiver atau akar wangi,” kata Doni.

Sebagaimana diketahui bahwa akar tanaman vetiver memiliki kekuatan yang setara dengan 1/6 dari kekuatan kawat baja. Akar vetiver tersebut juga dapat tumbuh mencapai lebih dari lima meter ke dalam tanah dan dapat memperkuat tanggul beton.

“Ini akan membantu memperkuat tanggul-tanggul yang selama belasan tahun ini mengalami kerusakan,” kata Doni.

Selanjutnya untuk konsep jangka panjang, Doni mengajak seluruh pemangku kebijakan di daerah untuk mempertahankan ekosistem yang ada di hulu, khususnya di Kabupaten Bener Meriah.

Baca Juga: Embassy Gathering Jadi Ajang Silaturahim Komunitas Diplomatik Indonesia

Ke depannya, dia meminta agar kemudian tidak ada alih fungsi lahan untuk kepentingan segelintir individu maupun kelompok.

“Tidak boleh ada alih fungsi lahan. Kita kembalikan fungsi konservasinya,” kata Doni.

Di sisi lain, Doni juga memberikan catatan agar dalam upaya pelestarian ekosistem di bagian hulu tersebut agar memperhatikan aspek ekonomisnya.

Artinya, selain memberikan manfaat secara ekologis tetapi juga harus memberikan manfaat ekonomi bagi masyarakat.

Baca Juga: Prabowo Klaim Raih Komitmen Investasi $8,5 Miliar dari Inggris

Oleh sebab itu, pihaknya akan memberikan rekomendasi beberapa jenis tanaman yang dapat memberikan dua manfaat tersebut, seperti pohon alpukat, petai, sukun dan jenis tanaman lainnya.

“Tetapi juga masyarakat tentu harus mandapatkan nilai ekonomis dari kegiatan yang kita lakukan,” kata Doni.

“Punya nilai ekonomis tetapi fungsi ekologisnya tidak boleh hilang. Oleh karena itu beberapa jenis tanaman nanti akan dipilih,” pungkasnya.

Sebagaimana informasi sebelumnya, banjir dengan tinggi muka air (TMA) 20-200 sentimeter merendam 14 kecamatan di Kabupaten Aceh Utara sejak Jumat (4/12).

Baca Juga: Fun Run Solidarity For Palestine Bukti Dukungan Indonesia kepada Palestina

Peristiwa yang dipicu oleh hujan dengan intensitas tinggi ditambah buruknya daerah aliran sungai itu telah memaksa 19.476 jiwa mengungsi ke tempat yang lebih aman.

Selain itu, banjir juga menyebabkan 5 orang meninggal dunia, sebagaimana laporan dari Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Aceh Utara pada Kamis (10/12) pukul 13.00 WIB. (L/R2/RI-1)

Mi’raj News Agency (MINA)

Baca Juga: KNEKS Kolaborasi ToT Khatib Jumat se-Jawa Barat dengan Sejumlah Lembaga

Rekomendasi untuk Anda

Indonesia
Indonesia
Indonesia
Indonesia
Indonesia
Indonesia