Baghdad, 28 Sya’ban 1435/26 Juni 2014 (MINA) – Tokoh agama tinggi Irak, Muqtada Al-Sadr menyerukan pembentukan pemerintahan darurat nasional dan bertekad melawan kelompok militan Negara Islam di Irak dan Levant (ISIL), sehari setelah Perdana Menteri Nouri Al-Maliki menolak setiap upaya untuk mengacau pemerintahannya.
Sadr dengan gerakan Tentara Mahdi-nya memerangi pasukan Amerika Serikat di Irak selama perang hampir sembilan tahun. Ia juga menyuarakan oposisi pada Rabu (25/6) kepada penasihat militer AS yang bertemu komandan tentara Irak.
Sadr menuntut “wajah baru” dalam pemerintah persatuan nasional setelah pemilu 30 April dimenangkan oleh Maliki, demikian Al Jazeera melaporkan yang dikutip MINA.
“Kita juga perlu segera membentuk pemerintah nasional dengan nama baru dengasn komposisi dari semua latar belakang dan tidak didasarkan pada kuota sektarian semata” katanya dalam pidato televisi.
Baca Juga: Lima Paramedis Tewas oleh Serangan Israel di Lebanon Selatan
“Saya menyerukan kepada semua rakyat Irak untuk menghentikan pertempuran dan meneror warga sipil. Pemerintah Irak harus memenuhi tuntutan dari kelompok Sunni moderat dan berhenti untuk tidak memasukkan mereka karena mereka telah terpinggirkan.”
Dari Baghdad, Imran Khan Al Jazeera melaporkan, muncul komentar yang menuding bahwa Sadr ingin menyingkirkan Maliki dan membentuk pemerintahan baru.
“Komentar-komentar ini kuat dan diperhatikan,” katanya, seraya menambahkan bahwa mereka menunjukkan “perpecahan besar” antara yang diinginkan Maliki dan pihak lainnya.
Pernyataan Sadr disampaikan beberapa hari setelah pejuang yang setia kepadanya berparade dengan senjata di kawasan Sadr City utara Baghdad, menjanjikan untuk melawan serangan terhadap kelompok ISIL.
Baca Juga: Militer Israel Akui Kekurangan Tentara dan Kewalahan Hadapi Gaza
ISIL dan kelompok-kelompok terkait telah telah menguasai bagian sejumlah provinsi yang menewaskan hampir 1.100 orang, mendorong ratusan ribu orang mengungsi dan mengancam perpecahan bangsa. (T/P09/EO2)
Mi’raj Islamic News Agency (MINA)
Baca Juga: Netanyahu Akan Tetap Serang Lebanon Meski Ada Gencatan Senjata