Lampung Selatan, 29 Rabi’ul Akhir 1435/1 Maret 2014 (MINA) – Tokoh sekaligus Pimpinan Jamaah Muslimin (Hizbullah) Wilayah Malaysia, Dudin Sobaruddin mengajak warga Pondok Pesantren Al Fatah Lampung untuk membudidayakan tanaman ubi.
Dudin menyampaikan hal itu pada acara perkenalan bersama rombongannya terdiri dari sejumlah pengusaha Malaysia dengan masyarakat dan santri di Pesantren Al Fatah, Kampung Muhajirun, Bandar Lampung, Sabtu.
“Mungkin bagi sebagian Muslim, menyuguhkan biskuit kepada tamu, tampak lebih bergengsi, tetapi sesungguhnya, singkong lebih alamiah dan nikmat, juga berfungsi membersihkan toksin-toksin, jadi jauh lebih sehat dibandingkan banyak makanan yang mengandung penyedap rasa dan zat pewarna,” kata Dudin.
Ia mengungkapkan, pakar ekonomi Malaysia yang juga pernah datang ke ponpes tersebut dan bertanya, kenapa warga Muhajirun tidak menanam dan membudidayakan ubi.
Baca Juga: AWG Gelar Webinar Menulis tentang Baitul Maqdis
“Saya mengajak saudara-saudara di Muhajirun untuk menanam singkong dan kembali menghidupkan budaya 80-an, di mana ubi menjadi suguhan utama,” kata tokoh yang juga berprofesi sebagai dosen di salah satu universitas di Malaysia itu.
Ia mengatakan, di Malaysia setiap hari etnis Cina tidak bisa lepas dari mengkonsumsi umbi-umbian, karena di dalamnya terdapat zat penawar racun sebagai benteng untuk meningkatkan daya tahan tubuh dari serangan berbagai penyakit.
“Saya mengajak para ikhwan untuk kembali menghidupkan budaya 80-an, di mana ubi menjadi suguhan utama bagi para tamu.” tuturnya.
Bangsa Cina, sambungnya, saat ini menguasai pasar dengan menyuguhkan anak-anak berbagai macam camilan atau snack yang penuh bumbu penyedap dan zat pewarna. “Mereka mengambil keuntungan di atas penderitaan umat manusia,” tandasnya.
Baca Juga: 30 WNI dari Suriah Kembali Dievakuasi ke Indonesia
“Anak kita yang seumur setahun dua tahun disuguhi snack yang merugikan kesehatan, yang meraup untung hanya produsennya. Itu baru snack, belum berbagai panganan lainnya,” ujar Dudin.
Menurutnya, dengan menyuguhkan ubi, ada keyakinan bagi pengkonsumsi bahwa itu adalah makanan halalan thayyiban (halal dan baik).
Dudin memberi contoh lain, yaitu mie instan, yang menurut dia , sudah membudaya dimana-mana termasuk di Indonesia. “Hampir setiap hari orang makan nasi dengan mie. Karbohidrat lagi, karbohidrat lagi,” tambah Dudin.
Menurut catatan, dalam satu porsi mie instan, sudah terkandung sekitar 400 kalori, jumlah itu sama dengan satu porsi nasi ukuran sedang dan lauk-pauk. Jika satu porsi mie instan ditambah nasi, kalori yang masuk ke tubuh bisa mencapai 600 – 700 kalori sekali makan, padahal rata-rata wanita dewasa hanya butuh 1.200 – 1.500 kalori per hari.
Baca Juga: Banjir di Makasar Rendam Rumah Dinas Gubernur dan Kapolda
Perpaduan karbohidrat dari nasi dan mie instan dapat menaikkan indeks glikemik, sehingga gula dalam darah melonjak drastis. Inilah yang membuat semakin tingginya risiko penyakit diabetes.
Makan nasi dan mie instan saja, tidak memenuhi kecukupan gizi lain seperti protein, serat, vitamin dan sebagainya. Tingginya kalori yang terkandung dalam mie instan dan nasi juga membuat berat bdana naik. Menurut para ahli kesehatan, orang yang suka makan mie instan, sebaiknya dibatasi, setidaknya seminggu sekali saja. Meski mie dinyatakan halal, tapi mie instan mengandung faktor-faktor penyebab yang bisa memberi keburukan pada tubuh.(L/P09/EO2).
Mi’raj Islamic News Agency (MINA).
Baca Juga: Angkatan Kedua, Sebanyak 30 WNI dari Suriah Kembali ke Tanah Air
Baca Juga: Antisipasi Macet saat Nataru, Truk Barang akan Dibatasi Mulai 21 Desember