Surabaya, MINA – Dalam Pengajian Kamisan diselenggarakan Majelis Pendidikan Tinggi, Penelitian dan Pengembangan Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Ketua PP Muhammadiyah Syafiq Mughni mengemukakan ciri-ciri peradaban yang unggul. Peradaban adalah kebudayaan yang telah mencapai taraf perkembangan teknologi yang lebih tinggi dan kompleks.
“Ciri khas peradaban unggul mencakup pembangunan kota-kota besar dengan tata ruang yang baik dan indah, didukung oleh sistem pemerintahan yang tertib,” kata Syafiq Mughni dalam keterangan tertulis, Selasa (28/11).
Ia menyampaikan, penduduknya memiliki keterlibatan yang erat dengan ilmu pengetahuan dan teknologi, menciptakan masyarakat yang memiliki strata sosial yang kompleks dengan berbagai macam pekerjaan dan keahlian.
“Ibnu Khaldun menyebut bahwa peradaban itu hadlarah atau menetap dan menetapnya itu dengan bangunan besar yang biasa terlihat di kota-kota. Masyarakat di dalamnya terdapat lapisan-lapisan strata sosial, ini tentu jauh berbeda dengan masyarakat primitif,” kata Syafiq.
Baca Juga: Menag Wacanakan Pramuka Wajib di Madrasah dan Pesantren
Syafiq juga menyoroti perkembangan peradaban Islam dari masa ke masa, dengan menunjukkan masa keemasan pada abad ketujuh hingga ketigabelas. Pada masa ini, produksi karya ilmiah dan pengetahuan mencapai puncaknya.
Didukung oleh semangat ilmu dan kebijaksanaan yang tersebar di berbagai tempat. Institusi-institusi pendukung ilmu pengetahuan serta madrasah yang berkembang pesat turut mendukung perkembangan ini.
“Zaman keemasan ini produksi berbagai jenis ilmu pengetahuan banyak karya-karya yang lahir. Hingga sekarang kita kesulitan berapa karya yang dihasilkan. Muncul institusi-institusi yang menopang ilmu pengetahuan, juga madrasah-madrasah yang berkemajuan, dan halaqah-halaqah yang ramai dengan audiens,” tutur Syafiq.
Pada abad ketiga belas hingga kesembilan belas, Syafiq menyebut ini sebagai zaman kemunduran. Pada masa ini tumbuh subur golongan muqallid dan defisit mujtahid.
Baca Juga: Imaam Yakhsyallah Mansur: Al-Qur’an Dikencingi Tentara Israel, Kita tidak Boleh Diam!
Produksi pengetahuan begitu minim karena sebagian masyarakat menolak ide-ide inovatif. Sehingga karya-karya yang dihasilkan hanya syarah dan hasyiyah berupa perincian dan catatan pinggir.
“Pada masa ini tidak lahir mazhab-mazhab, baik kalam maupun fikih. Mereka hanya mengikuti apa yang telah dirumuskan para cendekia sebelumnya. Tidak heran bila sebagian sejarawan menyebut masa ini sebagai masa di mana ijtihad telah tertutup,” ucap Syafiq.
Masa modern sekitar abad kesembilan belas, saat ini disebut zaman kebangkitan. Periode ini ditandai dengan semangat inovasi dan kemajuan dalam berbagai bidang, memberikan harapan akan kelanjutan peradaban yang gemilang.
Pemaparan Syafiq memberikan pandangan positif terhadap masa depan peradaban, di mana inovasi, ilmu pengetahuan, dan kemajuan teknologi menjadi pilar-pilar utama dalam membangun masyarakat yang unggul dan beradab. (R/R4/P2)
Baca Juga: Cuaca Jakarta Dominan Berawan dan Hujan Ringan Turun Sore Hari Ini
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: Puluhan Ribu Orang Tanda Tangani Petisi Tolak Gelar Doktor Bahlil