Beirut, MINA – Tokoh-tokoh politik dan ekonomi Lebanon menyatakan penolakannya menyeret negara itu masuk terlibat ke dalam konflik regional di tengah krisis Palestina-Israel, sementara keadaan ekonomi dalam negeri terus makin memburuk.
Wakil Presiden Konfederasi Buruh Umum Hassan Fakih memperingatkan agar tidak “membawa negara ke dalam kekacauan total yang akan menghapus apa yang tersisa dari Lebanon,” Arab News melaporkan, Ahad (16/5).
Komentarnya ini muncul ketika ekonomi makin memburuk. Warga kembali mengantri di pompa bensin dan mencari obat-obatan yang langka di apotek, Sabtu (15/5).
Penjualan daging telah merosot setelah harga satu kilogram daging sapi tanpa subsidi melebihi LBP120.000 ($ 80).
Baca Juga: Pasukan Israel Maju Lebih Jauh ke Suriah Selatan
Fakih mengatakan bahwa “masalah di Lebanon telah mencapai tingkat yang tak tertahankan, karena situasi ekonomi telah menjadi ancaman nyata bagi semua kelas masyarakat.”
Dia menambahkan bahwa orang-orang “telah melewati ambang kemiskinan sebagai akibat dari kebijakan yang diadopsi oleh sistem politik yang telah menjalankan negara selama bertahun-tahun.”
Harapan telah meningkat untuk perbaikan ekonomi menyusul penurunan kasus COVID-19 yang luar biasa. (T/RI-1/P1)
Baca Juga: Warga Palestina Bebas setelah 42 Tahun Mendekam di Penjara Suriah
Mi’raj News Agency (MINA)