Tel Aviv, MINA – Sejumlah warga Yahudi Haredi (ultra-Ortodoks) memprotes wajib militer, dan bentrok dengan polisi Israel di dekat kantor perekrutan tentara di Yerusalem Barat, Rabu (21/8).
Rekaman yang unggah oleh akun media sosial Israel menunjukkan pengunjuk rasa memblokir jalan dekat pangkalan militer, dan bentrok dengan petugas polisi yang mencoba membubarkan mereka. Anadolu Agency melaporkan.
Dalam video tersebut terlihat salah satu pengunjuk rasa menyebut polisi dengan sebutan “Nazi”.
Dalam sebuah pernyataan, polisi Israel menyatakan protes tersebut “ilegal”, sehingga menggunakan kekerasan untuk mengusir para demonstran dari jalan raya dan mengusir mereka dari area kantor perekrutan.
Baca Juga: Wakil Sekjen PBB: 14.000 Bayi Gaza Bisa Meninggal dalam 48 Jam ke Depan Tanpa Bantuan
Menurut data Israel, hanya puluhan orang Yahudi Haredi yang datang dari ribuan orang yang diminta untuk wajib militer.
Selama berbulan-bulan, tentara menghadapi kekurangan personel di tengah perang yang sedang berlangsung di Gaza sejak 7 Oktober 2023, serangan militer di Tepi Barat dan bentrokan lintas batas dengan kelompok Lebanon, Hizbullah.
Pada bulan Juni, Mahkamah Agung Israel mengamanatkan wajib militer Yahudi Haredi dan melarang bantuan keuangan kepada lembaga-lembaga keagamaan yang murid-muridnya menolak dinas militer.
Yahudi Haredi merupakan 13 persen dari populasi Israel yang berjumlah sekitar 9,9 juta jiwa dan tidak bertugas di militer, mendedikasikan hidup mereka untuk mempelajari Taurat.
Baca Juga: Genosida Israel per 20 Mei 2025: Hampir 53.600 Syahid
Hukum Israel mewajibkan semua warga Israel yang berusia di atas 18 tahun untuk wajib militer, dan pengecualian Haredi telah menjadi isu kontroversial selama beberapa dekade. []
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: Macron: Penderitaan di Gaza telah Mencapai “Tingkat yang Tak Tertahankan”