Salah satu perintah utama dalam syariat Islam adalah menjaga toleransi, yaitu sikap saling menghormati dan menghargai perbedaan di tengah-tengah hidup bermasyarakat, termasuk perbedaan agama dan keyakinan masing-masing. Toleransi dalam Islam artinya menghormati ibadah pemeluk agama lain dengan tetap menjaga kemurnian akidah.
Islam mengajarkan kepada umatnya untuk menciptakan suasana kerukunan, hidup berdampingan secara damai dengan pemeluk agama lain tanpa mengorbankan prinsip-prinsip akidah yang menjadi dasar keimanan kaum Muslimin. Artinya kaum Muslimin menghormati ibadah pemeluk agama lain dengan tetap menjaga kemurnian akidah agamanya.
Sebagai agama yang paripurna, tentu saja sudah ada tuntunan dalam agama Islam tentang bagaimana menghormati ibadah pemeluk agama lain dengan tetap menjaga kemurnian aqidah, merawat kerukunan dan perdamaian dalam masyarakat. Hal itu sesuai dengan semangat Islam sebagai agama yang penuh kasih sayang, menjadi rahmat bagi seluruh alam.
Baca Juga: [Hadits Arbain ke-33] Adab Bersengketa dalam Islam
Toleransi dalam Islam menjadi bagian integral dari ajaran agama. Dalam al-Qur’an, Allah Subhanahu wa Ta’ala (SWT) berfirman:
لَآ إِكْرَاهَ فِى ٱلدِّينِ ۖ قَد تَّبَيَّنَ ٱلرُّشْدُ مِنَ ٱلْغَىِّ ۚ فَمَن يَكْفُرْ بِٱلطَّٰغُوتِ وَيُؤْمِنۢ بِٱللَّهِ فَقَدِ ٱسْتَمْسَكَ بِٱلْعُرْوَةِ ٱلْوُثْقَىٰ لَا ٱنفِصَامَ لَهَا ۗ وَٱللَّهُ سَمِيعٌ عَلِيمٌ (البقرة [٢]: ٢٥٦)
“Tidak ada paksaan untuk (memasuki) agama (Islam); sesungguhnya telah jelas jalan yang benar daripada jalan yang sesat. Karena itu barangsiapa yang ingkar kepada Thaghut dan beriman kepada Allah, maka sesungguhnya ia telah berpegang kepada buhul tali yang amat kuat yang tidak akan putus. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.” (QS. Al-Baqarah [2]: 256).
Ayat ini menunjukkan bahwa Islam menghormati kebebasan individu dalam memilih agama yang diyakininya.
Baca Juga: Fenomena Scrolling, Bagaimana Mengaturnya?
Rasulullah Muhammad Shallallahu alaihi Wasallam (SAW) juga memberikan teladan yang luar biasa dalam hal toleransi, baik dalam kehidupan pribadinya maupun sebagai pemimpin umat. Beliau hidup berdampingan dengan kaum Yahudi, Nasrani, dan berbagai suku lain yang memiliki keyakinan berbeda.
عَنْ جَابِرٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: رَحِمَ اللَّهُ رَجُلًا سَمْحًا إِذَا بَاعَ وَإِذَا اشْتَرَى وَإِذَا اقْتَضَى. (رواه البخارى)
Dari Jabir radhiyallahu ‘anhu, ia berkata: Rasulullah ﷺ bersabda: “Semoga Allah merahmati seseorang yang bersikap toleran ketika menjual, membeli, dan ketika menuntut haknya.” (HR Al-Bukhari)
Hadis di atas mengajarkan sikap toleransi, khususnya dalam interaksi sosial seperti jual beli dan muamalah. Sikap ramah, mudah, dan tidak mempersulit dalam urusan sosial adalah teladan mulia dari Rasulullah ﷺ.
Baca Juga: Menghadapi Cobaan Hidup: Nasihat dari Al-Qur’an dan Sunnah
Menghormati Ibadah Pemeluk Agama Lain
Islam mengajarkan umatnya untuk menghormati praktik ibadah agama lain, dengan tidak mengganggu aktifitas mereka, selama tidak mengganggu ketertiban umum.
Rasulullah SAW pernah bersabda:
مَنْ آذَى ذِمِّيًّا فَقَدْ آذَانِي، وَمَنْ آذَانِي فَقَدْ آذَى اللَّهَ (رواه ابو داود)
Baca Juga: Tips Perjalanan dan Liburan, Panduan Sesuai Ajaran Islam
“Barang siapa yang menyakiti seorang kafir dzimmi (non-Muslim yang hidup di bawah perlindungan Islam), maka aku menjadi lawannya di hari kiamat.” (HR. Abu Dawud).
Hadits ini menunjukkan betapa besar perhatian Islam terhadap hak-hak non-Muslim, termasuk hak mereka untuk menjalankan ibadah sesuai dengan keyakinan mereka.
Rasulullah SAW adalah contoh terbaik dalam menunjukkan toleransi. Salah satu kisah yang terkenal adalah saat sekelompok orang Nasrani dari Najran datang ke Madinah dan meminta izin untuk beribadah di dalam masjid.
Rasulullah SAW mengizinkan mereka melakukannya, meskipun tempat tersebut adalah masjid kaum Muslimin. Sikap ini menunjukkan betapa besar penghormatan beliau terhadap hak orang lain untuk beribadah.
Baca Juga: Menjaga Akhlak dan Kebiasaan Belajar Santri Saat Liburan
Selain itu, dalam Piagam Madinah, Rasulullah SAW menetapkan hak dan kewajiban yang adil bagi seluruh penduduk Madinah, termasuk kaum Yahudi dan Nasrani. Mereka diberikan kebebasan untuk menjalankan agama mereka, selama tidak melanggar perjanjian damai yang telah disepakati.
Dalam sejarah perkembangan Islam, kita menemukan banyak contoh bagaimana kaum Muslimin menghormati tempat ibadah agama lain. Salah satunya adalah perjanjian Umar bin Khattab saat pembebasan kota Yerusalem. Umar menjamin keamanan gereja-gereja dan membebaskan umat Nasrani untuk beribadah tanpa gangguan.
Prinsip-Prinsip dalam Menghormati Ibadah Agama Lain
Menghindari Pelecehan atau Penistaan:
Baca Juga: Empat Keutamaan Hari Senin, Salah Satu Hari Spesial yang Dipilih Allah untuk Umat Islam
Al-Qur’an dengan tegas melarang umat Islam menghina tuhan-tuhan agama lain:
وَلَا تَسُبُّوا۟ ٱلَّذِينَ يَدْعُونَ مِن دُونِ ٱللَّهِ فَيَسُبُّوا۟ ٱللَّهَ عَدْوًۢا بِغَيْرِ عِلْمٍ ۗ كَذَٰلِكَ زَيَّنَّا لِكُلِّ أُمَّةٍ عَمَلَهُمْ ثُمَّ إِلَىٰ رَبِّهِم مَّرْجِعُهُمْ فَيُنَبِّئُهُم بِمَا كَانُوا۟ يَعْمَلُونَ(الانعام [٦] : ١٠٨)
“Dan janganlah kamu memaki sembahan-sembahan yang mereka sembah selain Allah, karena mereka nanti akan memaki Allah dengan melampaui batas tanpa pengetahuan. Demikianlah Kami jadikan setiap umat menganggap baik pekerjaan mereka. Kemudian kepada Tuhan merekalah kembali mereka, lalu Dia memberitakan kepada mereka apa yang dahulu mereka kerjakan.” (QS. Al-An‘am [6]: 108).
Ayat ini mengajarkan pentingnya menjaga ucapan dan perilaku agar tidak menimbulkan konflik antaragama.
Baca Juga: [Hadits Arbain ke-32] Larangan Berbuat Madarat
Dalam sisi akidah, umat Islam haruslah berpaling dari orang-orang musyrik. Namun, hal itu hendaknya dilakukan dengan penuh adab dan sopan santun, bukan dengan sumpah serapah dan caci maki sehingga menyakiti hati orang lain.
Menghormati Tempat Ibadah
Dalam al-Qur’an disebutkan bahwa Allah SWT memerintahkan kepada kaum Muslimin untuk melindungi tempat-tempat ibadah semua agama:
…،وَلَوْلَا دَفْعُ ٱللَّهِ ٱلنَّاسَ بَعْضَهُم بِبَعْضٍ لَّهُدِّمَتْ صَوَٰمِعُ وَبِيَعٌ وَصَلَوَٰتٌ وَمَسَٰجِدُ يُذْكَرُ فِيهَا ٱسْمُ ٱللَّهِ كَثِيرًا ۗ وَلَيَنصُرَنَّ ٱللَّهُ مَن يَنصُرُهُۥٓ ۗ إِنَّ ٱللَّهَ لَقَوِىٌّ عَزِيزٌ(الحج [٢٢] : ٤٠)
Baca Juga: Dakwah Sunan Kudus dan Hubungannya dengan Kota Al-Quds di Palestina
“…Dan sekiranya Allah tiada menolak (keganasan) sebagian manusia dengan sebagian yang lain, tentulah telah dirobohkan biara-biara Nasrani, gereja-gereja, rumah-rumah ibadat orang Yahudi dan masjid-masjid, yang di dalamnya banyak disebut nama Allah. Sesungguhnya Allah pasti menolong orang yang menolong (agama)-Nya. Sesungguhnya Allah benar-benar Maha Kuat lagi Maha Perkasa.” (QS. Al-Hajj: 40).
Ayat ini menunjukkan bahwa tempat ibadah adalah tempat yang harus dihormati karena merupakan simbol keimanan seseorang.
Tidak Ikut dalam Ritual Ibadah yang Bertentangan dengan Aqidah
Baca Juga: Ciri-Ciri Suami Durhaka dalam Pandangan Islam
Meskipun umat Islam diperintahkan untuk menghormati ibadah agama lain, umat Islam dilarang untuk ikut serta dalam ritual ibadah mereka yang bertentangan dengan ajaran Islam. Hal ini sesuai dengan firman Allah:
لَكُمْ دِينُكُمْ وَلِىَ دِينِ (الكافرون [١٠٩] : ٦)
“Untukmu agamamu, dan untukku agamaku.” (QS. Al-Kafirun [106]: 6).
Ayat ini menjadi dasar bagi prinsip toleransi tanpa harus mencampuradukkan akidah.
Baca Juga: Keutamaan Ikhlas dalam Hidup Sehari-hari
Menjaga Kemurnian Aqidah
Dalam menjalankan toleransi, umat Islam harus tetap menjaga kemurnian aqidah. Umat Islam perlu terus mempelajari dan memperkuat pemahaman tentang tauhid, yaitu keyakinan kepada Allah sebagai satu-satunya Tuhan. Rasulullah SAW bersabda:
Dengan pemahaman aqidah yang kuat, umat Islam tidak mudah terpengaruh oleh keyakinan lain.
Islam melarang segala bentuk pencampuran antara ajaran Islam dengan ajaran agama lain. Hal itu merupakan bentuk sinkretisme yang mencampuradukkan ajaran agama menjadi satu. Sebagian orang menganggapnya baik, tetapi hal itu dilarang dalam ajaran Islam.
Untuk menjalankan itu semua, umat Islam perlu mengamalkan kehidupan barjamaah sebagai benteng dari segala bentuk pengrusakan akidah.
Dengan hidup berjamaah, persaudaraan sesama Muslim akan terwujud sehingga mampu menjadi benteng yang dapat menjaga akidah. Dengan mempererat ukhuwah Islamiyah, umat Islam dapat saling mendukung dalam menghadapi tantangan iman.
Toleransi dalam Islam adalah wujud nyata dari kasih sayang dan penghormatan terhadap sesama manusia. Islam mengajarkan umatnya untuk menghormati ibadah pemeluk agama lain tanpa harus mencampuradukkan aqidah. Dengan berpegang pada prinsip akidah yang kuat, serta mewujudkan toleransi, masyarakat dapat hidup berdampingan dengan damai, sambil tetap menjaga kemurnian iman.
Toleransi bukan berarti mengorbankan keyakinan, tetapi merupakan jalan untuk menciptakan harmoni di tengah keberagaman. Semoga umat Islam dapat terus meneladani ajaran ini dan menjadi rahmat bagi seluruh alam.
[]
Mi’raj News Agency (MINA)