TPM MINTA PARA PELAKU DAN PROVOKATOR KERUSUHAN TOLIKARA DIHUKUM

Mahendradatta Dok Rep
M.Mahendradatta (Dok Rep)

Jakarta, 3 Syawal 1436/19 Juli 2015 (MINA) – Ketua Tim Pembela (TPM) Muhammad Mahendradatta, menyatakan, pihaknya mendesak pemerintah agar segera menindak tegas dan nyata para pelaku termasuk provokator yang terjadi di Kabupaten Tolikara, , pada Jumat (17/7).

“Sebagaimana pemerintah secara tegas dan nyata melakukannya bila para pelakunya adalah ormas-ormas seperti yang sudah-sudah. TPM mendesak tindakan tegas dan nyata dari aparat keamanan untuk segera menangkap serta mengadili para pelaku dan provokator kerusuhan,” kata Mahendradatta.

Menurutnya, dalam pernyataan tertulis yang diterima Mi’raj Islamic News Agency (MINA), Ahad (19/7), peristiwa pembakaran di Tolikara-Papua bukan merupakan Konflik antar umat beragama di Indonesia, tapi hal tersebut murni Tindak Pidana Terorisme.

Karenanya Polisi harus menindaknya berdasarkan Undang-Undang Pemberantasan Tindak Pidana Terorisme.

“Kalau berbeda maka justru Polri sendiri yang diskriminatif dan memancing menjadi konflik antar agama. Kita tunggu fairness kepolisian terhadap Umat Islam,” tegas Mahendradatta.

Sementara mengenai upaya TPM dalam permasalahan di Papua ini, lanjut Mahendradatta, pihaknya telah mengirimkan surat kepada Presiden RI Joko Widodo, yang intinya memohon perlindungan hukum bagi kaum minoritas Islam di wilayah Papua tersebut.

“TPM harus bekerja berdasarkan Kuasa, ada klien yang meminta bantuan. TPM tidak boleh meminta-minta atau menawar-nawarkan jasa. TPM baru-baru ini mengirimkan surat kepada Presiden RI memohon perlindungan hukum, karena ancaman teroris sangat jelas, agar umat Islam di sana tidak boleh beribadah,” ujarnya.

Dia menjelaskan hikmah dari peristiwa itu yaitu justru selama ini Ummat Islam Indonesia selalu mendapat tekanan baik fisik maupun psikis.

Psikis adalah dengan terus menerus memojokkan dan mencitrakan Umat Islam sebagai kaum yang vadalistis, , teroris dan intoleran.

Hal ini sebagai cara agar umat Islam kehilangan kepercayaan diri, terpojok dan takut untuk mengaku atau menjalankan syariat Islam. “Jelas adanya isu tentang adanya skenario besar melemahkan kekuatan Umat Islam di Indonesia mulai terlihat kebenarannya,” tutupnya.

Relatif Terkendali

Sementara itu, Kapolda Papua Irjen Pol Yotje Mende dan Pangdam XVII Cenderawasih Mayjen TNI Fransen Siahaan, Sabtu (18/7) pagi dengan menggunakan pesawat Trigana mengunjungi Karubaga, ibukota Kabupaten Tolikara, pascakerusuhan yang melanda kawasan itu.

Kerusuhan di ibukota Kabupaten Tiom, itu terjadi Jumat (17/7) sekitar pukul 07.00 WIT, saat umat muslim melaksanakan shalat Idul Idul Fitri di masjid kawasan tersebut. Sekelompok warga melakukan penyerangan dan membakar masjid di lokasi tersebut. Selain membakar masjid, mereka juga membakar 70 kios atau warung milik warga setempat.

Dalam upaya pengamanan, petugas menembak tiga orang pelaku penyerangan yang tidak mengindahkan peringatan. Tiga orang tersebut kini menjalani perawatan intensif di rumah sakit di Jayapura.

“Dalam kerusuhan Jumat pagi tercatat 11 orang mengalami luka-luka, kata AKBP Suroso seraya menambahkan, tiga di antaranya yang mengalami luka tembak dan sudah dievakuasi ke Jayapura,” kata Kapolres Tolikara AKBP Suroso dalam siaran pers Mabes Porli yang diterima MINA.

Hingga berita ini ditulis, Polda Papua belum menetapkan tersangka dalam kasus ini. Dari kelompok penyerang bahkan belum ada yang dimintai keterangan. Ada lima saksi yang diperiksa yakni dari jamaah yang diserang saat mengadakan shalat Idul Fitri.

AKBP Suroso mengakui saat ini Kapolda Papua dan Pangdam Cenderawasih sedang berada di Karubaga untuk melihat langsung kondisi wilayah pascakerusuhan.

“Saat ini kedua pimpinan di bidang keamanan sudah berada di Karubaga,” kata AKBP Suroso.

Diakui, kondisi Tolikara sendiri relatif terkendali namun tetap bersiaga. Aktivitas warga mulai normal. Namun sekitar 150 orang masih mengungsi di Koramil Karubaga.

Menurut Kepala Bidang Humas Polda Papua Komisaris Besar Patridge Renwarin, saat ini kondisi di Tolikara sudah normal. Pasukan pengamanan tambahan sudah dikerahkan sejak beberapa saat pasca kerusuhan. Personel Brimob Polda Papua yang diturunkan dibantu oleh personel TNI dan personel dari Polres Jayawijaya.

Aksi brutal sekelompok warga yang terjadi saat umat muslim melaksanakan salat Idul Idul Fitri itu belum dapat dipastikan akibat surat edaran yang dikeluarkan pengurus Gereja Injili di Indonesia (GIDI) wilayah Tolikara tertanggal 11 Juli 2015, tegas Kapolres Tolikara.

Menurutnya, walaupun demikian pihaknya tetap menelusuri kemungkinannya karena tidak menutup kemungkinan surat edaran itu juga menjadi salah satu penyebabnya. (L/R05/P4)

Mi’raj Islamic News Agency (MINA)

Comments: 0