Image for large screens Image for small screens

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Damai di Palestina = Damai di Dunia

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Tradisi Cucurak Kumpul Makan Keluarga Pakai Daun Pisang Jelang Ramadhan

Annisa Editor : Rudi Hendrik - 24 detik yang lalu

24 detik yang lalu

0 Views ㅤ

Ilustrasi

SAAT Ramadhan semakin dekat, masyarakat di berbagai daerah Indonesia merayakannya dengan penuh semangat. Mayarakat Indonesia yang mayoritas Muslim mulai mempersiapkan diri, secara fisik dan spiritual, untuk menjalani sebulan ibadah puasa.

Pasar dan pusat perbelanjaan mulai ramai dengan pengunjung yang membeli kebutuhan sahur dan berbuka, sementara masjid-masjid terisi penuh dengan jamaah yang mengikuti salat tarawih. Setiap daerah di Indonesia juga memiliki cara unik untuk menyambut Ramadhan. Tradisi menyambut bulan suci ini dilaksanakan secara turun-temurun sebagai upaya melestarikan budaya dan adat lokal.

Salah satu contohnya adalah tradisi cucurak, yang dalam bahasa Sunda berarti berkumpul dan bersenang-senang sebelum bulan puasa dimulai.

Lazimnya, acara ini diadakan oleh keluarga besar, teman-teman, atau kelompok tertentu untuk menguatkan ikatan sebelum datangnya bulan yang suci. Menurut kepercayaan masyarakat Sunda, tradisi  cucurak ini tidak sekadar ajang berkumpul dan menikmati makanan bersama, tetapi menjadi momen silaturahmi dan ajakan untuk saling bersyukur atas segala rezeki yang diberikan oleh Allah.

Baca Juga: Beberapa Upaya Agar Ramadhan Tahun Ini Lebih Baik

Tidak ada ritual atau doa tertentu yang harus dilakukan dalam tradisi cucurak. Acara ini berfokus pada semangat bertemu dengan sahabat dan keluarga, berbagi makanan yang dibawa dari rumah masing-masing, serta saling memaafkan kesalahan yang mungkin telah terjadi sebelumnya.

Cucurak biasanya diselenggarakan di rumah, saung, atau area terbuka seperti kebun dan vila. Keluarga akan berkumpul dan membawa hidangan dari rumah atau membeli makanan tradisional Sunda seperti nasi liwet, ikan asin, sambal, lalapan, dan berbagai lauk lainnya. Yang menarik, makanan tersebut sering disantap bersama di atas daun pisang tanpa menggunakan piring, menambah nuansa kebersamaan.

Selain menikmati makanan, cucurak juga sering diisi dengan kegiatan lain seperti berbagi cerita, berdoa bersama, hingga memberikan wejangan dari orang tua kepada anak-anaknya tentang makna Ramadhan dan pentingnya ibadah.

Seiring waktu, tradisi cucurak mengalami beberapa perubahan. Dahulu, cucurak lebih sering dilaksanakan di rumah, tetapi kini banyak orang memilih untuk mengadakan acara di restoran atau tempat wisata. Meskipun demikian, semangat dari cucurak tetap terjaga. Tradisi ini menjadi salah satu cara bagi masyarakat Sunda untuk memperkuat ikatan persaudaraan dan hubungan keluarga sebelum memasuki bulan yang penuh berkah tersebut.

Baca Juga: Beberapa Doa Menyambut Ramadhan  

Cucurak tidak semata-mata tentang makan bersama, melainkan merupakan simbol kebersamaan, berbagi, dan mempersiapkan diri dengan hati terbuka dalam menyambut Ramadhan. Tradisi ini mengajarkan pentingnya mempererat hubungan dengan keluarga dan orang-orang tercinta sebelum memasuki bulan suci. Dengan demikian, Ramadhan dapat dijalani dengan lebih  bermakna  dan penuh dengan rasa kebersamaan.[]

Mi’raj News Agency (MINA)

Baca Juga: Ahlan wa Sahlan, Marhaban Ya Ramadhan

Rekomendasi untuk Anda