Image for large screens Image for small screens

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Damai di Palestina = Damai di Dunia

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Tradisi Unik Ramadhan di Nusantara: Pacu Jalur, Semangat Kebersamaan di Atas Sungai Riau

Rana Setiawan Editor : Rudi Hendrik - 22 detik yang lalu

22 detik yang lalu

0 Views

Festival Pacu Jalur adalah acara budaya tahunan di Riau, yang merayakan tradisi yang telah ada selama berabad-abad, Awalnya diadakan untuk memperingati hari-hari besar Islam, khususnya pada bulan Ramadhan.(Foto: Kemenparekraf RI)

RAMADHAN di Nusantara tidak hanya identik dengan ibadah puasa, tarawih, dan sahur, tetapi juga dengan berbagai tradisi unik yang menjadi ciri khas setiap daerah.

Salah satu tradisi yang menarik perhatian adalah Pacu Jalur di Riau. Tradisi ini tidak hanya menjadi ajang perlombaan, tetapi juga simbol kebersamaan, kekuatan, dan semangat gotong royong yang kental dengan nilai-nilai budaya Melayu.

Pacu Jalur adalah sebuah perlombaan mendayung perahu tradisional yang berasal dari Kabupaten Kuantan Singingi, Riau, yang menggunakan perahu panjang terbuat dari kayu gelondongan utuh tanpa sambungan dan dikenal sebagai “jalur”.

Perahu jalur itu dapat memuat 40 hingga 60 orang pendayung. Lomba tersebut biasanya digelar di sungai-sungai besar di Riau, seperti Sungai Kuantan dan Sungai Indragiri, yang menjadi pusat kegiatan Pacu Jalur. Festival Pacu Jalur juga menjadi agenda pariwisata nasional dan dirayakan setiap tahun di Tepian Narosa, Taluk Kuantan.

Baca Juga: Ramadhan: Saat Empati dan Kebersamaan Menyatu dalam Ibadah

Tradisi ini telah ada sejak abad ke-17 dan awalnya digunakan sebagai sarana transportasi masyarakat setempat. Namun, seiring waktu, Pacu Jalur berkembang menjadi ajang perlombaan yang digelar secara rutin, terutama saat perayaan hari besar, termasuk Ramadhan dan Idul Fitri.

Pacu Jalur dan Ramadhan

Meskipun Pacu Jalur tidak secara khusus dilaksanakan hanya pada bulan Ramadhan, namun momentum bulan suci ini sering dimanfaatkan untuk menyelenggarakan perlombaan sebagai bagian dari syiar Islam dan kebudayaan Melayu.

Pada bulan Ramadhan, masyarakat Riau biasanya menggelar Pacu Jalur sebagai bentuk syukuran dan ajang silaturahmi antarwarga. Kegiatan tersebut juga menjadi sarana untuk menjaga kebugaran fisik, meskipun sedang berpuasa.

Baca Juga: Puluhan Pemuda Korea Selatan Mualaf di Awal Ramadhan

Pada 2023, Pacu Jalur kembali digelar dengan meriah di Kabupaten Kuantan Singingi (Kuansing), Riau. Acara ini tidak hanya diikuti oleh pendayung dari daerah setempat, tetapi juga menarik perhatian wisatawan domestik dan mancanegara. Perlombaan ini biasanya diadakan menjelang Idul Fitri, sebagai puncak dari rangkaian kegiatan Ramadhan.

Salah satu hal yang membuat Pacu Jalur begitu istimewa adalah proses pembuatan perahu jalur itu sendiri. Perahu dibuat dari kayu utuh yang dipilih dari hutan. Kayu yang digunakan biasanya adalah kayu banio atau meranti, yang dikenal kuat dan tahan air. Proses pembuatan jalur membutuhkan waktu berminggu-minggu, bahkan berbulan-bulan, melibatkan banyak tenaga ahli dan dilakukan secara gotong royong.

Panjang jalur bisa mencapai 25 hingga 30 meter, dengan lebar sekitar 1,5 meter. Setiap jalur dihias dengan ornamen khas Melayu, seperti ukiran dan warna-warna cerah, yang menambah keindahan dan kekhasan tradisi ini.

Semangat Kebersamaan di Atas Sungai

Baca Juga: Bukber di Restoran Budaya Tren di Kashmir

Pacu Jalur bukan sekadar perlombaan, tetapi juga mencerminkan semangat kebersamaan dan kerja sama. Setiap jalur diisi oleh puluhan pendayung yang harus bergerak serempak untuk mencapai garis finish. Seorang tukang komando atau tukang tengah bertugas memberikan aba-aba agar gerakan pendayung tetap terkoordinasi. Keselarasan dan kekompakan tim menjadi kunci kemenangan dalam perlombaan ini.

Selain itu, Pacu Jalur juga menjadi ajang untuk mempererat tali silaturahmi antarwarga. Masyarakat berkumpul di tepian sungai, menyaksikan perlombaan sambil menikmati hidangan khas Ramadhan seperti lemang, ketupat, dan rendang. Suasana kebersamaan ini semakin terasa saat malam hari, ketika diadakan berbagai acara budaya seperti tarian tradisional, musik gambus, dan pembacaan syair-syair Islami.

Menjelang tahun 2025, semangat Pacu Jalur semakin menggelora di Kabupaten Indragiri Hulu (Inhu), Riau. Persiapan jalur tersebut diharapkan dapat selesai pada tahun ini agar bisa bersaing di ajang pacu jalur tingkat Kabupaten Inhu maupun di Taluk Kuantan, yang merupakan bagian dari kalender nasional.

Kegiatan Pacu Jalur di Inhu juga mendapat dukungan dari berbagai pihak, termasuk dari warga negara Singapura, Syed Ismail, yang merupakan putra asli Rengat, Kabupaten Inhu. Syed Ismail telah menghibahkan tanah seluas 1.500 meter di Kelurahan Kampung Besar Seberang, Kecamatan Rengat, untuk pembangunan tribun pacu jalur di tepian Jembatan Trio Amanah, Kota Rengat. Tanah hibah ini merupakan bentuk nyata kepedulian putra Inhu yang ada di Singapura terhadap pelestarian tradisi pacu jalur.

Baca Juga: Seharkhwans, Penjaga Tradisi Ramadhan Kuno di Kashmir

Pelestarian Budaya dan Pariwisata

Pacu Jalur tidak hanya menjadi tradisi yang dijaga oleh masyarakat Riau, tetapi juga menjadi daya tarik pariwisata yang penting. Pemerintah setempat terus berupaya mempromosikan Pacu Jalur sebagai bagian dari warisan budaya Indonesia yang patut dilestarikan. Pada 2023, Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) memasukkan Pacu Jalur sebagai salah satu agenda wisata budaya unggulan di Sumatera.

Dengan dukungan pemerintah dan antusiasme masyarakat, Pacu Jalur diharapkan dapat terus hidup dan menjadi simbol kebanggaan bagi masyarakat Riau. Tradisi ini juga menjadi bukti bahwa Ramadhan di Nusantara tidak hanya tentang ibadah, tetapi juga tentang menjaga dan merayakan kekayaan budaya lokal.

Pacu Jalur adalah salah satu contoh bagaimana tradisi lokal dapat berpadu harmonis dengan nilai-nilai keislaman. Di tengah gemerlap modernitas, tradisi seperti ini mengingatkan kita akan pentingnya menjaga warisan budaya dan semangat kebersamaan. Bagi masyarakat Riau, Pacu Jalur bukan sekadar perlombaan, tetapi juga sebuah identitas yang terus hidup dari generasi ke generasi.

Baca Juga: Dari Gerobak Ketoprak ke Ayat Suci, Kisah Daiman dan Transformasi Spiritual di Tengah Hiruk Pikuk Kota Semarang

Ramadhan di Nusantara selalu menyimpan keunikan dan kekayaan budaya yang tak ternilai. Pacu Jalur di Riau adalah salah satu bukti nyata bahwa tradisi dan agama dapat berjalan beriringan, menciptakan harmoni yang indah di atas sungai-sungai Nusantara. Semoga tradisi ini semakin mendunia dan menjadi kebanggaan bagi seluruh masyarakat Indonesia.[]

 

Mi’raj News Agency (MINA)

Baca Juga: Mendadak Halal di Amerika

Rekomendasi untuk Anda