SETIAP tanggal 15 Mei, masyarakat dunia memperingati sebuah tragedi besar yang dikenal sebagai “Nakbah” atau “Hari Malapetaka” bagi rakyat Palestina. Peristiwa ini bukan hanya sekadar bagian dari sejarah kelam, tetapi juga masih menjadi luka mendalam yang terus menganga hingga hari ini.
Nakbah adalah simbol dari kehilangan tanah, identitas, dan hak-hak asasi manusia yang dialami oleh bangsa Palestina akibat pendirian negara Israel pada tahun 1948. Saat itu, lebih dari 750.000 warga Palestina diusir dari rumah mereka, ribuan desa dihancurkan, dan jutaan orang menjadi pengungsi di tanah air mereka sendiri maupun ke negara-negara tetangga.
Hingga kini, Nakbah bukanlah peristiwa masa lalu, melainkan kenyataan pahit yang terus berulang di tanah Palestina. Ya, tragedi hancurnya Gaza seolah menjadi pengingat akan kekejaman Zionis Israel terhadap manusia tak berdosa.
Beberapa pakar dan pengamat internasional bahkan menyebut situasi di Gaza sebagai “Nakbah kedua.” Serangan militer Israel yang berulang kali menghancurkan wilayah kecil itu telah menimbulkan penderitaan yang tak terbayangkan bagi penduduknya.
Baca Juga: Museum Al-Qur’an Al-Akbar Palembang: Wisata Religi Ikonik di Sumatera Selatan
Gaza, dengan populasi lebih dari dua juta jiwa, telah menjadi penjara terbuka terbesar di dunia. Blokade yang telah berlangsung selama lebih dari 15 tahun menyebabkan kekurangan makanan, air bersih, dan obat-obatan.
Sementara itu, serangan udara, laut dan darat yang dilakukan terus-menerus menghancurkan infrastruktur, termasuk rumah sakit, sekolah, dan tempat tinggal warga sipil. Saat ini hampir tidak ada bangunan di Gaza yang berdiri sempurna. Semua hancur dan tidak lagi layak ditempati warga.
Dalam serangan besar-besaran terbaru, ribuan nyawa tak berdosa kembali melayang, mayoritas di antaranya adalah perempuan dan anak-anak. Data menunjukkan hampir semua korban serangan Zionis Israel di Gaza adalah warga sipil.
Ini adalah bukti nyata dari kejahatan perang yang dilakukan oleh rezim Zionis Israel. Dunia menyaksikan dengan ngeri, tetapi tidak ada tindakan nyata yang mampu menghentikannya. Dalam keheningan internasional, Gaza menjadi saksi dari sebuah genosida modern terpampang di berbagai media.
Baca Juga: Dari Mimbar Jakarta, Serukan Solidaritas Gaza
Bagaimana Reaksi Dunia Internasional?
Tragedi Nakbah dan penderitaan berkelanjutan di Gaza telah memicu berbagai reaksi di panggung internasional. Di satu sisi, kita melihat adanya kecaman keras dari sejumlah negara, terutama di dunia Arab dan Muslim.
Protes besar-besaran terjadi di berbagai belahan dunia, dengan jutaan orang turun ke jalan untuk menunjukkan solidaritas mereka kepada rakyat Palestina.
Namun, di sisi lain, sikap komunitas internasional yang lebih luas sering kali terjebak dalam retorika tanpa aksi. Resolusi-resolusi PBB yang mengecam tindakan Israel sering kali diabaikan atau diveto oleh Amerika Serikat, yang tetap menjadi sekutu utama Israel.
Baca Juga: Anak-anak Dibantai, Dunia Diam: Israel Tertawa
Namun, harapan tetap ada. Beberapa negara mulai menunjukkan keberanian untuk melawan arus dan secara terang-terangan mendukung perjuangan Palestina. Gerakan boikot, divestasi, dan sanksi (BDS) terhadap Israel terus berkembang, dengan tujuan menekan Israel agar menghentikan pendudukan dan menghormati hak-hak rakyat Palestina.
Selain itu, banyak organisasi kemanusiaan dan individu di seluruh dunia yang bekerja tanpa lelah untuk membantu korban konflik dan menyuarakan kebenaran tentang apa yang terjadi di Palestina.
Solidaritas dan Tanggung Jawab Dunia
Tragedi Nakbah adalah pengingat akan pentingnya solidaritas dan tanggung jawab bersama. Setiap individu, komunitas, dan negara memiliki peran dalam menghentikan penindasan yang dialami oleh rakyat Palestina.
Baca Juga: Membela Palestina pun Bisa Melalui Pameran Foto
Solidaritas tidak hanya berarti turun ke jalan untuk berdemonstrasi atau menyumbang kepada organisasi kemanusiaan, tetapi juga menyuarakan kebenaran dalam setiap kesempatan yang ada.
Media massa dan jurnalis memiliki tanggung jawab besar untuk melaporkan fakta dengan jujur, mengungkap kejahatan yang terjadi dan menggugah empati dunia.
Bagi masyarakat umum, solidaritas juga berarti menjadi konsumen yang bijak, mendukung produk-produk yang tidak terkait dengan pendudukan, dan mendidik generasi muda tentang pentingnya hak asasi manusia dan keadilan.
Dengan langkah-langkah kecil ini, kita dapat menjadi bagian dari sebuah perubahan besar, bagi keadilan dan penegakan Hak Asasi Manusia.
Baca Juga: Darah di Atas Tanah Suci: Jeritan Palestina di Bawah Langit yang Terluka
Meski situasi terlihat suram, harapan tetap hidup di hati rakyat Palestina. Anak-anak di Gaza terus bermimpi tentang kebebasan, meskipun mereka dibesarkan di tengah reruntuhan.
Dunia tidak boleh melupakan tragedi Nakbah, baik yang terjadi pada tahun 1948 maupun yang sedang berlangsung hari ini. Kita harus terus menekan pemerintah dan lembaga internasional untuk bertindak tegas terhadap Israel, mengakhiri pendudukan, dan memastikan bahwa rakyat Palestina mendapatkan hak-hak mereka yang sah.
Keadilan dan terbebaskan manusia dari penindasan dan penjajahan bukan hanya sebuah harapan, tetapi juga sebuah jargon yang harus dilaksanakan, ditegakkan di manapun manusia berada.
Tragedi Nakbah adalah luka sejarah yang mengajarkan kita tentang bahaya ketidakadilan, keangkuhan dan rakus akan kekuasaan adalah sesuatu yang harus diperangi dari muka bumi ini.
Baca Juga: Ketika Zionis Israel Kian Brutal, Setan-Manusia yang Mati Nurani
Palestina adalah pengingat bahwa di tengah kemajuan peradaban, kita masih gagal dalam melindungi mereka yang lemah. Namun, Palestina juga adalah simbol harapan dan perlawanan. Rakyat Palestina, meskipun tertindas, tidak pernah kehilangan semangat untuk memperjuangkan hak mereka.
Sebagai warga dunia, kita memiliki tanggung jawab moral untuk berdiri bersama mereka. Solidaritas kita adalah bentuk kecil dari keadilan yang mereka nantikan. Perjuangan bangsa Palestina bukan hanya sekadar untuk meraih kembali hak-hak yang dirampas, tetapi untuk hak asasi manusia yang universal.
Pada akhirnya, keadilan akan menang, sebagaimana sejarah kemenangan selalu berpihak kepada kebenaran. []
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: Di Balik Salju Kashmir yang Berdarah