Image for large screens Image for small screens

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Damai di Palestina = Damai di Dunia

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Tragedi Pembunuhan Jurnalis di Gaza 2024, Potret Gelap Penjajahan dan Kebebasan Pers

Widi Kusnadi Editor : Rendy Setiawan - 3 jam yang lalu

3 jam yang lalu

0 Views

Serikat pers Palestina menuntut keadilan bagi jurnalis yang terbunuh di Gaza. (Foto: AA)

Menurut laporan dari Federasi Jurnalis Internasional (IFJ), tahun 2024 menjadi tahun kelam bagi dunia jurnalisme. Tragedi pembunuhan jurnalis di Gaza menjadikannya salah satu tahun paling mematikan bagi pekerja media.

Tragedi pembunuhan jurnalis di Gaza pada 2024 adalah serangan terhadap nilai-nilai kebebasan pers dan hak asasi manusia. Dunia tidak boleh diam menyaksikan pelanggaran ini.

Korban tersebut bukan hanya sekadar deretan angka, melainkan nyawa individu yang berupaya mengungkapkan kebenaran dari medan konflik.

Penulis sebagai seorang jurnalis menyadari behawa profesi tersebut bukanlah bebas dari bahaya dan ancaman. Terlebih lagi, jurnalis yang bertugas di zona perang, di tambah lagi di wilayah yang dijajah Zionis Israel yang mengabaikan nilai-nilai kemanusiaan. Rumah sakit dibombardir, para dokter dan perawat dibunuh, apatah lagi hanya seorang jurnalis.

Baca Juga: Awal Tahun Baru, Waspadai 8 Hal

Daftar Jurnalis yang Gugur

IFJ menyatakan, lebih dari separuh dari total jurnalis yang tewas secara global pada tahun 2024 berasal dari Palestina, tepatnya di wilayah Gaza.

Hal itu menunjukkan bahwa risiko bagi jurnalis di Gaza jauh lebih tinggi dibandingkan wilayah konflik lainnya.

Berikut beberapa nama jurnalis yang wafat di Gaza ketika sedang menjalankan tugasnya:

Baca Juga: Kota Lama Semarang, Wisata Menarik yang Ramah di Kantong

  1. Ismail al-Ghoul – Wartawan Al Jazeera, tewas dalam serangan udara di Kota Gaza pada 31 Juli 2024.
  2. Ramy El Rify – Juru kamera Al Jazeera, tewas dalam serangan yang sama dengan Ismail al-Ghoul.
  3. Salma al-QadoumiJurnalis Palestina, ditembak di bagian belakang oleh pasukan Israel saat meliput di Khan Younis pada Agustus 2024.
  4. Lima jurnalis dari Al-Quds Today – Tewas dalam serangan udara Israel di dekat Rumah Sakit Al-Awda, kamp pengungsi Nuseirat, pada 26 Desember 2024. Mereka berada di dalam kendaraan yang ditandai jelas sebagai pers.

Reaksi dari Dunia Internasional

Tragedi ini telah memicu gelombang kecaman dari berbagai organisasi dan tokoh dunia. Reporters Without Borders (RSF) menyebutkan bahwa serangan ini sering kali disengaja, dengan Israel melabeli jurnalis Palestina sebagai “teroris” tanpa bukti yang kuat.

Christophe Deloire, Sekretaris Jenderal RSF, mengatakan, “Menargetkan jurnalis adalah pelanggaran berat terhadap hukum internasional. Mereka bukan pihak dalam konflik dan harus dilindungi.”

Federasi Jurnalis Internasional (IFJ) menambahkan bahwa tindakan ini adalah pelanggaran serius terhadap hukum humaniter internasional. “Serangan terhadap jurnalis adalah serangan terhadap kebebasan berekspresi dan hak publik untuk mendapatkan informasi,” kata Anthony Bellanger, Sekretaris Jenderal IFJ.

Baca Juga: Bagaimana Perjuangan Rakyat Palestina di 2025, Ini Kata Para Pakar!

Di tingkat diplomatik, Sekretaris Jenderal PBB António Guterres menyatakan, “Serangan terhadap jurnalis tanpa bukti keterlibatan mereka dalam permusuhan aktif merupakan kejahatan perang. Kami menyerukan penyelidikan independen dan pertanggungjawaban penuh atas insiden ini.”

Pemimpin dunia lainnya, seperti Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan, mengecam keras tindakan Israel, menyebutnya sebagai “upaya untuk membungkam kebenaran”. Sementara itu, Presiden Prancis Emmanuel Macron menyuarakan keprihatinan mendalam atas keselamatan jurnalis di zona konflik, namun juga menyerukan pendekatan yang lebih seimbang dalam menyelesaikan konflik ini.

Pandangan dari Aktivis dan Organisasi Kemanusiaan

Organisasi hak asasi manusia seperti Amnesty International dan Human Rights Watch menyoroti bahwa pembunuhan jurnalis ini mencerminkan kurangnya akuntabilitas dalam konflik bersenjata.

Baca Juga: Muhasabah, Resolusi Tepat Menatap Masa Depan

“Ada pola yang jelas di mana jurnalis dan infrastruktur media menjadi target, menunjukkan upaya sistematis untuk menghambat pelaporan independen dari Gaza,” kata Agnes Callamard, Sekretaris Jenderal Amnesty International.

Aktivis kemanusiaan seperti Malala Yousafzai, pemenang Nobel Perdamaian, menyerukan solidaritas global untuk mendukung kebebasan pers. Dalam sebuah pernyataan, Malala mengatakan, “Melindungi jurnalis adalah melindungi hak kita semua untuk mengetahui kebenaran.”

Bagaimana Menghentikan Tragedi Itu?

Mengakhiri tragedi pembunuhan jurnalis di Gaza memerlukan langkah-langkah multi-aspek, melibatkan tekanan diplomatik, langkah hukum, dan peningkatan perlindungan bagi pekerja media:

Baca Juga: Tiga Pilar Hijrah: Fondasi Perubahan Menuju Kehidupan Islami

  1. Tekanan Diplomatik: Negara-negara harus meningkatkan tekanan terhadap Israel untuk mematuhi hukum humaniter internasional. Dewan Keamanan PBB dapat mengadopsi resolusi khusus yang menegaskan pentingnya perlindungan jurnalis di zona konflik.
  2. Penyelidikan Independen: Insiden ini harus diselidiki oleh badan independen seperti Pengadilan Kriminal Internasional (ICC) untuk memastikan akuntabilitas. Bukti yang kuat dapat digunakan untuk mendakwa pelaku di bawah hukum internasional.
  3. Perlindungan Jurnalis: Organisasi media dan pemerintah harus bekerja sama untuk menyediakan alat pelindung diri, pelatihan keselamatan, dan jalur evakuasi bagi jurnalis di zona konflik. Peningkatan teknologi seperti jaket antipeluru yang dilengkapi GPS dapat membantu meningkatkan keselamatan.
  4. Kampanye Kesadaran: Kampanye global untuk meningkatkan kesadaran publik tentang pentingnya melindungi jurnalis dapat memberikan tekanan sosial terhadap pelaku kekerasan.
  5. Dukungan Psikologis dan Hukum: Jurnalis yang selamat dan keluarga korban membutuhkan dukungan psikologis dan bantuan hukum untuk mendapatkan keadilan dan pemulihan.

Dengan tindakan bersama, tekanan diplomatik, dan penerapan hukum internasional, kita dapat melindungi mereka yang berdiri di garis depan untuk mencari kebenaran. Jurnalis bukan musuh. Mereka adalah saksi sejarah yang perlu dilindungi untuk memastikan bahwa kebenaran tidak menjadi korban dalam konflik. []

Mi’raj News Agency (MNA)

Baca Juga: 10 Hikmah Hidup Berjama’ah dari Qur’an dan Sunnah

Rekomendasi untuk Anda

Palestina
Kolom
Palestina
Internasional