Berlin, MINA – Lembaga peneliti masalah korupsi, Transparency International baru saja merilis Indeks Persepsi Korupsi (IPK) 2024, yang mengungkap dampak signifikan korupsi terhadap upaya penanggulangan perubahan iklim dan stabilitas demokrasi.
Laporan tersebut mengungkapkan, dua pertiga negara di dunia memiliki skor di bawah 50 dari skala 100, dengan rata-rata global stagnan di angka 43, menunjukkan tingkat korupsi yang masih sangat tinggi secara global. Al-Jazeera melaporkan
Laporan itu menekankan bahwa korupsi tidak hanya merusak institusi demokrasi, tetapi juga menghambat kebijakan lingkungan.
Kepentingan korporasi yang kuat sering kali mempengaruhi kebijakan iklim demi keuntungan jangka pendek, tapi mengorbankan keberlanjutan lingkungan jangka panjang.
Baca Juga: Pemerintah Yaman Berlakukan Boikot Produk AS dan Israel
Transparansi dan akuntabilitas dalam pengambilan keputusan menjadi kunci untuk memastikan bahwa kebijakan iklim tidak disandera oleh kepentingan tertentu.
Secara global, Denmark memimpin dengan skor tertinggi 90, diikuti oleh Finlandia dan Singapura.
Sebaliknya, Sudan Selatan berada di posisi terbawah dengan skor hanya 8, menggantikan posisi Somalia. Amerika Serikat mengalami penurunan menjadi 65 poin dan berada di peringkat ke-28, sementara Prancis, Jerman, dan Meksiko juga menunjukkan tren penurunan.
Di Indonesia, IPK 2024 menunjukkan peningkatan dengan skor mencapai 37, menempatkan negara ini di peringkat ke-99.
Baca Juga: Trump Siap Tawarkan Saudi Paket Persenjataan Senilai Rp1.682 Triliun
Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) menyatakan syukur atas perbaikan ini, menekankan bahwa meskipun ada peningkatan, masih banyak pekerjaan yang harus dilakukan untuk memberantas korupsi secara menyeluruh.
Laporan ini menjadi pengingat bahwa upaya pemberantasan korupsi harus menjadi prioritas utama bagi negara-negara di seluruh dunia. []
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: Yaman Tembak Jatuh 7 Pesawat Nirawak Reaper Senilai $200 Juta dalam 6 Pekan