
Penjara Guantanamo. (Foto: dok. Nahar Net)
Washington, MINA – Dalam pidato kenegaraannya hari Selasa (30/1), Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump berencana memperluas fasilitas tempat penahanan kontroversial Teluk Guantanamo.
Dia mengatakan akan membiarkan Teluk Guantanamo terbuka, menentang upaya pendahulunya Barack Obama yang gagal menutup fasilitas tersebut.
“Saya baru saja menandatangani perintah yang mengarahkan Menteri (Pertahanan James) Mattis untuk memeriksa kembali kebijakan penahanan militer kita dan untuk tetap membuka fasilitas penahanan di Teluk Guantanamo,” kata Trump, demikian Middle East Eye (MEE) memberitakannya.
Di bawah pimpinan Presiden George W. Bush, militer AS dengan tergesa-gesa membangun kamp penjara di Teluk Guantanamo, yang terletak di pangkalan Angkatan Laut AS di ujung timur Kuba.
Baca Juga: India Pertimbangkan Terima Duta Besar Taliban karena Alasan Tiongkok
Langkah itu dilakukan di bulan-bulan setelah invasi pimpinan AS ke Afghanistan setelah serangan 11 September 2001.
Awalnya, narapidana ditahan di kamp dan dipagari dengan kawat berduri. Tahanan berpakaian lusuh oranye. Kondisi itu memicu kemarahan dunia tahun 2002.
Sejak kritik itu, ratusan tahanan telah dipindahkan kembali ke negara asal mereka atau tempat lainnya. (T/RI-1.RS1)
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: Trump Terkejut Atas Penolakan Mesir dan Yordania Soal Relokasi Warga Gaza