Washington, MINA – Presiden AS Donald Trump pada Sabtu (15/3), secara tiba-tiba memberhentikan para jurnalis di Voice of America (VOA) dan sejumlah media lainya yang didanai AS.
Ratusan staf di VOA, Radio Free Asia, Radio Free Europe, dan media lainnya menerima email akhir pekan yang mengatakan, mereka akan dilarang masuk kantor dan harus menyerahkan kartu pers serta perlengkapan kantor. The New Arab melaporkan.
Trump pada hari Jumat mengeluarkan perintah eksekutif yang mencantumkan Badan Media Global AS sebagai salah satu “elemen birokrasi federal yang telah ditetapkan Presiden tidak diperlukan.”
Pejabat Pers Gedung Putih Harrison Fields mengambil nada yang lebih santai, hanya menulis “selamat tinggal” melalui X dalam 20 bahasa, sebuah sindiran terhadap liputan multibahasa media tersebut.
Baca Juga: Penguasa Baru Suriah Cari Bantuan ke Konferensi Uni Eropa
Direktur VOA Michael Abramowitz mengatakan bahwa ia termasuk di antara 1.300 staf yang diberhentikan sementara pada Sabtu.
“VOA membutuhkan reformasi yang matang, dan kami telah membuat kemajuan dalam hal itu. Namun, tindakan hari ini akan membuat Voice of America tidak dapat menjalankan misi pentingnya,” katanya di Facebook.
“Voice of America telah menjadi aset yang tak ternilai bagi Amerika Serikat, memainkan peran penting dalam perang melawan komunisme, fasisme, dan penindasan, serta dalam perjuangan untuk kebebasan dan demokrasi di seluruh dunia,” katanya, seraya mencatat bahwa liputannya – dalam 48 bahasa, menjangkau 360 juta orang setiap pekan.
Kepala Radio Free Europe/Radio Liberty, yang mulai mengudara ke blok Soviet selama Perang Dingin, menyebut pembatalan pendanaan sebagai “hadiah besar bagi musuh-musuh Amerika.”
Baca Juga: Aktivis Pro-Palestina Berbagai Kampus di AS Demo di Dekat Mabes ICE
Kelompok advokasi Reporters Without Borders mengecam keputusan tersebut, dengan mengatakan bahwa hal itu “mengancam kebebasan pers di seluruh dunia dan meniadakan 80 tahun sejarah Amerika dalam mendukung arus informasi yang bebas.”
Gregory Meeks, Demokrat teratas di Komite Urusan Luar Negeri DPR, dan anggota kongres senior Demokrat Lois Frankel mengatakan dalam sebuah pernyataan bersama bahwa langkah Trump akan “menyebabkan kerusakan yang bertahan lama pada upaya AS untuk melawan propaganda di seluruh dunia.”
Langkah untuk mengakhiri media yang didanai AS kemungkinan akan menghadapi tantangan, seperti pemotongan besar-besaran Trump lainnya. Kongres, bukan presiden, memiliki kekuatan konstitusional atas keuangan dan Radio Free Asia khususnya telah menikmati dukungan bipartisan di masa lalu.
Seorang karyawan VOA menggatakan ia terus melihat ponsel sepanjang waktu, dan memeriksa X di waktu senggang untuk mengetahui nasib media tersebut.
Baca Juga: Yaman Bersumpah Berikan Respons ‘Profesional dan Menyakitkan’ terhadap Serangan AS
Karyawan tersebut, yang meminta identitasnya dirahasiakan, menggambarkan pesan hari Sabtu sebagai “contoh sempurna dari kekacauan dan ketidaksiapan proses tersebut”.
Seorang karyawan Radio Free Asia berkata: “Ini bukan hanya tentang kehilangan penghasilan. Kami memiliki staf dan kontraktor yang takut akan keselamatan mereka. Kami memiliki reporter yang bekerja di bawah radar di negara-negara otoriter di Asia. Kami memiliki staf di AS yang takut dideportasi jika visa kerja mereka tidak berlaku lagi.”
“Melenyapkan kami lewat goresan pena sungguh mengerikan,” ujarnya. []
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: Israel Langgar Gencatan Senjata di Lebanon, Dua Orang Tewas