Washinton, MINA – Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump resmi mencabut larangan pengiriman bom seberat 2.000 pon ke Israel, yang sebelumnya diberlakukan Joe Biden untuk mengurangi korban sipil selama perang di Gaza.
Dalam sebuah unggahan di jejaring sosial Truth Social miliknya, Trump berkata, “Banyak barang yang dipesan dan dibayar oleh Israel, tetapi belum dikirim oleh Biden, kini sedang dalam perjalanan!” The News Arab melaporkan, Ahad (26/1).
Seorang pejabat pemerintahan Trump mengonfirmasi bahwa ini merujuk pada bom berat. Pejabat tersebut tidak berwenang untuk memberikan rincian secara terbuka dan berbicara dengan syarat anonim.
Joe Biden saat itu menghentikan pengiriman bom besar pada bulan Mei, sebagai bagian dari upaya untuk mencegah Israel melancarkan serangan habis-habisan ke kota Rafah di Gaza selatan. Sebulan kemudian, Israel memang menguasai kota itu, tetapi setelah sebagian besar dari 1 juta warga sipil yang tinggal atau berlindung di Rafah mengungsi.
Baca Juga: POPULER MINA] Trump Usul Relokasi Warga Gaza ke Indonesia dan Pertukaran Sandera
“Warga sipil telah terbunuh di Gaza sebagai akibat dari bom-bom itu dan cara-cara lain yang mereka gunakan untuk menyerang pusat-pusat populasi,” kata Biden kepada CNN pada bulan Mei ketika ia mengehentikan pengiriman senjata-senjata itu.
“Saya tegaskan jika mereka masuk ke Rafah … saya tidak akan memasok senjata-senjata yang selama ini digunakan untuk menyerang Rafah, untuk menyerang kota-kota, yang menangani masalah itu,” kata Biden.
Biden juga sempat menahan 1.700 bom seberat 500 pon yang telah dikemas dalam pengiriman yang sama ke Israel, tetapi beberapa pekan kemudian bom-bom itu tetap dikirim.
Tindakan Trump, lima hari setelah masa jabatannya, muncul saat ia merayakan fase pertama gencatan senjata antara Hamas dan Israel yang telah menghentikan pertempuran dan melihat pembebasan beberapa sandera yang ditahan oleh Hamas di Gaza, sebagai imbalan atas ratusan tahanan Palestina yang ditahan oleh Israel.
Baca Juga: Usai Kebakaran Los Angeles Hadapi Limpasan Hujan Beracun
Negosiasi belum dimulai dengan sungguh-sungguh pada fase kedua yang lebih sulit dari kesepakatan itu, yang pada akhirnya akan melihat pembebasan semua sandera yang ditahan oleh Hamas dan penghentian pertempuran yang bertahan lama.
Pemerintah Israel di bawah Perdana Menteri Benjamin Netanyahu mengancam akan melanjutkan perang melawan Hamas yang melancarkan serangan besar-besaran terhadap Israel pada 7 Oktober 2023 jika sandera yang tersisa tidak dibebaskan. []
Mi’raj News Agency (MINA)