Washington, MINA – Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump resmi mengganti nama Kementerian Pertahanan AS (Pentagon) menjadi Departemen Perang, dalam sebuah langkah yang disebutnya sebagai simbol kekuatan dan kemenangan.
Perubahan nama tersebut diumumkan setelah Trump menandatangani perintah eksekutif pada Jumat (5/9). Dalam pernyataannya di Oval Office, Trump mengatakan bahwa nama baru ini lebih sesuai dengan kondisi dunia saat ini yang penuh dengan konflik dan ancaman global.
“Saya kira ini mengirimkan pesan kemenangan,” ujar Trump kepada wartawan seperti dikutip Al-Jazeera.
Trump juga menyebut bahwa nama Departemen Perang memiliki nilai historis yang kuat, karena pernah digunakan sejak era Presiden George Washington pada tahun 1789. Ia menegaskan bahwa AS memiliki sejarah kemenangan besar dalam perang dunia, sehingga nama tersebut merepresentasikan kekuatan militer AS.
Baca Juga: Ratusan Orang di Budapest Ikut Aksi Kenang 20.000 Anak Palestina yang Syahid di Gaza
“Dulu disebut Department Perang, dan kedengarannya jauh lebih kuat,” kata Trump.
“Seperti yang Anda tahu, kami memenangkan Perang Dunia I, kami memenangkan Perang Dunia II. Kami memenangkan segalanya,” ujarnya dikutip USA Today.
Departemen Perang pertama kali didirikan pada masa awal kemerdekaan Amerika Serikat pada tahun 1789. Lembaga ini bertugas mengawasi Angkatan Darat AS dan menjadi pusat pengelolaan kekuatan militer negara tersebut.
Namun, setelah berakhirnya Perang Dunia II, pemerintah AS melakukan reorganisasi besar-besaran. Pada 1947, Departemen Perang digabungkan bersama Departemen Angkatan Laut dan Angkatan Udara di bawah Badan Militer Nasional. Dua tahun kemudian, pada 1949, lembaga ini diubah namanya menjadi Departemen Pertahanan (Department of Defense) untuk memberi kesan yang lebih moderat dan fokus pada pertahanan.
Baca Juga: Anggota Parlemen Prancis Ikut Global Sumud Flotilla: “Misi Kami Kemanusiaan
Langkah Trump untuk mengembalikan nama lama ini dinilai kontroversial. Beberapa pengamat menyebutnya sebagai upaya memperkuat citra militer AS yang agresif di tengah ketegangan geopolitik global, termasuk konflik di Timur Tengah, Eropa Timur, dan kawasan Asia-Pasifik. []
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: China Dukung Solusi Dua Negara untuk Penyelesaian Palestina