Washington, MINA – Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump dikabarkan terkejut setelah mendengar pengakuan seorang tentara Israel yang baru dibebaskan dari tawanan Hamas, yang menyatakan bahwa dirinya diperlakukan dengan baik selama masa penahanan di Gaza.
Tentara tersebut, Edan Alexander mengungkapkan kepada media bahwa selama menjadi tawanan, para pejuang Hamas tidak melakukan kekerasan fisik ataupun penyiksaan terhadapnya. Ia justru menyampaikan bahwa perlakuan yang diterimanya terbilang manusiawi.
“Saya diperlakukan dengan penuh hormat sebagai manusia. Tidak ada kekerasan. Mereka memberi saya makan, merawat saya. Saya tidak menyangka akan seperti itu,” ungkap Edan saat ditanyakan Presiden AS Trump, Jum’at (11/7) di kediaman presiden.
Pernyataan ini langsung mengundang reaksi dari berbagai kalangan, termasuk Donald Trump. Dalam unggahan media sosialnya, Trump menyatakan keterkejutannya dan mempertanyakan narasi yang selama ini dibangun terhadap kelompok perlawanan Palestina. “Itu mengejutkan. Sangat berbeda dari apa yang selama ini diberitakan,” tulisnya.
Baca Juga: Gelombang Panas di Eropa Tewaskan Ribuan Orang, Ilmuwan Peringatkan Krisis Iklim
Di sisi lain, pengakuan Edan Alexander dinilai memperkuat klaim Hamas selama ini bahwa mereka memperlakukan tawanan perang sesuai dengan prinsip kemanusiaan dan hukum internasional. “Kami bukan seperti penjajah yang menyiksa rakyat kami sendiri. Kami memperlakukan tawanan dengan akhlak dan nilai-nilai agama,” tegas juru bicara Hamas dalam pernyataan resminya.
Edan Alexander merupakan salah satu dari beberapa tawanan yang dibebaskan dalam skema pertukaran tawanan antara Hamas dan pemerintah Israel. Pembebasan ini merupakan hasil dari mediasi berbagai pihak internasional.
Pengakuan sang tentara membuka ruang baru untuk melihat wajah lain dari konflik Gaza, dan sekaligus menguji kembali persepsi global tentang karakter perlawanan Palestina yang selama ini kerap diberi label negatif oleh media arus utama Barat. []
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: Amnesty International Kecam Sanksi AS terhadap Pelapor Khusus PBB Francesca Albanese