Washington, 21 Sya’ban 1438/18 Mei 2017 (MINA) – Pejabat Gedung Putih mengungkapkan, Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump tidak akan mengumumkan rencana pemindahan kedutaan negaranya dari Tel Aviv ke Yerusalem dalam kunjungannya ke Israel nanti.
Pejabat yang berbicara dengan status anonim (tidak diungkap identifasnya) itu mengatakan, Presiden dilaporkan masih mendukung langkah pemindahan kedubes yang dicanangkannya di masa kampanye tersebut, meski ada banyak sekali amarah di seluruh dunia Muslim.
Namun menurutnya, Trump juga tidak ingin membahayakan kesepakatan damai potensial antara Israel dan Palestina.
Baca Juga: Setelah Zona Penyangga, Israel Duduki Gunung Hermon Suriah
Israel menganggap Yerusalem sebagai ‘ibukota abadi dan tak terbagi’, tapi status tersebut tidak diakui oleh masyarakat internasional dan kedutaan AS saat ini berkedudukan di Tel Aviv.
Otoritas Palestina juga menganggap Yerusalem Timur sebagai ibu kotanya dan akan menganggap pemindahan kedutaan itu sebagai penghinaan besar.
“Kami melakukan diskusi yang sangat baik dengan semua pihak dan selama hal itu terjadi, maka kami tidak bermaksud melakukan apapun yang kami pikir bisa mengganggu diskusi tersebut,” kata pejabat tersebut. Demikian The New Arab memberitakan yang dikutip MINA, Kamis (18/5).
Selama kampanye pemilihannya, Trump berulang kali berjanji akan memindahkan kedutaan AS ke Yerusalem, tapi rencana ini tampaknya telah menghilang sejak dia berkantor di Oval Office.
Baca Juga: Ratusan Pengungsi Suriah di Lebanon Mulai Kembali Usai Assad Jatuh
Trump telah menerima sejumlah besar petisi dan peringatan dari para pemimpin dunia, terutama yang berasal dari negara-negara berpenduduk mayoritas Muslim, terkait rencananya itu.
Pejabat senior di Departemen Luar Negeri AS, Departemen Pertahanan dan dinas intelijen AS telah mendesak Gedung Putih untuk tidak mengakui Yerusalem sebagai ibu kota Israel. (T/RI-1/P1)
Mi’raj Islamic News Agency (MINA)
Baca Juga: Israel Rebut Zona Penyangga Dataran Tinggi Golan Suriah