Image for large screens Image for small screens

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Damai di Palestina = Damai di Dunia

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Tsunami Selat Sunda: 429 Meninggal, 1.485 Luka dan 154 Hilang

Rendi Setiawan - Selasa, 25 Desember 2018 - 13:57 WIB

Selasa, 25 Desember 2018 - 13:57 WIB

10 Views

Jakarta, MINA – Hingga hari ketiga, dampak musibah gelombang tsunami yang menggulung sebagian besar wilayah pesisir Selat Sunda pada Sabtu (22/12) lalu terus bertambah.

Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) meliris data terbaru jumlah korban tsunami. Hingga Selasa (25/12) pukul 13.00 WIB, jumlah korban 429 meninggal dunia, 1.485 luka, 154 hilang, dan 16.082 mengungsi.

“Data ini akan terus bertambah dari data sebelumnya karena daerah yang sebelumnya belum disisir sekarang berhasil terdata. Data ini masih sementara,” kata Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB, Sutopo Purwo Nugroho saat memberikan keterangan pers di Graha BNPB, Jakarta.

Menurut Sutopo, tidak adanya peringatan dini tsunami menjadi salah satu penyebab banyaknya jumlah korban. Indonesia belum punya alat pendeteksi tsunami yang disebabkan oleh longsoran bawah laut, juga erupsi gunung berapi.

Baca Juga: Indonesia Sesalkan Kegagalan DK PBB Adopsi Resolusi Gencatan Senjata di Gaza

“Tidak ada yang mengira erupsi gunung Anak Krakatau malam itu akan menyebabkan tsunami. Ini menjadi tantangan bagi kita untuk mengembangkan sistem pendeteksi tsunami yang disebabkan erupsi gunung berapi,” katanya.

Sutopo mengatakan, daerah paling parah yang terdampak tsunami adalah Kabupaten Pandeglang, sehingga pemerintah menetapkan masa tanggap darurat di daerah ini selama 14 hari sejak 22 Desember. Sementara masa tanggap darurat di Lampung Selatan ditetapkan 7 hari.

“Ini masih sangat memungkinkan untuk diperpanjang mengingat hingga saat ini situasi masih belum kondusif. Daerah yang terdampak saat ini belum semua bisa dijangkau oleh petugas,” katanya.

Ia menjelaskan, lambatnya penanganan korban dikarenakan banyak jalan dan jembatan yang rusak dan terputus sehingga perlu waktu. Bencana ini termasuk bencana daerah, bukan bencana nasional.

Baca Juga: Selamat dari Longsor Maut, Subur Kehilangan Keluarga

“Tinggi tsunami dari sejumlah informasi di lapangan ada yang mengatakan 2 meter. Ada yang mengatakan lebih dari 5 meter. Sehingga petugas menurunkan tim untuk memetakan berapa tinggi tsunami sebenarnya,” katanya. (L/R06/RS1)

Mi’raj News Agency (MINA)

Baca Juga: Terakreditas A, MER-C Training Center Komitmen Gelar Pelatihan Berkualitas

Rekomendasi untuk Anda

Indonesia
Indonesia
Indonesia
Indonesia
Indonesia