Oleh: Rudi Hendrik, wartawan MINA
“Indonesia dan Malaysia kehilangan sosok besar dalam bidang Thibbun Nabawi. Innalillahi wa inna ilaihi roji’un.”
“GURU TERBAIK. Sangat besar jasa beliau dalam dunia pengobatan Tradisional & Thibbun Nabawi. Innalillahi wa inna ilaihi roji’un. Tuan Guru Haji Ismail. Kami bersaksi engkau adalah orang yang sangat baik yang pernah hadir dalam kehidupan kami.”
Itulah beberapa kalimat yang diungkapkan oleh masyarakat yang tersebar luas di berbagai media sosial dan grup-grup pesan singkat, khususnya mereka yang banyak bersinggungan dengan dunia pengobatan ala Rasulullah (thibbun Nabawi) dan herbal, ketika membaca pesan duka atas wafatnya Tuan Haji Ismail bin Haji Ahmad.
Baca Juga: Abah Muhsin, Pendekar yang Bersumpah Jihad Melawan Komunis
Tokoh besar di dunia pengobatan Islami kelahiran Malaysia ini meninggal pada Sabtu, 27 April 2024, pukul 02.15 waktu Malaysia di Negara Bagian Perlis.
Pendiri dan pemilik HPA
Siapa yang tidak mengenal sosok Tuan Haji Ismail bin Ahmad? Bagi anggota Herba Penawar Al-Wahida (HPA) di Malaysia atau HNI-HPAI di Indonesia pastilah mengenalnya. Tuan Haji, begitu biasa beliau disapa, adalah pendiri dan sekaligus pemilik HPA.
Lahir di desa Jejawi Perlis, Malaysia pada 1 Juni 1963, Tuan Haji membuktikan dirinya salah satu putera terbaik Malaysia yang sukses menjadi pengusaha, juru dakwah dan tabib muslim. Salah satu ucapan beliau yang menjadi motto HPA di seluruh Asia Tenggara.
Baca Juga: Pangeran Diponegoro: Pemimpin Karismatik yang Menginspirasi Perjuangan Nusantara
“Kita harus menolong umat Islam agar kembali bangkit menuju kejayaan. Siapa lagi kalau bukan kita? Kapan lagi kalau bukan dari sekarang?”
Untuk mewujudkan itu semua beliau berpijak pada dua misi besar yang terus dikembangkannya hingga Eropa dan Timur Tengah, yaitu membangun ekonomi umat Islam dan menciptakan obat-obatan yang berkualitas tinggi yang diolah secara Islami.
Keprihatinan Tuan Haji terhadap obat-obatan yang beredar dewasa ini tanpa memperdulikan halal dan haram, menyebabkan beliau memproduksi sendiri obat-obatan alami (herba) yang berkualitas tinggi dan diproses secara hati-hati melalui teknologi modern, tapi tetap memegang teguh prinsip-prinsip dan etika Islam.
Terbukti semua produk HPA mendapat pengakuan dari WHO (Badan Kesehatan Dunia) dengan memberi sertifikat Good Manufacturing Product (GMP) pada tahun 1999, merupakan pengakuan tertinggi untuk kualitas dan khasiat produk herba tersebut. HPA merupakan perusahaan kedua di Malaysia yang mendapat sertifikasi dari WHO untuk bidang obat-obatan.
Baca Juga: Pak Jazuli dan Kisah Ember Petanda Waktu Shalat
Siapapun yang berjumpa dengan Tuan Haji pastilah enggan untuk berpisah. Entah mengapa seola-olah terdapat kesejukan, kedamaian dan ketenangan tersendiri ketika bersama-sama dengan beliau. Tutur katanya, murah senyumannya, keluasan ilmunya dan ketawadhuannya seolah menjadi magnet yang mampu memikat setiap orang yang berada di dekatnya.
Simaklah penuturan wartawan harian Metro, Zainuddin Zain, ketika berjumpa dengan beliau akhir April 2006. “Orangnya cukup sederhana sekalipun memiliki rangkaian perniagaan berjuta ringgit. Ketika ahli setarafnya bergaya dengan banglo (bungalow), beliau lebih selesa (suka) menetap di rumah pusaka (warisan) keluarganya yang beratap rumbia dan berdinding buluh,” ungkap Zainudin.
Wartawan Metro itu lebih tercengang ketika Tuan Haji berkata mengenai dirinya: “saya lebih selesa (suka) jika orang lebih mengenal produk dan syarikat (perusahaan) ini daripada diri saya.”
Suka masuk hutan
Baca Juga: Jalaluddin Rumi, Penyair Cinta Ilahi yang Menggetarkan Dunia
Yang menarik, hobi Tuan Haji sejak berusia 12 tahun adalah senang bermain di hutan. Lulusan Universitas Putra Malaysia (UPM) tahun 1985 ini memang gemar masuk hutan. Yang dicari adalah pokok herba dan akar kayu. Beliau menyediakan waktu 2-3 hari dalam sebulan untuk memasuki hutan.
Pengalaman yang menarik ketika menjelajahi hutan adalah ketika menemukan sejenis garam di puncak Gunung Jerai yang cukup berkhasiat untuk penyakit diabetes. Saat yang tepat untuk mengambilnya, menurut Tuan Haji, ialah selepas kambing gurun menjilat garam tersebut. Dan kambing itu hanya datang pada waktu tertentu saja.
Pengalaman lainnya ketika menemukan ‘batu leleh’ yang ukurannya sebesar pelukan orang dewasa yang mempunyai fungsi banyak keistimewaan, terutama berfungsi sebagai penyerap racun dan bernilai ratusan ribu ringgit.
Dari hobinya bemain di hutan, lalu menggiring beliau masuk UPM fakultas pertanian. Selepas dari Universitas Putra Malaysia (UPM). Beliau pun berkerja di LPP (Lembaga Pertumbuhan Peladang) Kampung Kok Kelang, dekat Padang Sidin di Perlis. Bakat luar biasa Tuan Haji di bidang herba ternyata membuahkan hasil, yakni memenangi anugerah Hari Q (qualiti) oleh Jabatan Perdana Menteri (JPM), dan bonusnya pun terbang ke Indonesia.
Baca Juga: Al-Razi, Bapak Kedokteran Islam yang Mencerdaskan Dunia
Inspirasi dari pabrik jamu Indonesia
Di Indonesia, Tuan Haji sempat melawat ke beberapa pabrik jamu tradisionil seperti Mustika Ratu dan Nyonya Meneer. Dari lawatan tersebut, beliau berpikir mengapa tidak membuat hal serupa di Malaysia, padahal permintaan untuk obat-obatan alami sangat tinggi pada waktu itu.
Lalu Tuan Haji bersama istrinya, Puan Hajjah Norhayati bin Hj. Ahmad berjualan di pasar malam dengan mengendarai sepeda. Usahanya ini sebenarnya telah dilakukan ketika beliau masih duduk di UPM, sehingga banyak rekan-rekan seuniversitas baik yang senior maupun yunior mengenal beliau sebagai pedagang obat pasar malam.
Ketika bersama istrinya berjualan sambil menggelar dagangan di kaki lima, sang istri berkata kepada beliau, “Abi, kapan kita mempunyai rumah yang berada di atas angin di bawah awan?” Tuan Haji menjawab, “Sabarlah, nanti juga Allah berikan jika memang Allah mengizinkan.”
Baca Juga: Abdullah bin Mubarak, Ulama Dermawan yang Kaya
Perlahan tapi pasti, usaha dagang Tuan Haji yang dilakukan di pasar malam dan dari rumah ke rumah untuk mengumpulkan modal ternyata membuahkan hasil. Pada tahun 1997, didirikanlah Herba Penawar Al-Wahida. Wahida sendiri diambil dari nama anak sulung beliau Wahida yang kini berusia 32 tahun.
Impian istri untuk memperoleh rumah di atas angin di bawah awan, maksudnya seperti villa, akhirnya terpenuhi. Setelah beberapa lama tinggal di rumah yang baru tersebut, puan hajjah Norhayati Ahmad, kembali bertanya kepada suaminya, “Abi, apakah rumah ini bisa mengantarkan kita ke surga?” Tak lama kemudian, rumah itu pun dijual lalu kembali ke kampung halamannya.
Tabib, pengusaha dan dai
Prinsip Tuan Haji dalam berbisnis adalah selalu mengalah dan tidak pernah menzalimi orang lain (lawan bisnisnya) kendati pihaknya yang justru berada dalam kondisi yang dizalimi dan dirugikan. “Ketika peluang bisnis kita diambil oleh orang lain, sesungguhnya kita sedang mendapatkan kesempatan peluang-peluang bisnis lain yang lebih banyak dan lebih besar,” tuturnya.
Baca Juga: Behram Abduweli, Pemain Muslim Uighur yang Jebol Gawang Indonesia
Yang menarik, selain dikenal sebagai pengusaha, Tuan Haji juga dikenal piawai dalam berdakwah. Ketika berbicara masalah agama, beliau seolah-olah tampak seperti seorang dai. Nasehat-nasehatnya mampu menyejukkan hati setiap orang di sekitarnya. Ceramah-ceramahnya mampu membakar semangat juang setiap orang yang mendengarnya.
Di dalam bidang ilmu kesehatan dan obat-obatan, seolah-olah beliau adalah seorang pakar yang terkenal. Keluasan ilmu pengetahuannya di bidang ini melebihi dokter handal sekalipun, meski beliau tidak pernah mengenyam pendidikan kedokteran secara formal. Namun, untuk menjadi seperti sekarang ini, beliau mengaku belajar hampir ke banyak guru terapi hingga tujuh tahun lamanya.
Tak mengherankan jika Tuan Haji sangat pandai dan tepat dalam mendiagniosa penyakit seseorang dalam waktu singkat.
Suatu ketika beliau berkunjung ke Palembang yang sudah menunggu sebanyak 200 pasien yang ingin berobat. Pasien sebanyak itu hanya membutuhkan waktu dua jam untuk pengobatan. Caranya, dengan menginjak punggung (kiropraktik) pasien.
Baca Juga: Suyitno, Semua yang Terjadi adalah Kehendak Allah
Tuan Haji mengharuskan setiap pegawai pabrik HPA di kawasan industri Kuala Perlis ketika bekerja harus dalam keadaan berwudu, hanya wanita yang sedang haid diberikan kelonggaran. Tujuannya, untuk memastikan supaya produk yang dikeluarkan mendapat rida dari Allah.
“Ya Allah… mcm xprcaya tn hj dah pergi dulu… org yg sangat baik… saya bnyak trhutang budi dgn dia… wlau apa skalipun dia, dia tetap org yang baik dan suka tlg org… insan yg sangat baik hati… saya pernah bkerja ngan dia dulu wlau sya buat salah xpernah dia meninggi suara memarahi saya… saya doakan semoga tuan hj bersama org soleh di sana… rehatla tuan haji krana tuan haji dah letih bkerja mmbantu org…” tulis akun Nizar Skate saat mengomentari kabar duka di akun resmi Facebook TN. HJ. ISMAIL HPA. []
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: Transformasi Mardi Tato, Perjalanan dari Dunia Kelam Menuju Ridha Ilahi