Oleh: Prof. Dr. H. Imam Suprayogo, Guru Besar Fakultas Tarbiyah Universitas Islam Negeri Malang
Manakala penggunaan nama ‘Islam’ pada lembaga pendidikan Islam dipandang sebagai nilai atau ajaran yang akan ditanamkan kepada siapa saja yang belajar di tempat itu, maka sebenarnya lembaga pendidikan dimaksud memikul beban atau misi yang sedemikian berat yang seharusnya ditunaikan. Salah satu misi pokok diutusnya Nabi Muhammad sebagai pembawa Islam adalah menyempurnakan akhlak mulia. Oleh karena itu, lembaga pendidikan Islam seharusnya juga memenuhi tuntutan yang sedemikian mulia itu.
Sehubungan dengan amanah tersebut maka, ukuran keberhasilan lembaga pendidikan Islam adalah juga pada akhlak mulia itu. Ukuran dimaksud seharusnya benar-benar menjadi pembeda atau distingsi bagi lembaga pendidikan tersebut dari lembaga pendidikan lainnya.
Keberhasilan lembaga pendidikan Islam terletak pada akhlak mulia yang berhasil dikembangkan. Menyangkut akhlak, seharusnya lembaga pendidikan Islam tidak boleh sama dan apalagi lebih rendah dibanding dengan lembaga pendidikan lain pada umumnya.
Baca Juga: Muasal Slogan ”Al-Aqsa Haqquna”
Lembaga pendidikan Islam, jika terpaksa atau dalam keadaan tidak memungkinkan, prestasinya kalah dibanding lembaga pendidikan lain pada umumnya, tetapi jangan sampai terkait dalam membangun akhlak. Manakala aspek tersebut terabaikan, maka sebenarnya lembaga pendidikan Islam sudah gagal segala-galanya. Sebab salah satu misi penting dan utama agama Islam adalah perbaikan akhlak di tengah-tengah masyarakat, tidak terkecuali adalah di lembaga pendidikannya.
Semua pihak yang terkait pada lembaga pendidikan Islam, mulai dari pimpinannya, para guru atau dosen, karyawan, dan sudah barang tentu adalah bagi semua siswa atau mahasiswanya, seharusnya berusaha mewujudkan akhlak mulia itu dalam kehidupan sehari-hari. Amanah itu bukan sederhana dan mudah.
Membangun akhlak sama artinya memasuki aspek manusia yang paling mendasar, yaitu hati. Letak atau bahkan sumber akhlak berada di tempat itu. Oleh karenanya, memperbaiki atau memperindah akhlak adalah sama artinya dengan kegiatan menyehatkan dan membersihkan hati, dan sudah barang tentu, hal dimaksud bukan pekerjaan mudah.
Bersihkan Hati
Baca Juga: Enam Prinsip Pendidikan Islam
Orang yang berhati bersih dan sehat, maka akan mampu menghindarkan diri dari berbagai penyakit hati. misalnya saling hasut menghasut, fitnah-memfitnah, takabur, iri hati, dengki, permusuhan, riya’, tipu menipu, berkhianat, menganggap orang lain lebih rendah, bakhil, dan semacamnya. Sifat-sifat tersebut seharusnya tidak boleh tumbuh di lembaga pendidikan Islam.
Manakala di lembaga pendidikan Islam masih terdapat orang yang saling memfitnah, permusuhan, hasut menghasut, dan seterusnya, maka sebenarnya lembaga pendidikan dimaksud harus berani mengakui gagal di dalam menunaikan misi pokoknya.
Sabar dan Ikhlas
Pekerjaan membangun akhlak mulia bukan hal mudah. Pekerjaan itu adalah merupakan tugas kenabian atau wilayah prophetik. Lembaga pendidikan hanya mampu mengingatkan dan mengajarkan bagaimana agar seseorang berakhlak mulia, tetapi tidak akan mampu memaksa orang lain menjadi berakhlak mulia, yaitu misalnya menjadikan murid atau mahasiswanya berperilaku sabar, ikhlas, tawakkal, tawadhu’, istiqomah, dan lain-lain. Institusi pendidikan tidak akan mampu membuat orang berwatak mulia sebagaimana disebutkan itu.
Baca Juga: [Hadits Arbain ke-10] Makanan dari Rezeki yang Halal
Dalam kehidupan sehari-hari, jangankan menjadikan orang lain, tidak terkecuali murid atau mahasiswanya, berperilaku sabar dan ikhlas misalnya, sementara itu yang bersangkutan sendiri saja belum tentu berhasil memiliki sifat mulia itu.
Juga sebaliknya, jangankan berhasil melarang orang lain meninggalkan sifat dengki, hasut, permusuhan, konflik, dan sejenisnya, sementara itu dirinya sendiri saja pada saat tertentu, juga masih belum berhasil meninggalkan sifat rendah dan buruk dimaksud.
Membangun akhlak mulia tidak cukup dilakukan melalui kegiatan pendidikan, kursus, membaca buku, mendengar ceramah dan semisalnya, melainkan seharusnya ditempuh dengan cara oleh masing-masing orang, melakukan kegiatan ritual, yaitu memohon dan mendekatkan diri pada Allah dan Rasul-Nya.
Dengan cara itulah akhlak seseorang akan menjadi baik dan fungsi lembaga pendidikan sebenarnya adalah mendorong untuk berlatih, membiasakan, dan memberikan ketauladanan kegiatan dimaksud . Wallahu a’lam. (T/P006/P4)
Baca Juga: Wawancara Eksklusif Prof. Anbar: Pendidikan Jaga Semangat Anak-Anak Gaza Lawan Penindasan
Mi’raj Islamic News Agency (MINA)