ZAKAT merupakan salah satu rukun Islam yang lima. Ini seperti disebutkan di dalam hadits:
بُنِيَ الْإِسْلَامُ عَلَى خَمْسٍ شَهَادَةِ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ وَأَنَّ مُحَمَّدًا رَسُولُ اللهِ وَإِقَامِ الصَّلَاةِ وَإِيتَاءِ الزَّكَاةِ وَالْحَجِّ وَصَوْمِ رَمَضَانَ
Artinya: “Islam dibangun atas lima: Bersaksi bahwasanya tidak ada Tuhan selain Allah dan Muhammad adalah utusan Allah, mendirikan shalat, menunaikan zakat, haji, dan puasa Ramadhan.” (H.R. Bukhari dari Ibnu Umar).
Hadits ini menjelaskan bahwa rukun lslam ada lima. Rukun yaitu hal yang wajib dipenuhi.
Baca Juga: 17 Fakta Menarik tentang Masjid Al-Aqsa
Hadits ini juga menggambarkan lslam sebagai sebuah bangunan yang berdiri kokoh dengan lima rukun tersebut. Tanpa adanya lima rukun itu, Islam akan runtuh.
Berbicara tentang zakat, berasal dari kata “zaka” yang artinya suci, baik, berkah, tumbuh, dan berkembang.
Sayyid Sabiq dalam Fiqih Sunnah menjelaskan, dinamakan zakat, karena di dalamnya terkandung harapan untuk memperoleh keberkahan, membersihkan jiwa dan memupuknya dengan berbagai kebaikan.
Zakat bermakna tumbuh menunjukkan bahwa mengeluarkan zakat menjadikan harta bertumbuh dan berkembang, dan menyebabkan pahala menjadi banyak.
Baca Juga: Al-Jama’ah: Pilar Kebangkitan Umat Islam
Zakat bermakna suci, menunjukkan bahwa zakat adalah mensucikan jiwa dari segala keburukan dan dosa-dosa.
Perintah berzakat disebutkan di dalam Al-Quran antara lain disebutkan di dalam ayat:
خُذْ مِنْ اَمْوَالِهِمْ صَدَقَةً تُطَهِّرُهُمْ وَتُزَكِّيْهِمْ بِهَا وَصَلِّ عَلَيْهِمْۗ اِنَّ صَلٰوتَكَ سَكَنٌ لَّهُمْۗ وَاللّٰهُ سَمِيْعٌ عَلِيْمٌ
Artinya: “Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu membersihkan dan mensucikan mereka dan mendoalah untuk mereka. Sesungguhnya doa kamu itu (menjadi) ketenteraman jiwa bagi mereka. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.” (Q.S. At-Taubah [9]: 103).
Baca Juga: Hidup Berjama’ah: Kunci Sukses Dunia dan Akhirat
Di dalam Tafsir Al-Quran Kementerian Agama RI, dijelaskan ayat ini merupakan kelanjutan dari ayat sebelumnya. Pada ayat 102 dijelaskan tentang sekelompok orang yang mengaku dosanya kemudian bertaubat kepada Allah.
وَآخَرُونَ اعْتَرَفُوا بِذُنُوبِهِمْ خَلَطُوا عَمَلًا صَالِحًا وَآخَرَ سَيِّئًا عَسَى اللَّهُ أَنْ يَتُوبَ عَلَيْهِمْ ۚ إِنَّ اللَّهَ غَفُورٌ رَحِيمٌ
Artinya : “Dan (ada pula) orang-orang lain yang mengakui dosa-dosa mereka, mereka mencampurbaurkan pekerjaan yang baik dengan pekerjaan lain yang buruk. Mudah-mudahan Allah menerima taubat mereka. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (Q.S. At-Taubah [9]: 102).
Penyebab dosa mereka adalah karena cinta harta berlebihan. Maka pada ayat 103 dijelaskan bahwa bentuk taubatnya adalah dengan ketaatan membayar zakat.
Baca Juga: 15 Cara Berjuang Membela Palestina
Begitulah, zakat berfungsi mensucikan diri dari segala sifat buruk yang disebabkan oleh kekayaan, seperti keserakahan, kesombongan, lupa diri, dsb.
Ibnu Katsir di dalam Tafsir Al-Quranul ‘Adzim menambahkan, Surat At-Taubah ayat 102 ini menjelaskan perintah Allah kepada Rasul-Nya, untuk mengambil zakat untuk membersihkan dan mensucikan diri melalui zakat tersebut. Perintah ini juga untuk menghapus dosa bagi mereka yang mengakui dosanya, berupa mencampurkan amal baik dan buruk.
Zakat Fitrah
Pada bulan suci Ramadhan, setiap umat Muslim wajib mengeluarkan Zakat Fitrah.
Baca Juga: Pembantaian Jurnalis di Gaza, Kebenaran yang Dibungkam
Zakat Fitrah diwajibkan atas setiap jiwa, baik lelaki dan perempuan Muslim, termasuk bayi yang baru lahir, yang dilakukan pada bulan Ramadhan sebelum pelaksanaan shalat Idul Fitri.
Sebagaimana disebutkan pada hadits :
فَرَضَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ زَكَاةَ الْفِطْرِ طُهْرَةً لِلصَّائِمِ مِنَ اللَّغْوِ وَالرَّفَثِ، وَطُعْمَةً لِلْمَسَاكِينِ، فَمَنْ أَدَّاهَا قَبْلَ الصَّلَاةِ فَهِيَ زَكَاةٌ مَقْبُولَةٌ، وَمَنْ أَدَّاهَا بَعْدَ الصَّلَاةِ فَهِيَ صَدَقَةٌ مِنَ الصَّدَقَاتِ
Artinya : Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam mewajibkan zakat fitrah untuk membersihkan orang yang berpuasa dari perkataan sia-sia dan perkataan kotor, dan sebagai makanan bagi orang-orang miskin. Barang siapa yang menunaikannya sebelum shalat (Idul Fitri), berarti ini merupakan zakat yang diterima, dan barang siapa yang menunaikannya setelah shalat (Idul Fitri) berati hal itu merupakan sedekah biasa”. (H.R. Abu Dawud, Ibnu Majah, dan Daruquthni, dari Ibnu Abbas).
Baca Juga: 9 Strategi Media Barat dalam Menampilkan Isu Palestina secara Bias
Adapun besaran Zakat Fitrah adalah makanan pokok 1 sha’ kurma atau 1 sha’ gandum, atau kita di Indonesia disetarakan dengan 2,5 kg atau 3,5 liter beras per jiwa.
Hal ini berdasarkan hadits :
فَرَضَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ زَكَاةَ الْفِطْرِ مِنْ رَمَضَانَ عَلَى النَّاسِ صَاعًا مِنْ تَمْرٍ أَوْ صَاعًا مِنْ شَعِيرٍ عَلَى كُلِّ حُرٍّ أَوْ عَبْدٍ ذَكَرٍ أَوْ أُنْثَى مِنْ الْمُسْلِمِينَ
Artinya : “Rasulullah Shallalahu ‘Alaihi Wasallam mewajibkan zakat fitrah di bulan Ramadan kepada manusia, yaitu satu sha’ kurma atau satu sha’ gandum kepada setiap orang merdeka, budak laki-laki atau orang perempuan dari kaum Muslimin.” (H.R. Bukhari Muslim).
Baca Juga: Sejarah Yahudi adalah Sejarah Kekalahan
Adapun kaitan zakat dengan puasa Ramadhan, disebutkan di dalam hadits :
شَهْرُ رَمَضَانَ مُعَلَّقٌ بَيْنَ السَّمَاءِ وَالْأَرْضِ، لَا يُرْفَعُ إِلَّا بِزَكَاةِ الْفِطْرِ
Artinya : “Bulan Ramadhan terkatung-katung antara langit dan bumi, tidak diangkat kecuali dengan zakat fitrah.” (H.R. Ad-Dailami, dinilai dha’if oleh Al-Albani).
Demikianlah dan semoga dengan zakat yang kita tunaikan, menjadikan kita bersih suci lahir dan batin, bersih suci jiwa dan harta, dalam ridha Allah. Aamiin. []
Baca Juga: Jelajah Bumi Para Nabi
Mi’raj News Agency (MINA)