Tunis, 3 Syawal 1436/19 Juli 2015 (MINA) – Pemerintah Tunisia gunakan strategi Perang Khandak dengan menggali parit di sepanjang perbatasan negaranya dengan Libya, sepanjang 500 kilometer.
Pembuatan parit dimaksudkan untuk menghadapi apa yang disebut pemerintah sebagai bahaya terorisme yang berasal dari negara tetangganya, Libya, demikian Middle East Monitor (MEMO) MEMO yang dikutip Mi’raj Islamic News Agency (MINA) melaporkan, Ahad (19/7).
Bermula dari, serangan Maret di sebuah museum Tunis dan serangan bulan lalu di sebuah pantai di Kota Sousse yang keduanya menargetkan wisatawan asing. Badan keamanan setempat mengatakan, pelaku dikonfirmasi telah menerima pelatihan militer dari kelompok-kelompok ektrimis yang berbasis di Libya.
Kelompok militan ISIS yang telah beberapa kali hadir di Afrika Utara mengerahkan kemampuannya untuk membawa senjata di Libya ke Tunisia.
Baca Juga: Tank-Tank Israel Sudah Sampai Pinggiran Damaskus
Bagian pertama dari perbatasan parit yang dibuat, direncanakan akan diperpanjang 186 kilometer, dari perbatasan Ras Ajdir di Kota Ben Gardane ke persimpangan Dehiba/Wazin di Kegubernuran Tataouine.
Pemerintah Tunisia kemudian menyetujui penambahan parit lain sepanjang 40 kilometer. Strategi Pemerintah Tunisia ini mirip seperti strategi umat Islam yang dipimpin Rasulullah Shallahu ‘Alaihi Wassallam saat menghadapi pengepungan Madinah yang dipelopori pasukan gabungan antara kaum kafir Quraisy makkah dan yahudi bani Nadir (al-ahzaab), yang disebut dengan Perang Khandaq.
Menurut pendapat jumhur Ulama, Perang Khandaq terjadi pada bulan Syawwal tahun lima hijriyah dan sebagian Ulama yang lain menyebutkan bahwa peperangan itu berkecamuk pada bulan Syawwal tahun keempat hijriyah.
Pertempuran tersebut dinamai Pertempuran Khandaq karena parit yang digali oleh umat Islam dalam persiapan untuk pertempuran.
Baca Juga: PBB: 16 Juta Orang di Suriah Butuh Bantuan
Sabtu lalu, Menteri Pertahanan Tunisia Farhat Al-Harshani mengunjungi Ben Gardane, di mana ia memeriksa operasi penggalian yang sedang berlangsung.
Parit tersebut, Al-Harshani mengatakan sementara dibuat di Ben Gardane, “bertujuan untuk menghentikan adanya penyelundupan, terutama pada senjata dan secara signifikan akan memberikan kontribusi untuk melindungi perbatasan negara itu dengan Libya.”
Kedalaman parit akan bervariasi dari dua hingga 2,5 meter, kata menteri pertahanan, mencatat operasi penggalian sedang dilakukan sektor swasta Tunisia di bawah pengamanan tentara.
Seluruh proyek, kata dia, harus selesai pada akhir tahun ini. Skema ini, bagaimanapun, bukan tanpa kritikan.
Baca Juga: Israel Gempur Suriah di Tengah Upaya Oposisi Bentuk Pemerintahan Baru
Dalam beberapa bulan terakhir, warga Ben Gardane dan Dehiba – banyak di antaranya bergantung pada perdagangan dengan negara tetangganya, Libya. Pembangunan parit itu membuat penduduk setempat khawatir akan berdampak negatif pada mata pencaharian mereka. (T/P004/R05)
Mi’raj Islamic News Agency (MINA)
Baca Juga: Warga Palestina di Luar Negeri: Jaga Persatuan Suriah