TUNISIA JUARA KONTES WORLD MUSLIMAH AWARD DI INDONESIA

Fatma Ben Guefrache , peserta asal Tunisia yang memenangkan World Muslimah Award (WMA) 2014 di Indonesia. Foto: AFP
Fatma Ben Guefrache , peserta asal Tunisia yang memenangkan World Award (WMA) 2014 di . Foto: AFP

Jakarta, 29 Muharam 1436/22 November 2014 (MINA) –  Seorang muslimah Tunisia menjadi juara ajang Kompetisi Muslimah Dunia (WMA)  yang digelar di Candi Prambanan Jawa Tengah, mengalahkan belasan kompetisi lainnya dari berbagai negara.

Ilmuwan komputer asal Tunisia itu bernama Fatma Ben Guefrache  yang menggeser 18 finalis lainnya dalam ajang internasional yang digelar di Indonesia, dia memenangkan hadiah yang mencakup jam tangan emas, dinar emas, dan perjalanan haji ke Mekah.

Dalam sambutan kemenangannya, Fatma juga meneriakkan pembebasan untuk Palestina dan Suriah yang saat ini masih dalam kondisi tidak aman menyusul konflik yang berkelanjutan.

“Semoga Allah SWT membantu saya dalam misi ini, dan bebaskan Palestina, tolong, tolong, bebaskan Palestina dan rakyat Suriah,” kata wanita 25 tahun itu sambil menangis terharu.

Ajang Muslimah ini pertama kali muncul pada 2013,  sebagai bentuk protest damai menentang Miss World yang diselenggarakan beberapa waktu lalu di Bali.

Setelah menjalani proses selama 12 hari, WMA mencapai babak grand final yang perhelatannya digelar di kompleks Candi Prambanan Jum’at malam.

Kenapa dikritik

Kompetisi World Muslimah Award ini juga dianggap bertentangan dengan ajaran Islam oleh beberapa pihak di Indonesia sendiri, termasuk kritikan dari Majelis Ulama Indonesia.

Beberapa diantaranya menilai kontes ini tidak pantas karena masih menjunjung kecantikan dan pamer fisik sementara Islam tidak mengajarkan hal itu.

“Menurut saya tidak pantas,” kata Ketua Majelis Ulama Indonesia ()  Bidang Pemberdayaan Perempuan, Keluarga, dan Perlindungan Anak, Tuty Alawiyah sebagaimana dikutip media, Jum’at.

Selain Tuti, kritikan tajam lain datang dari Hizbut Tahrir Indonesia yang disampaikan jubirnya , di mana ia mengatakan, “menonjolkan kecantikan itu dilarang dalam Islam.”

Menurutnya, unsur penilaian kecantikan dalam ajang WMA ini masih  sangat kental. Buktinya penyelenggara menentukan usia dan tinggi tubuh peserta.

Keduanya sepakat, ajang seperti ini telah memberi dasar dan membuat opini publik bahwa kecantikan fisik merupakan dasar  penilaian seorang wanita, sedangkan dalam Islam Muslimah dilarang menampilkan kecantikannya kecuali untuk suaminya dan keluarganya.(T/R04/R03)

Mi’raj Islamic News Agency (MINA)

 

 

 

Wartawan: Rudi Hendrik

Editor:

Ikuti saluran WhatsApp Kantor Berita MINA untuk dapatkan berita terbaru seputar Palestina dan dunia Islam. Klik disini.

Comments: 0