
Tunisia
, Habib Essid, mengatakan, dalam sepakan ini pihaknya akan menutup 80 masjid karena ditengarai menghasut jamaah untuk melakukan kekerasan." width="300" height="206" /> Perdana Menteri Tunisia, Habib Essid, mengatakan, dalam sepakan ini pihaknya akan menutup 80 masjid karena ditengarai menghasut jamaah untuk melakukan kekerasan.Tunisia, 13 Ramadhan 1436/30 Juni 2015 (MINA) – Pemerintah Tunisia berencana menutup sekitar 80 masjid yang diduga kerap menghasut dan memicu kekerasan.
Langkah ini dilakukan pemerintah sebagai upaya kontraterorisme setelah serangan penembakan di hotel tepi pantai di kawasan pantai wisata di Sousse, Tunisia pada Jumat (26/6), seperti dilaporkan Muslimvilage.com dan dikutip Mi’raj Islamic News Agency (MINA).
Dilaporkan salah seorang saksi, Perdana Menteri Habib Essid menyatakan bahwa selain memicu kekerasan, terdapat dugaan puluhan masjid tersebut ikut mendanai sejumlah kelompok militan setempat.
Hingga saat ini, korban tewas mencapai setidaknya 39 orang, sebagian wisatawan asing termasuk warga Inggris, Jerman, dan Belgia, yang hendak berlibur dan menginap di The RIU Imperial Marhaba Hotel yang terletak di tepi pantai di Sousse, 140 km dari ibu kota Tunis.
Baca Juga: Media Asing: Militan Sudan Membantai Warga Desa, 200 Lebih Tewas
Petugas keamanan mengidentifikasi pelaku bernama Saifeddine Rezgui, mahasiswa teknik elektro berusia 23 tahun. Belum banyak informasi yang beredar soal Rezgui dan apa motif dari serangan tersebut.
Belum diketahui juga apakah Rezgui berhubungan dengan kelompok militan ISIS, yang mengklaim bertanggung jawab atas serangan tersebut.
Menurut kesaksian seorang yang berada di lokasi kejadian, pelaku penembakan menarik keluar senjata Kalashnikov yang tersembunyi di balik payung dan berjalan melalui jalanan di dalam hotel.
Serentetan tembakan kemudian meletus secara membabi buta, dari sisi kanan dan kiri pantai dan kolam renang. Pelaku sempat mengisi peluru beberapa kali dan melemparkan bahan peledak, sebelum akhirnya berhasil ditembak mati oleh polisi.
Baca Juga: PBB Tuduh Paramiliter Sudan Halangi Bantuan untuk Darfur
Serangan ini merupakan serangan kedua terbesar pada tahun ini setelah serangan di Museum Bardo di ibu kota Tuni yang menewaskan 21 wisatawan asing.
Serangan ini terjadi hampir bersamaan dengan serangan pemenggalan kepala di pabrik gas di Saint-Quentin-Fallavier di sebelah tenggara Perancis dan pengeboman bunuh diri di masjid Syiah di Kuwait ketika salat Jumat. (T/anj/R02)
Mi’raj Islamic News Agency (MINA)
Baca Juga: MSF: Separuh Penduduk Sudan Hadapi Kekurangan Pangan