Turki Akan Bangun Terusan Istanbul, Pensiunan-Pensiunan Laksamana Menolak

Ankara, MINA – melakukan 10 penangkapan terhadap lebih dari 100 penisunan Laksamana pada Senin (5/4) atas surat yang mereka keluarkan terkait dengan persetujuan Pemerintah Turki bulan lalu untuk mengembangkan Terusan Istanbul agar sebanding dengan Terusan Panama atau Suez.

Keputusan ini, membuka perdebatan tentang Konvensi Montreux 1936.

Surat itu memperingatkan tentang kemungkinan ancaman terhadap perjanjian yang mengatur penggunaan saluran air utama Turki, Nahar Net melaporkan.

Jaksa juga memerintahkan empat tersangka lainnya untuk wajib lapor kepada polisi Ankara dalam waktu tiga hari. Jaksa memilih untuk tidak menahan mereka karena usianya.

Mereka dituduh “menggunakan kekuatan dan kekerasan untuk menghilangkan tatanan konstitusional”, lapor penyiar NTV.

Perkembangan itu terjadi sehari setelah surat itu dikutuk keras oleh pemerintah, yang mengatakan langkah itu mengingatkan pada masa kudeta masa lalu di Turki, yang telah terjadi tiga kali.

Terusan Istanbul adalah proyek paling ambisius Presiden Recep Tayyip Erdogan dan disebut sebagai “proyek gila”, yang telah membuatnya membangun bandara, jembatan, jalan, dan terowongan baru selama 18 tahun kekuasaannya

Jaksa penuntut meluncurkan penyelidikan pada Ahad terhadap atas kecurigaan “perjanjian untuk melakukan kejahatan terhadap keamanan negara dan ketertiban konstitusional.”

Dalam surat mereka yang dirilis Sabtu malam (3/4), pensiunan laksamana mengatakan, mereka “mengkhawatirkan” dibukanya perjanjian Montreux untuk diperdebatkan.

Mereka menyebut perjanjian itu sebagai kesepakatan yang “paling melindungi kepentingan Turki”.

Konvensi Montreux menjamin perjalanan bebas melalui selat Bosphorus dan Dardanelles bagi kapal sipil di masa damai dan perang. Ini juga mengatur penggunaan selat oleh kapal militer dari negara non-Laut Hitam.

Jalur air antara Eropa dan Asia yang melalui dua selat tersebut tersumbat oleh lalu lintas laut dan telah mengalami beberapa kecelakaan pelayaran dalam beberapa tahun terakhir.

Militer Turki, yang telah lama memandang dirinya sebagai penjamin konstitusi sekuler negara itu, melancarkan tiga kudeta antara tahun 1960 hingga 1980. (T/RI-1)

 

Mi’raj News Agency (MINA)

Wartawan: Rudi Hendrik

Editor: Rudi Hendrik

Ikuti saluran WhatsApp Kantor Berita MINA untuk dapatkan berita terbaru seputar Palestina dan dunia Islam. Klik disini.