Ankara, MINA – Wakil Perdana Menteri Turki Hakan Cavusoglu mengatakan, pihaknya akan memberikan beasiswa kepada 53 siswa-siswi Muslim Rohingya, Senin (2/10).
Cavusoglu mengatakan kepada Anadolu Agency bahwa para siswa dari negara bagian Rakhine barat Myanmar yang bermasalah akan mempelajari ilmu komunikasi, hukum, politik dan Hak Asasi Manusia di universitas-universitas Turki. Dia juga menambahkan, sekitar 15 siswa Rohingya saat ini belajar di universitas-universitas Turki. Demikian Anadolu Agency melaporkan dikutip Miraj News Agency (MINA), Selasa (3/10).
“Badan Kerjasama dan Koordinasi Turki (TIKA) telah mengirim 1.000 ton paket makanan untuk Muslim Rohingya,” katanya, dia menambahkan Turki akan terus membantu Muslim Rohingya dengan menyediakan fasilitas makanan dan kesehatan.
“Kami akan mendirikan klinik kesehatan keliling (di kamp pengungsian),” kata Cavusoglu.
Baca Juga: ICC Keluarkan Surat Perintah Penangkapan Netanyahu dan Gallant
Dia menambahkan Turki akan menyediakan makanan untuk 20.000 pengungsi Rohingya di Bangladesh dan membantu membangun rumah mereka.
Lebih dari 501.000 etnis muslim Rohingya telah menyeberang ke Bangladesh sejak terjadi tindakan kekerasan di Myanmar pada 25 Agustus, menurut badan migrasi PBB.
Para pengungsi tersebut melarikan diri dari aksi kekerasan militer Myanmar dan gerombolan biksu Buddha untuk membunuh pria, wanita dan anak-anak muslim Rohingya bahkan hingga menjarah rumah dan membakar desa mereka.
Sementara Menteri Luar Negeri Bangladesh Abul Hasan Mahmood Ali mengatakan, sekitar 3.000 orang Rohingya tewas dari tindakan keras tersebut. Turki telah berada di garis depan untuk memberikan bantuan kepada pengungsi Rohingya, dan Presiden Recep Tayyip Erdogan menyoroti masalah ini di Majelis Umum PBB tahun ini.
Baca Juga: Turkiye Tolak Wilayah Udaranya Dilalui Pesawat Presiden Israel
Etnis muslim Rohingya digambarkan oleh PBB sebagai orang-orang yang paling teraniaya di dunia, telah menghadapi ketakutan yang meningkat atas serangan tersebut sejak puluhan orang terbunuh dalam kekerasan komunal pada 2012. (T/R03/B05)
Miraj News Agency (MINA)
Baca Juga: Setelah 40 Tahun Dipenjara Prancis, Revolusioner Lebanon Akan Bebas