Turki: Hagia Sophia Urusan Internal Hak Kedaulatan

Ankara, MINA – Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Hami Aksoy mengatakan, setiap masalah tentang adalah “urusan internal kami sebagai bagian dari hak kedaulatan Turki.”

Aksoy menanggapi pernyataan Menteri Luar Negeri AS Mike Pompeo tentang ikon negara itu.

“Kami terkejut dengan pernyataan yang dibuat oleh Departemen Luar Negeri AS tentang Hagia Sophia,” ujarnya. Seperti dilaporkan Anadolu Agency, Rabu (1/7).

Turki melindungi semua aset budayanya, termasuk Hagia Sophia, tanpa diskriminasi dalam kerangka tradisi toleransi dari budaya dan sejarah kita, tambah pernyataan itu.

“Hagia Sophia, yang terletak di tanah kami adalah milik Turki, seperti semua aset budaya kami,” katanya.

“Secara alami setiap orang bebas mengekspresikan pendapatnya sendiri. Namun, bukan bagi siapa pun untuk berbicara tentang hak kedaulatan kami dalam gaya kami,” imbuhnya.

Sebelumnya, Menlu AS Mike Pompeo mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa status museum harus dipertahankan “sebagai contoh komitmen Turki untuk menghormati tradisi agama dan beragam sejarah yang berkontribusi pada Republik Turki, dan untuk memastikannya tetap dapat diakses oleh semua.”

“Pemerintah Turki telah mengelola Hagia Sophia sebagai museum yang secara resmi diakui oleh UNESCO sebagai bagian dari Area Bersejarah Situs Warisan Dunia Istanbul,  dengan cara yang luar biasa selama hampir seabad,” tambah Hami Aksoy.

Hagia Sophia digunakan sebagai gereja selama 916 tahun. Pada tahun 1453, diubah menjadi masjid oleh Ottoman Sultan Mehmet II ketika kekaisaran membebaskan Istanbul.

Setelah beberapa restorasi karena kondisi yang rusak, pemerintahan Ottoman menambahkan menara oleh arsitek Mimar Sinan. Hagia Sophia menjadi salah satu karya terpenting arsitektur dunia.

Di bawah Republik Turki, bangunan itu diubah menjadi museum pada tahun 1935. (T/RS2/P1)

Mi’raj News Agency (MINA)

Ikuti saluran WhatsApp Kantor Berita MINA untuk dapatkan berita terbaru seputar Palestina dan dunia Islam. Klik disini.