Ankara, MINA – Ketika ketegangan terus meningkat antara Turki dan Perancis, Pemerintah Ankara pada Ahad (25/10) mengatakan, “karikatur ofensif” Nabi Muhammad digunakan untuk mengintimidasi Muslim di Eropa dengan kedok kebebasan berekspresi.
Fahrettin Altun, Direktur Komunikasi Kepresidenan Turki, mengatakan, sikap Eropa yang menjelekkan Muslim mengingatkan pada bagaimana orang Yahudi di Eropa diperlakukan pada 1920-an. Anadolu melaporkan.
Kebijakan Presiden Perancis Emmanuel Macron untuk mempertahankan negaranya dari Islam radikal telah membuat marah Turki, yang sebagian besar berpenduduk Muslim, meskipun secara resmi merupakan negara sekuler.
Ahad pagi, diplomat utama Uni Eropa Josep Borrell mengecam pernyataan Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan yang mengatakan, Macron membutuhkan pemeriksaan kesehatan mental.
Baca Juga: Diplomat Rusia: Assad dan Keluarga Ada di Moskow
Sehari sebelumnya, Perancis mengatakan akan menarik utusannya dari Turki untuk konsultasi setelah pernyataan Erdogan.
Erdogan menuduh Macron memiliki “masalah” dengan Islam dan dengan Muslim karena membela hak untuk menayangkan kartun Nabi Muhammad.
Perancis dan Turki telah berselisih mengenai berbagai masalah, termasuk hak maritim di Mediterania timur, Libya, Suriah serta konflik antara Armenia dan Azerbaijan atas Nagorno-Karabakh.
Hubungan Turki dan Uni Eropa juga sedang bermasalah, terutama yang berkaitan dengan kegiatan eksplorasi minyak dan gas Turki di Mediterania timur. (T/RI-1)
Baca Juga: Penulis Inggris Penentang Holocaust Kini Kritik Genosida Israel di Gaza
Mi’raj News Agency (MINA)