Ankara, MINA – Pemerintah Turki pada Sabtu (25/7) mengecam pernyataan Yunani yang menentang langkah pengubahan museum Hagia Sophia kembali menjadi masjid setelah pelaksanaan shalat Jumat pertama di bangunan simbol Istanbul itu.
Hubungan antara sekutu NATO itu telah memanas dalam beberapa bulan terakhir, tetapi ketegangan meningkat karena Hagia Sophia yang dianggap sebagai simbol bagi agama Kristen Ortodok, khususnya di Mediterania timur.
Presiden Turki, Recep Tayyip Erdogan bergabung bersama ribuan orang untuk shalat pertama pada hari Jumat sejak Hagia Sophia diubah menjadi masjid bulan ini.
Perdana Menteri Yunani, Kyriakos Mitsotakis pada hari Jumat mengatakan, apa yang terjadi di Istanbul adalah “bukan unjuk kekuatan, tetapi bukti kelemahan.”
Baca Juga: ICC Keluarkan Surat Perintah Penangkapan Netanyahu dan Gallant
Reaksi terhadap pembukaan Hagia Sophia untuk ibadah Muslim “sekali lagi mengungkapkan permusuhan Yunani terhadap Islam dan Turki,” kata Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Turki Hami Aksoy, demikian dikutip dari Nahar Net.
Aksoy “mengecam keras” pembakaran bendera Turki di Thessaloniki, dan menuduh pemerintah Yunani dan parlemen “memprovokasi publik dengan pernyataan bermusuhan.”
“Anak-anak manja Eropa, yang tidak dapat menerima sujud baru di Hagia Sophia, sekali lagi itu sebuah delusi,” kata Aksoy dalam sebuah pernyataan.
Situs Warisan Dunia UNESCO itu pada awalnya adalah katedral utama Kekaisaran Bizantium sebelum dikonversi menjadi masjid setelah penaklukan Ottoman atas Konstantinopel pada tahun 1453.
Baca Juga: Turkiye Tolak Wilayah Udaranya Dilalui Pesawat Presiden Israel
Pendiri Turki modern kemudian memerintahkan Hagia Sophia untuk diubah menjadi museum pada tahun 1934, tetapi pengadilan administratif tertinggi Turki pada 10 Juli mengatakan bahwa bangunan itu terdaftar dalam akta properti sebagai masjid, memungkinkan Pemerintah Ankara mengubah statusnya sekali lagi. (T/RI-1/P2)
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: Setelah 40 Tahun Dipenjara Prancis, Revolusioner Lebanon Akan Bebas