Istanbul, MINA – Pihak berwenang Turkiye memblokir Armada Kebebasan (Freedom Flotilla) baru yang membawa bantuan mendesak dan penyelamatan nyawa ke Gaza dalam upaya untuk mematahkan pengepungan Israel di Jalur Gaza, agar tidak berangkat dari Istanbul, menurut laporan penyelenggara sebagaimana dikutip dari Anadolu, Selasa (6/8).
Koalisi Armada Kebebasan yang terdiri dari berbagai kelompok kemanusiaan pro-Palestina, mengeluarkan pernyataan pada Sabtu (3/8) yang mengumumkan bahwa mereka telah menunggu persetujuan dari otoritas pelabuhan Istanbul untuk berlayar.
“Sekarang menjadi jelas bahwa pemerintah Turkiye tidak akan memberikan izin,” kata pernyataan itu.
Koalisi menambahkan bahwa pemerintah Turkiye tidak memberikan “penjelasan apa pun” atas pencegahan armada tersebut untuk berlayar, tetapi menyalahkan “tekanan kuat dari Amerika Serikat, Inggris, dan mungkin negara-negara NATO lainnya yang sangat bersekutu dengan Israel.”
Baca Juga: Hongaria Cemooh Putusan ICC, Undang Netanyahu Berkunjung
Pada Mei 2010, enam kapal Freedom Flotilla I dicegat oleh angkatan laut Israel, dengan pasukan komando Israel menaiki kapal utama Turkiye, Mavi Marmara, melepaskan tembakan dan menewaskan sembilan aktivis.
Menurut Al-Monitor, upaya armada saat ini telah terhambat di tengah meningkatnya ketegangan antara Turkiye dan Israel setelah pembunuhan Kepala Biro Politik Hamas Palestina Ismail Haniyeh di Teheran pekan lalu.
Kementerian Luar Negeri Israel pekan lalu memanggil Wakil Duta besar Turkiye untuk ditegur setelah Kedutaan Besar Turkiye di Tel Aviv menurunkan benderanya menjadi setengah tiang sebagai tanggapan atas pembunuhan Haniyeh.
“Negara Israel tidak akan mentoleransi ungkapan duka cita untuk seorang ‘pembunuh’ seperti Ismail Haniyeh,” kata Menteri Luar Negeri Israel Katz dalam sebuah pernyataan.
Baca Juga: Pusat Budaya dan Komunitas Indonesia Diresmikan di Turki
Haniyeh syahid di Teheran saat berada di sana untuk menghadiri pelantikan Presiden Iran Masoud Pezeshkian. Israel belum membuat klaim tanggung jawab resmi atas kematiannya, tetapi Iran dan sekutunya, termasuk Hamas dan Hizbullah Lebanon, menuduh Israel berada di balik pembunuhan itu dan bersumpah akan membalas dendam.
Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Turkiye Oncu Keceli, menanggapi pernyataan Katz di platform media sosial X, mengatakan: “Anda tidak dapat mencapai perdamaian dengan membunuh negosiator, mengancam diplomat,” yang tampaknya merujuk pada pembunuhan Haniyeh.
Ketegangan antara Israel dan Turkiye meningkat tajam sejak dimulainya operasi pengeboman Israel di Gaza, yang menewaskan hampir 40.000 warga Palestina dan lebih dari 90.000 orang terluka, sebagian besar anak-anak dan wanita. []
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: DPR AS Keluarkan RUU yang Mengancam Organisasi Pro-Palestina