Brussels, MINA – Uni Eropa akan mengambil tindakan untuk meningkatkan tekanan terhadap Israel, kecuali ada “perbaikan konkret” bagi rakyat Gaza, kata Kepala Kebijakan Luar Negeri Kaja Kallas, Senin (23/6).
Menurutnya sangat jelas bahwa Israel telah melanggar komitmen hak asasi manusianya di Gaza dan Tepi Barat. Quds News melaporkan.
Hal itu ia sampaikan usai bertemu dengan para menteri luar negeri blok tersebut di Brussels. Kallas mengatakan, jika situasi bagi warga Palestina tidak membaik, UE dapat membahas tindakan lebih lanjut dan kembali membahas hal ini pada bulan Juli.
“Pertanyaan konkretnya adalah apa yang dapat kita [UE] sepakati? Namun saat ini, hal terpenting adalah memperbaiki situasi di lapangan, meningkatkan kehidupan orang-orang di Palestina, dan menghentikan penderitaan serta korban manusia yang kita lihat di sana setiap hari,” tambahnya.
Baca Juga: Israel dan Iran Sepakati Gencatan Senjata
Para menteri luar negeri membahas hubungan UE dengan Israel setelah laporan tinjauan yang disampaikan pada Jumat oleh European External Action Service (EEAS) menemukan indikasi Israel akan melanggar kewajiban mereka dalam perjanjian asosiasi dengan UE, dalam hal hak asasi manusia dengan tindakan mereka di Gaza.
“Berdasarkan penilaian yang dilakukan oleh lembaga internasional independen … ada indikasi bahwa Israel akan melanggar kewajiban hak asasi manusianya,” demikian bunyi audit yang disusun oleh layanan diplomatik UE.
Audit tersebut diluncurkan bulan lalu sebagai tanggapan atas memburuknya situasi kemanusiaan di Gaza, dalam upaya yang didukung oleh 17 negara dan dipelopori oleh Belanda.
Lisa Musiol dari International Crisis Group, yang bekerja untuk mencegah konflik, mengatakan UE telah melewatkan kesempatan penting untuk menjelaskan kepada pemerintah Israel bahwa kebijakannya di Gaza dan Tepi Barat telah lama melewati batas dan akan merugikan hubungan UE-Israel.
Baca Juga: Hal-Hal yang Buat Serbia Hentikan Ekspor Senjata ke Israel
Pada Senin, hanya Spanyol yang menyerukan penangguhan perjanjian tersebut, meskipun pendukung kuat Palestina lainnya, Belgia, Irlandia, dan Swedia menekankan perlunya tindakan.
Menteri luar negeri Spanyol, José Manuel Albares, juga menyerukan embargo senjata.
“Warga Palestina di Gaza membutuhkan tindakan dan, oleh karena itu, hal yang penting saat ini bukanlah mengecam…kami telah melakukannya selama berbulan-bulan. Bukan kecaman yang akan menghentikan perang tidak manusiawi ini di Gaza, melainkan tindakannya,” ujarnya.
Menteri Luar Negeri Prancis, Jean-Noël Barrot, mengatakan kepada wartawan bahwa Israel telah jelas melanggar pasal dua perjanjian Uni Eropa-Israel (klausul tentang hak asasi manusia) dan para menteri akan “menanggung konsekuensinya” pada pertemuan mereka bulan depan.
Baca Juga: Baru Dibebaskan, Mahmoud Khalil Langsung Gabung Aksi pro-Palestina
Namun, Jerman, Yunani, dan Italia termasuk di antara negara-negara yang menyuarakan penentangan terhadap penangguhan perjanjian tersebut.
Perjanjian tersebut, yang mulai berlaku pada tahun 2000, mendukung hubungan perdagangan senilai €68 miliar (£58 miliar) antara 27 negara Uni Eropa dan Israel. Blok tersebut merupakan pasar terbesar Israel, yang mencakup sekitar sepertiga dari ekspornya. []
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: Bandara Ben Gurion Dibuka, Ribuan Orang Berebut Kabur dari Israel