Ankara, MINA – Penguasa de facto Uni Emirat Arab, Putera Mahkota Sheikh Mohammed bin Zayed al-Nahyan (MBZ) mengunjungi Turki untuk pertama kalinya dalam hampir satu dekade, dan mendukung lira Turki dengan janji investasi UEA sebesar $10 miliar (lebih dari Rp142 triliun).
Kunjungan MBZ menandai mencairnya salah satu hubungan paling sulit di kawasan itu, dan bertemu Recep Tayyip Erdogan di istana kepresidenan di Ankara. Financial Times melaporkan, Rabu (24/11).
“Diskusi yang bermanfaat berfokus pada cara-cara untuk memperkuat hubungan antara negara kita. Saya berharap dapat menjajaki peluang kerja sama baru untuk memberi manfaat bagi kedua negara kita dan memajukan tujuan pembangunan bersama kita,” twittan MBZ.
Lira, pada Selasa kehilangan hampir 12% nilainya terhadap dolar di tengah meningkatnya kekhawatiran tentang manajemen ekonomi pemerintahan Erdogan. Nilai langsung rebound sebanyak 10 persen karena pasar menyambut prospek investasi UEA di Turki pada saat modal barat langka.
Baca Juga: Militer Israel Akui Kekurangan Tentara dan Kewalahan Hadapi Gaza
Sinem Cengiz, seorang analis hubungan Turki-Teluk, menggambarkan pertemuan itu sebagai momen penting bagi geopolitik kawasan itu. “Kunjungan itu melambangkan titik balik dalam hubungan Turki-UEA setelah perseteruan selama satu dekade,” katanya.
Kedua negara bersaing untuk mendapatkan pengaruh di seluruh kawasan sejak konflik rakyat mengguncang dunia Arab pada tahun 2011, dan persaingan sengit mereka telah bergema dari Teluk yang kaya minyak ke Tanduk Afrika dan konflik di Libya.
Pembicaraan tersebut merupakan tanda lebih lanjut dari pergeseran perubahan di Timur Tengah pasca pemilihan presiden AS Joe Biden dan gejolak ekonomi yang dipicu pandemi virus corona telah mendorong para pemimpin regional untuk mengkaji ulang kebijakan luar negeri mereka.
UEA mengalihkan fokusnya ke diplomasi ekonomi karena berusaha untuk meningkatkan pemulihan pasca-pandemi, sementara Erdogan ingin memperbaiki hubungan dengan saingan regional saat ia menghadapi hubungan yang tegang dengan kekuatan barat.
Baca Juga: Netanyahu Akan Tetap Serang Lebanon Meski Ada Gencatan Senjata
“Kedua negara menyadari bahwa setelah saling berseteru selama 10 tahun tidak ada pihak yang bisa salaing menjatuhkan, dan sudah waktunya untuk melepaskan diri,” kata Abdulkhaleq Abdulla, seorang profesor ilmu politik yang berbasis di Dubai.
Kedua negara menandatangani serangkaian perjanjian kerja sama ekonomi, termasuk nota kesepahaman antara Abu Dhabi Development Holding (ADQ) dan Turkish Wealth Fund. ADQ adalah salah satu kendaraan investasi negara terbaru dan teraktif di Abu Dhabi. (T/RS2/P2)
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: Agresi Israel Hantam Pusat Ibu Kota Lebanon